Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Opini

Opini Hamidulloh Ibda: Lato-lato dan Kebangkitan Permainan Tradisional

DEMAM permainan lato-lato pada masyarakat hakikatnya melahirkan potensi kebangkitan permainan tradisional di tengah maraknya electronic sports games (

Editor: m nur huda
Tribun Jateng
Opini Ditulis Oleh Hamidulloh Ibda (Mahasiswa S3 Pendidikan Dasar UNY) 

Demam lato-lato di tengah masyarakat harus melahirkan spirit kebangkitan dengan beberapa formula. Pertama, kesadaran akan kekayaan lokal berupa permainan tradisional yang terbukti lebih murah, mudah, dan minim risiko karena tidak menggunakan mesin, internet, dan sinyal. Kedua, guru dan orang tua harus membumikan permainan tradisional dengan skema pembiasaan, pembudayaan, dan keteladanan.

Sangat ironis ketika guru meminta anak bermain permainan tradisional, sedangkan guru sendiri bermain gawai. Ketiga, keteladanan dari pemimpin dan tokoh masyarakat. Video Presiden Jokowi dan Gubernur Jabar yang memainkan lato-lato secara tidak langsung memberi sugesti dan legitimasi bahwa lato-lato layak dan harus dimainkan.

Perlombaan

Keempat, dukungan dari pemerintah dari sisi rekognisi, afirmasi, dan fasilitasi lato-lato maupun produksi permainan tradisional lainnya. Hal ini terbukti ketika lato-lato viral, para pedagang permainan itu pun turut panen rezeki. Kelima, penguatan karakter melalui permainan tradisional harus menjadi poros utama dalam proses pendidikan, pelatihan, maupun pembudayaan pada anak-anak. Keenam, perlu adanya perlombaan yang secara rutin mengangkat eksistensi permainan tradisional sesuai daerah masing-masing.

Untuk membangkitkan permainan tradisional bukan perkara gampang. Diperlukan pendekatan Penta Helix dengan pelibatan birokrasi pemerintahan, akademisi, pengusaha, masyarakat atau komunitas, dan media massa untuk membangkitkan permaian tradisional sebagai khazanah Nusantara. Sebab, permainan tradisional bukan sekadar permainan, di dalamnya terkandung banyak karakter luhur, nilai ekonomi, dan pelestarian warisan leluhur. Jika tidak kita yang peduli permainan tradisional, lalu siapa lagi? (*tribun jateng cetak)

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved