Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Ekonomi Bisnis

Penjualan Daging Sapi Lagi Lesu Jelang Ramadan, PPDS Semarang: Ini Tidak Seperti Biasanya

Sepinya pasar daging sapi dan daging segar di Kota Semarang ini diungkap para pedagang menjelang Ramadan 2023. Apakah penyebabnya?

Penulis: Idayatul Rohmah | Editor: deni setiawan
TRIBUN JATENG/IDAYATUL ROHMAH
Seorang pedagang daging sapi di Pasar Karangayu Semarang sedang melayani pembeli, Selasa (28/2/2023). 

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Penjualan daging sapi di Kota Semarang lesu jelang Ramadan 2023.

Kondisi itu diungkap para pengusaha daging sapi.

Menurut mereka, kondisi tersebut tak seperti tahun-tahun sebelumnya yang mengalami tren peningkatan.

"Biasanya ketika Ruwah seperti sekarang ini, kebutuhan masyarakat (membeli daging sapi) banyak."

"Tetapi kami (pengusaha daging sapi) melihat pasar lesu, tidak seperti biasanya," kata Ketua Paguyuban Pedagang Sapi dan Daging Segar (PPDS) Semarang, Hery Setiawan kepada Tribunjateng.com, Selasa (28/2/2023).

Baca juga: Sah! Tarif Jalan Tol Semarang - Demak Sepanjang 16.01 Km Telah Diberlakukan

Dikatakan Hery lebih lanjut, sepinya pasar daging sapi dan daging segar ini dia rasakan, juga diungkap para pedagang lainnya.

Dia merasakan adanya penurunan penjualan dan omzet yang hampir mencapai 40 persen.

Padahal, jika melihat tren yang ada, biasanya akan terjadi peningkatan penjualan bulan-bulan ini dibandingkan bulan sebelumnya.

"Sekarang (peningkatan penjualan) belum terlalu terlihat."

"Apakah ini gejala resesi, kami juga tidak mengerti."

"Daya beli (masyarakat) menurun, kami juga sharing dengan teman-teman selain pedagang daging sapi juga merasakan seperti itu, terutama mereka yang jual matengan, lesu."

"Turunnya penjualan daging sapi ini kami rasakan sekira 40 persen," jelas Hery.

Baca juga: Mentan SYL Panen Padi di Bancak Kabupaten Semarang

Di sisi lain, Hery memaparkan, terkait harga daging sapi di Kota Semarang masih stabil jelang Ramadan dan Hari Raya Idulfitri 2023 ini.

Begitu pula pantauan Tribunjateng.com di Pasar Karangayu Semarang, Selasa (28/2/2023)

Harga jual daging sapi masih sama seperti hari-hari sebelumnya yang berkisar Rp 120 ribu hingga Rp 130 ribu per kilogram.

"Harga (daging sapi) di tingkat pedagang sekira Rp 120 ribu per kilogram."

"Kalau di tingkat konsumen lebih dari itu."

"Sampai saat ini harga masih stabil," ujarnya.

Baca juga: KABAR Gempa di Semarang, BMKG: Letaknya di Barat Laut Demak

Menurut Hery lebih lanjut, pada bulan-bulan menjelang Ramadan seperti sekarang ini memang tren harga daging sapi stabil.

Dia mengatakan, adapun perubahan harga biasanya akan terjadi sekira dua pekan jelang Hari Raya Idulfitri.

Misalnya tahun lalu, disebutkan, terjadi kenaikan sekira Rp 5.000 untuk setiap kilogram.

"Biasanya jelang Hari Raya Idulfitri, terjadi kenaikan harga."

"Tapi terkait jumlah kenaikannya, nanti dua pekan sebelum hari H ada pertemuan PPDS untuk menentukan antisipasi (terkait stok dan kenaikan harga) jelang Idulfitri."

"Kalau stok masih memadai, kemungkinan harga bisa flat."

"Tetapi kalau stoknya kurang ya mau tidak mau up (naik) harganya," jelasnya.

Baca juga: BREAKING NEWS: Gelandangan Ditemukan Tewas di Emperan Ruko Dargo Semarang, Berbalut Sarung

Stok Masih Mencukupi

Di sisi lain, Hery menjelaskan, terkait stok daging sapi di Kota Semarang sejauh ini masih sangat mencukupi.

Dia menyebutkan, para pedagang selama ini mendapat pasokan dari beberapa daerah penyangga di Jawa Tengah.

Seperti Kabupaten Blora, Pati, Kudus, Kabupaten Semarang, Magelang, Salatiga, Boyolali, dan Sragen.

"Pasokan dari Jawa Tengah masih mencukupi," kata Hery kepada Tribunjateng.com, Selasa (28/2/2023).

Sementara itu, Hery menyatakan, di tengah melimpahnya stok sapi lokal saat ini, dia mempertanyakan terkait adanya impor sapi.

Disebutkannya, adanya impor sapi dikhawatirkan justru akan semakin memperkeruh kondisi pasar.

Baca juga: Kronologi Pengurus Ponpes di Ungaran Semarang Cabuli Santriwati Bemula dari Mengupas Jagung Bersama

"Impor (daging sapi) menurut kami malah memperkeruh."

"Daging impor ini katanya (oleh pemerintah dimaksudkan) untuk menstabilkan harga agar harga daging lokal tidak umpak-umpakan."

"Tapi faktanya di lapangan, (harga yang lebih rendah) itu hanya bertahan 2 hingga 3 bulan."

"Setelah itu harga mereka lebih tinggi dari harga kami, karena mereka musim-musiman juga," ujarnya.

Adapun di sisi itu, Hery mendorong agar pemerintah melakukan optimalisasi mulai dari hulu.

"Perlu diperbaiki hulu sampai hilir."

"Kalau (impor) daging itu kan hilirnya."

"Kalau langsung daging terus, tidak selesai permasalahannya dan kalau seperti itu, untuk swasembada daging di Indonesia tetap susah," imbuhnya. (*)

Baca juga: HEBOH Desakan Pembubaran Pengurus BUMDes Berjo, Begini Respon Bupati Karanganyar

Baca juga: Korban Sempat Diberi Uang Tutup Mulut, Dugaan Santriwati Dilecehkan Pengasuh Ponpes di Ungaran

Baca juga: Achmad Husein Wakili Warga Banyumas Terima 2 Penghargaan Adipura 2022

Baca juga: Pengasuh Ponpes di Ungaran Dilaporkan ke Polisi, Diduga Lecehkan Santriwati, Korban Berusia 16 Tahun

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved