Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Kabupaten Semarang

Tradisi Unik Sadranan Warga Tuntang Semarang, Makanan yang Dibawa Tak Boleh Dicicipi Saat Memasak

Tak hanya berdoa, dalam sadranan itu para warga juga membawa makanan yaitu nasi ambeng berisi aneka lauk pauk termasuk ingkung ayam.

Penulis: Reza Gustav Pradana | Editor: deni setiawan
PEMKAB SEMARANG
Suasana sadranan di Dusun Banyuurip, Desa Delik, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang, Jumat (17/2/2023). 

TRIBUNJATENG.COM, UNGARAN - Ratusan warga mengikuti tradisi sadranan atau berdoa bersama di Makam Dusun Banyuurip, Desa Delik, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang pada Jumat (17/2/2023).

Tak hanya berdoa, dalam sadranan itu para warga juga membawa makanan yaitu nasi ambeng berisi aneka lauk pauk termasuk ingkung ayam.

Makanan-makanan yang mereka bawa menggunakan alas nampan bambu dilapisi daun pisang.

Nantinya, para warga akan memakan bersama-sama nasi dari yang dibawa setiap kepala keluarga di sana.

Yang unik dari tradisi itu, warga tidak boleh mencicipi makanan saat memasak hingga sebelum dimakan bersama.

Menurut penuturan tokoh masyarakat setempat, Teguh Santoso, tradisi sadranan itu sudah turun temurun diadakan setiap Jumat Wage pada bulan Rajab.

Baca juga: 327 Kawan Pajak Dikumpulkan di Balai Kota Semarang, Mbak Ita: Bantu Kami Optimalkan Potensi PAD

Baca juga: Ketua MK Isi Seminar di Unissula Semarang, Bicara Soal Keadilan Pemilu 2024

"Pantangannya, saat memasak makanan yang akan dibawa sadranan, tidak boleh dicicipi," terangnya kepada Tribunjateng.com, Jumat (17/2/2023).

Teguh tidak tahu apa alasan pantangan itu, namun hingga kini masih banyak warga yang masih menaati aturan itu.

Setelah warga berkumpul, terdapat pembacaan doa bersama oleh tokoh agama setempat.

Warga makan bersama di area makam, serta sebagian lain membawa pulang ambengannya untuk dimakan di rumah.

Teguh menambahkan, acara itu tak hanya dihadiri oleh warga setempat, namun juga warga yang merantau ke luar daerah kembali ke Dusun Banyuurip.

Bahkan, menurut dia, suasana dusun lebih ramai dibandingkan saat Lebaran.

“Warga Banyuurip melestarikan tradisi ini untuk menjaga silaturahmi,” imbuh dia.

Camat Tuntang, Budi Rahardjo yang hadir mewakili Bupati Semarang, Ngesti Nugraha mengapresiasi tradisi tersebut.

Menurut dia, acara itu bisa menjadi ajang kerukunan antar sesama.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved