Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Sragen

Inilah Eko Petani Millenial Asal Sragen, Budidayakan 8 Varietas Anggur, Panen Perdana 200 Kilogram

Panen perdananya dilakukan dua pekan lalu atau Desember 2022 di kebun miliknya di Dukuh Tegalrejo, Desa Mojodoyong, Kecamatan Kedawung, Sragen.

TRIBUNJATENG.COM, SRAGEN – Petani milenial, Eko Suwarno (39) sukses membudidayakan tanaman anggur di lahan belakang rumahnya.

Berawal coba-coba, dirinya mampu panen 200 kilogram anggur.

200 kilogram anggur itu diperoleh dari 120 tanaman anggur yang dia tanamkan di kebun terbengkalai belakang rumahnya.

Panen perdananya itu dilakukan dua pekan lalu atau Desember 2022 di kebun miliknya di Dukuh Tegalrejo, Desa Mojodoyong, Kecamatan Kedawung, Kabupaten Sragen.

Baca juga: BPBD Sragen: Pohon Tumbang dan Angin Kencang Mendominasi Kejadian Bencana Sepanjang 2022

Ditemui Tribunjateng.com di kebunnya, Eko sapaan akrabnya ini menanam 8 varietas buah anggur.

Di antaranya jenis Jupiter, akademik, kaldun, hingga heliodor.

Sebelum memiliki 120 tanaman anggur, Eko sebelumnya hanya memiliki 6 tanaman anggur di samping rumahnya.

Kala itu, dirinya bisa panen 20 kilogram.

"Awalnya saya hanya punya 6 tanaman anggur disamping rumah."

"Saat panen bisa sampai 20 kilogram."

"Hasilnya saya berikan ke teman."

"Dari situ saya jadi berpikir kalau banyak bisa dijual."

"Baru itu saja kembangkan di belakang rumah ini," terang Eko kepada Tribunjateng.com, Jumat (6/1/2023).

Baca juga: Ini Penyebab Harga Cabai Bisa Naik Rp 10 Ribu di Sragen

Jauh sebelum menanam anggur, Eko awalnya berjualan tanaman, lalu tertarik dengan anggur.

Lantas dirinya bergabung dengan Asosiasi Pembudidaya Anggur Sukowati (Apasi).

Dari situlah dirinya lanjut mencoba menanam anggur.

Saat panen perdana, per pohon bisa menghasilkan 3 kilogram.

Namun seiring usia tanaman, Eko akan semakin banyak produktivitasnya.

"Panen perdana kami jual rata-rata Rp 50 ribu per kilogram."

"Sebenarnya bisa capai Rp 75 ribu per kilogram."

"Tapi buat awal-awal pengenalan ke masyarakat, jadi Rp 50 ribu," kata Eko.

Baca juga: Lahan Eks Pasar Nglangon Sragen Bakal Jadi Sentra Batik, Pendestrian Dikonsep Ala Malioboro

Dijual Via Grup Facebook

Eko pun sempat kewalahan dengan permintaan anggurnya.

Panen pertama, dirinya tidak sempat jual keluar, namun pembeli datang langsung ke kebunnya dan panen sendiri.

"Kemarin nggak sampai jual keluar."

"Cuma saya posting di grup WhatsApp dan Facebook antusias luar biasa."

"Mayoritas beli online dan hanya beberapa hari saja sudah habis, sampai kurang-kurang," jelasnya.

Buah anggur di kebunnya juga beraneka warna.

Ada yang berwarna merah, ungu, hijau, kuning dengan dominan rasa manis.

Semua memiliki keunggulan dan keistimewaan yang membedakan dari anggur-anggur pada umumnya.

Hal itu tak lepas dari metode grafting yang dia terapkan.

Yakni menggabungkan bibit anggur lokal sebagai tanaman bawah disambung batang anggur impor sebagai batang utama.

Baca juga: PPPK Guru di Sragen Berpeluang Jadi Kepala Sekolah, Wajib Miliki Dua Syarat Ini

Lebih lanjut, Eko menuturkan, budidaya anggur relatif mudah karena perlakuannya hampir sama dengan tanaman buah lainnya.

Buah anggur bisa dipanen setelah 7 sampai 8 bulan.

Kelebihan lainnya, buah anggur bisa diprogram kapan akan dibuatkan dan dipanen sesuai kondisi dan kebutuhan.

Prospek tanaman anggur ini dikatakan Eko menjanjikan.

Meskipun saat panen pertama belum mengembalikan modal awal untuk membuat green house, pupuk, hingga bibit.

Eko pun kembali mempersiapkan lahan di depan rumahnya untuk memperbanyak pohon anggur.

Tidak hanya untuk tanaman anggur, dirinya juga akan mengembangkan bibit.

Baca juga: PPPK Guru di Sragen Berpeluang Jadi Kepala Sekolah, Wajib Miliki Dua Syarat Ini

Dari kegigihannya ini, Eko dinobatkan sebagai Petani Milenial dari Kementerian Pertanian bersama 5 warga Kabupaten Sragen lainnya.

Dia didaftarkan dari pihak desa karena menjadi salah satu pelopor petani muda yang masih giat di bidang pertanian.

Pasalnya banyak anak muda yang meninggalkan pekerjaan tersebut.

Hal itu makin menguatkan motivasinya untuk memperluas ilmu budidayanya ke masyarakat sekitar.

Ia juga ingin menunjukkan bahwa petani pekerjaan yang mulia dan bisa ditekuni secara modern. (*)

Baca juga: Kondisi Terkini Banjir Bandang di Perumahan Dinar Indah Semarang, Cuma Tersisa Endapan Lumpur

Baca juga: Spanduk Larangan Pelacuran dan Miras Dipasang di Boyongsari, Ini Alasan Satpol PP Batang

Baca juga: Kali Cengek Salatiga Dipenuhi Ikan Berukuran Jumbo, Asroi: Jadi Ikon Wisata Tingkir Lor

Baca juga: Satu Orang Tewas Saat Banjir Bandang, Warga Perum Dinar Indah Semarang Ini Terkunci di dalam Rumah

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved