Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Opini

Opini Siauw Jovani F Sudardji: Pentingnya Membangun Harga Diri pada Anak

PIKIRAN positif sangat diperlukan dalam kehidupan sosial. Dilansir dari jurnal penelitian yang ditulis oleh Utami dkk tahun 2015 tentang Studi Kasus S

Editor: m nur huda
Tribun Jateng
Opini Ditulis Oleh Siauw Jovani F Sudardji (Magister Sains Psikologi Unika Soegijapranata) 

Opini Ditulis Oleh Siauw Jovani F Sudardji (Magister Sains Psikologi Unika Soegijapranata)

TRIBUNJATENG.COM - PIKIRAN positif sangat diperlukan dalam kehidupan sosial. Dilansir dari jurnal penelitian yang ditulis oleh Utami dkk tahun 2015 tentang Studi Kasus Siswa dengan Pikiran negatif, individu dengan pemikiran yang positif dapat menjalani hidup lebih mudah karena sifat optimis di dalam dirinya.

Tetapi memiliki sifat optimis dan pemikiran positif ini bukanlah hal yang mudah didapatkan apabila lingkungan tidak mendukung.

Salah satu fase kehidupan yang paling rentan terhadap rendahnya optimisme adalah pada anak dan remaja. Pada jurnal yang ditulis oleh Diananda (2019) tentang Psikologi Remaja dan Permasalahannya dikatakan bahwa pada fase anak hingga remaja, individu akan cenderung memiliki sikap lebih positif karena adanya kebebasan yang didapatkan.

Tetapi tidak jarang dijumpai banyak anak muda hingga orang dewasa yang memiliki sifat kurang optimis. Sifat kurang optimis atau pemikiran negatif yang dimiliki oleh remaja ini ditunjukkan dengan sikap yang menerima apapun yang dikatakan oleh lingkungannya tentang dirinya.

Walaupun pernyataan ataupun perkataan yang ditujukan adalah hal yang buruk sekalipun. Sikap yang selalu menerima pernyataan ini karena remaja memiliki sikap yang nrimo atau menerima keadaan tanpa adanya usaha untuk membela dirinya sendiri. Kurangnya pembelaan diri ini juga disebabkan karena adanya ketakutan dalam bertindak.

Penyebab

Terdapat berbagai macam penyebab dari munculnya pemikiran negatif pada anak muda. Lingkungan memiliki pengaruh paling besar dalam membentuk pola pikir pada anak muda. Beberapa penyebab munculnya pemikiran negatif ini adalah inisiatif anak yang tidak diterima dengan baik oleh orang tua maupun lingkungannya hingga disalahkan. Sehingga anak menjadi takut untuk sampaikan ide maupun ambil keputusan.

Kurangnya kebebasan juga dapat menjadi penyebab anak tidak bisa mandiri dan tidak berani ambil keputusan. Selain karena keputusan selalu dipegang oleh lingkungan dan orang tuanya, anak juga disepelekan dalam mengambil keputusan. Contohnya dengan pernyataan “masih muda tidak usah sok tahu”. Sehingga muncul rasa takut akan melakukan sesuatu ataupun hal baru dan menyebabkan harga diri menjadi rendah.

Penyebab lainnya adalah karena adanya rasa kurang dihargai oleh lingkungannya. Contohnya seperti anak yang telah berusaha semaksimal mungkin, tetapi tetap dibanding-bandingkan dengan anak lain hingga diberi cacian oleh lingkungannya.

Perkataan tersebut kemudian akan tertanam di dalam pikiran dan anak memiliki pemikiran bahwa dirinya buruk dan tidak sebaik anak-anak sekitarnya.

Hal-hal inilah yang menyebabkan anak menjadi memiliki pikiran negatif tentang dirinya di lingkungannya. Selain itu, anak juga akan memiliki ketakutan dalam mengambil keputusan. Pola pikir yang tertanam sejak dini akan terbawa dalam fase-fase kehidupannya dan anak akan menjadi orang dewasa yang minder serta dianggap tidak memiliki harga diri yang pantas.

Bimbingan

Supaya anak tidak memiliki harga diri yang rendah, hal ini harus diwaspadai. Orangtua yang merupakan pengajar dan pembimbing pertama di rumah harus dapat membimbing dengan baik. Seperti pernyataan yang dituliskan oleh Nur Utami & Raharjo (2021) tentang Pola Asuh Orang Tua dan Kenakalan Remaja, bahwa pola asuh yang diberikan orang tua pada anak dari sejak lahir hingga dewasa dapat mempengaruhi pola pikir serta sikapnya.

Pola pikir yang merendahkan dirinya sendiri ini jika dibawa hingga anak masuk ke lingkungan masyarakat, anak dapat menjadi korban bullying (Brito & Oliveira, 2013). Hal ini yang dapat memperburuk pola pikir anak tersebut. Pola pikir yang semakin buruk ini kemudian dapat menyebabkan munculnya depresi hingga rasa ingin mengakhiri hidup, seperti yang dikutip dalam penelitian Wolke & Lereya (2015).

Analisia untuk mengetahui penyebab dari anak berpikir negatif harus cermat dan berhati-hati, sehingga ditemukan langkah penanganan dan penanggulangannya.

Sebelum pola pikir negatif muncul pada anak, sebaiknya orangtua dapat bersikap lebih dewasa dan memiliki pikiran yang luas atau open-minded. Sehingga dapat mendengarkan keluh kesah ataupun cerita dari anak, sekecil apapun itu. Kemudian tidak meremehkan permasalahan yang sedang dihadapi oleh anak tersebut.

Jika anak memiliki usaha untuk melakukan sesuatu tetapi hal yang dilakukan kurang baik atau kurang benar, anak dapat diberitahu dengan cara yang baik. Bukan memberitahu dengan cacian atau membentak anak. Sehingga anak dapat merasa dihargai dan menganggap dirinya memiliki harga diri serta self worth yang seharusnya.

Bagi remaja yang sudah memiliki pola pikir negatif karena telah mengalami hal-hal tersebut, ada beberapa solusi bisa dilakukan. Salah satu caranya yaitu dengan bantuan dari lingkungan sekitarnya. Bantuan ini dapat dilakukan dengan memberikan dukungan positif secara berkala. Dukungan positif ini dapat berupa saran atau motivasi yang positif. Sehingga pola pikir optimis dapat tertular sedikit demi sedikit. Selain itu, remaja tersebut juga dapat mengubah pola pikir negatif sedikit demi sedikit menjadi pola pikir yang lebih positif malalui diskusi atau team work sesama remaja. (*tribun jateng cetak)

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved