Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Fokus

Fokus: Amanah dan Ikhlas Lengser

Dua kata tersebut sering diucapkan oleh para pemimpin atau pejabat saat dilantik. Namun pada kenyataannya, seringkali hanya manis di bibir saja. Mudah

Penulis: rustam aji | Editor: m nur huda
tribunjateng/cetak/grafis bram kusuma
RUSTAM AJI wartawan Tribun Jateng 

Tajuk Ditulis Oleh Wartawan Tribun Jateng, Rustam Aji

TRIBUNJATENG.COM - Dua kata tersebut sering diucapkan oleh para pemimpin atau pejabat saat dilantik. Namun pada kenyataannya, seringkali hanya manis di bibir saja. Mudah diucapkan tapi sulit untuk merealisasikannya.

Tak berlebihan bila kemudian kita sering mendengar atau bahkan menyaksikan sendiri terkait perebutan jabatan atau kekuasaan pada sebuah institusi. Hal itu terjadi karena ada sifat tak ikhlas dalam melepas amanah dari jabatan yang diembannya. Masa jabatan yang mestinya sudah berakhir, namun tetap dipertahankannya dan tidak mau digantikan dengan orang lain.

Agar tidak ada salah persepsi dalam memahami arti amanah dan ikhlas, perlu kiranya tahu apa makna kedua kata tersebut. Mungkin ada di antara pembaca yang bingung membedakan kata amanat atau amanah. Mana yang benar dari kedua kata tersebut. Pembaca mungkin menemukan kedua kata tersebut sering digunakan. Padahal, kata amanah dan amanat mempunyai arti berbeda menurut kamus besar bahasa Indonesia.

Baca juga: Gus Yaqut: Banser Erick Thohir Tahu Seluk Beluk Bola, yang Jelas Petarung!

Kata Amanah menurut KBBI berarti kerabat atau sesuatu yang dipercayakan atau dapat dipercaya. Kata amanah berasal dari bahasa arab dan berkaitan dengan sifat seseorang yang dapat dipercaya atau sesuatu yang dipercayakan (dititipkan). Sedangkan kata amanat menurut KBBI berarti pesan, keterangan, atau wejangan.

Sementara itu, kata ikhlas dalam kamus besar bahasa Indonesia diartikan sebagai hati yang bersih (kejujuran); tulus hati (ketulusan hati) dan kerelaan. Sedangkan dalam bahasa Arab kata ikhlas berasal dari kata khalasha yang mempunyai pengertian tanqiyah asy-syai wa tahdzibuhu (mengosongkan sesuatu dan membersihkannya).

Secara umum dapat dimaknai bahwa ikhlas adalah mengerjakan segala sesuatu dengan penuh ketulusan tanpa ingin dipuji orang lain. Semata-mata hanya untuk mendapat keridhaan-Nya, baik di dunia maupun di akhirat. Adapun sikap ikhlas mempunyai kaitan erat dengan niat. Di mana, sifat ikhlas tergantung pada niatnya.

Jadi dapat kita pahami bahwa jabatan atau kekuasaan hanya sebuah amanah (titipan). Tapi kenapa kemudian banyak pejabat yang tidak ikhlas ketika diminta untuk melepas jabatannya (lengser) padahal masanya sudah habis?

Ada beberapa faktor seseorang tak ikhlas dalam melepas amanah yang dipercayakan kepadanya. Pertama, jabatan tersebut sangat menguntungkan baginya baik secara finansial maupun prestise. Kedua, masih adanya kepentingan yang harus dilindungi karena secara relasi ada kekhawatiran kejelekannya akan terungkap apabila digantikan dengan yang baru. Ketiga, merasa dirinyalah yang terbaik dan yang lain tidak layak atau kurang mampu. Keempat, khawatir setelah tidak menjabat kariernya habis.

Tentu saja model pejabat seperti itu tak pantas untuk diteladani dan dipuji-puji. Jadi pejabat itu harus ikhlas dan siap diganti. Dalam Bahasa Jawa ada ungkapan "lengser keprabon madep pandito ratu". Apa maknanya? Setiap pemimpin atau penguasa—yang sudah mengakhiri masa kekuasaannya—diharapkan banyak beribadah untuk mendekatkan diri kepada Tuhan yang Maha Kuasa—untuk bertobat.

Jadi tidak perlu repot-repot untuk manuver sana sini mencari 'pengganti'. Berikanlah rakyat contoh yang baik dan tegakkan demokrasi secara jujur dan adil tanpa ada campur tangan. Biarkanlah rakyat memilih pemimpin yang terbaik di antara yang baik-baik. Jangan sodori rakyat dengan calon pemimpin yang membawa agenda-agenda kepentingan sesaat. Ikhlaslah lengser karena memang sudah saatnya. (*tribun jateng cetak)

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved