Berita Semarang

Kisah Pedagang Kopi Keliling Selama 32 Tahun Jualan di Kota Semarang

Selama menjadi pedagang kopi keliling di Kota Semarang sejak 1991 hingga saat ini, Nurdiyanto merasakan suka maupun dukanya.

Tribun Jateng/ Muhammad Fajar Syafiq Aufa
Tampak Nurdiyanto sedang mengiling kopi, mengunakan alat giling tradisional. 

"Iya, ketemu pelanggan udah pasti, kadang beli kadang enggak," ucapnya.

"Kalau dapat pelangan banyak biasanya habis solat asar," imbuhnya.

Ia mengungkapkan bila penjualan kopinya saat ini tak se ramai yang dulu. Saat ini ia hanya bisa menjual kopinya dua sampai tiga kilogram per hari dan itupun susah.

"Dulu sehari bisa lima Kilogram (jualnya) sekarang dua, tiga Kilogram sudah susah," ungkapnya.

Kendati demikian ia tetap bersukur masih diberi kelancaran rezeki.

"Saya percaya saja allah akan memberikan rezeki," tegasnya.

Pria yang saat ini tingal di Pondok Boro, Kecamatan Semarang Tengah, itu pun mengaku bahwa saat ini yang jualan kopi nusantara seperti itu telah sedikit.

Dirinya menyebut dulunya banyak warga dari satu daerahnya yang jualan kopi asli di Kota Semarang.

"Dulu banyak orang sekampung jualan kopi, cuman sekarang tingal 2. Yang masih saya, sama teman saya, semua di tinggal Pondok Boro," bebernya.

Di era yang serba digital ini, sebenarnya Nurdiynto ingin menjual kopinya secara online, namun karena tidak ada yang mengajari tentang hal itu, hingga kini ia masih tetap berjualan secara konvensional.

"Jane kepikiran sih, (jualan online) cuman belum sampai, kalau bisa sebenarnya pingin," tutupnya. (*)

Sumber: Tribun Jateng
BERITATERKAIT
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved