Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Semarang

Gara-gara Rob, PT Fuji Metec Hengkang dari Semarang, 500 Karyawan Kena PHK

Banjir rob yang menerjang kawasan Pelabuhan Tanjung Emas dan komplek industri Lamicitra Kota Semarang tahun lalu kini berdampak pada hengkangnya perus

Penulis: Idayatul Rohmah | Editor: m nur huda
TribunJateng.com/Iwan Arifianto
Pekerja pabrik di kawasan Pelabuhan Tanjung Emas terpaksa terjang air rob, Jumat (2/12/2022). 

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Banjir rob yang menerjang kawasan Pelabuhan Tanjung Emas dan komplek industri Lamicitra Kota Semarang tahun lalu kini berdampak pada hengkangnya perusahaan dari kawasan itu.

Pada Maret 2023, tercatat satu perusahaan yakni PT Fuji Metec telah menutup kegiatan operasional pabrik di kawasan tersebut. Hal itu disampaikan Kepala Dinas Tenaga Kerja Kota Semarang, Sutrisno.

Menurut dia, hal itu menyebabkan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap sekitar 500 karyawan di perusahaan tersebut.

"Kemarin tanggal 31 Maret memang ada PHK (di PT Fuji Metec-Red), sehingga sekitar 500-an pekerjanya terpaksa di-PHK," katanya, saat dihubungi Tribun Jateng, Senin (1/5).

Sutrisno menuturkan, tutupnya perusahaan tersebut karena dampak banjir rob yang menerjang kawasan itu pada Mei 2022 lalu. Ia menyebut, produsen mesin penjual otomatis atau vending machine itu tak bisa melakukan perbaikan setelah dampak yang dialami.

Sehingga, dia menambahkan, perusahaan terpaksa tutup dan melakukan PHK massal terhadap karyawannya.

"Karena dampak banjir satu tahun kemarin, sehingga tidak bisa recovery dan PHK massal 500 sekian (karyawan)," jelasnya.

Terkait dengan hak-hak pekerja yang terdampak PHK di pabrik tersebut, Sutrisno menyatakan, telah dipenuhi perusahaan. Pengusaha telah membayarkan uang pesangon untuk seluruh karyawan terdampak.

"PHK, semua bergembira, karena semua diakhiri dengan ber-Salawat Nabi sehari antara pengusaha dan pekerja dalam rangka penutupan perusahaan karena tidak dimungkinkan lagi beroperasi. Kami berdiskusi betul. Alhamdulillah juga pengusahanya baik, sehingga pada saat penutupan, semua menerima," tuturnya.

Hal itupun dibenarkan satu karyawan, Wiwin (naman samaran), yang telah lebih dari 20 tahun bekerja di pabrik tersebut. Ia bersama ratusan karyawan lain itu telah menerima adanya PHK tersebut karena kondisi yang sudah tidak memungkinkan dalam satu tahun terakhir.

"(Saat banjir rob-Red) Mesin banyak yang terendam, alat kerjanya banyak yang rusak, akhirnya yang bisa produksi tidak semuanya," ujarnya.

Wiwin pun kini masih berusaha untuk mencari pekerjaan baru setelah di-PHK.

"Ya kemarin sudah dapat pesangon, hak karyawan sudah terpenuhi sesuai Undang undang. Sekarang masih bergerak proses pemanggilan (untuk pekerjaan baru-Red). Kalau uangnya (pesangon-Red) saya mau gunakan untuk apa? Untuk macam-macam, usaha bisa. Tapi sekarang belum ada rencana," bebernya, kepada Tribun Jateng.

Menanggapi hal itu, Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Jateng, Frans Kongi menyebut, penutupan perusahaan akibat dampak banjir rob bukanlah hal baru. Sebelumnya, beberapa perusahaan juga telah hengkang dari kawasan itu karena kondisi yang rawan terhadap banjir rob.

"Banyak juga sebenarnya perusahaan pindah dari kawasan itu karena kondisinya terjadi lagi rob. Tidak ada satu orang pun yang bisa memastikan bahwa tidak akan ada rob lagi. Memang rawan, dan banyak sudah pindah ke daerah lain," terangnya, saat dihubungi Tribun Jateng.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved