Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Pati

Kisah Sukses UMKM Bandeng Presto Pati Terus Berkembang Berkat Transformasi Digital

Jika berbicara tentang Kabupaten Pati, ikan bandeng merupakan salah satu topik utama.

Penulis: Mazka Hauzan Naufal | Editor: rival al manaf
TribunJateng.com/Mazka Hauzan Naufal
Pasangan Winarso dan Darni menunjukkan produk bandeng presto di rumah produksi mereka di Desa Dukutalit, Kecamatan Juwana, Kabupaten Pati, Kamis (25/5/2023). 

TRIBUNJATENG.COM, PATI - Jika berbicara tentang Kabupaten Pati, ikan bandeng merupakan salah satu topik utama.

Bandeng merupakan produk perikanan unggulan yang menjadi bagian penting dalam roda penggerak perekonomian Kabupaten Pati.

Untuk mempertegas ikan bandeng sebagai identitas daerah, Pemerintah Kabupaten Pati mendirikan tugu bandeng di tepi Jalan Pantura Pati-Kudus, tepatnya di pintu masuk Jalur Lingkar Selatan Pati, Sokokulon, Margorejo.

Tugu Bandeng Pati diresmikan pada 9 Januari 2019 oleh bupati yang menjabat ketika itu, Haryanto.

Di Kabupaten Pati, banyak masyarakat yang berprofesi sebagai petambak ikan bandeng dan produsen olahan bandeng, khususnya di Juwana.

Di Juwana, terdapat banyak pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) produsen bandeng presto.

Melihat potensi ini, Bank Rakyat Indonesia (BRI) melalui program BRIncubator membentuk Klaster Bandeng Presto UD Rahma di Desa Dukutalit, Kecamatan Juwana.

Ada delapan produsen bandeng presto yang tergabung dalam klaster ini.

Dengan pendampingan Mantri (tenaga pemasar mikro BRI), mereka bisa mengakses bantuan permodalan dan fasilitasi pemasaran untuk mengembangkan usaha.

Pasangan Darni dan Winarso merupakan anggota Klaster Bandeng Presto ini.

Mereka memproduksi bandeng presto dan aneka olahan ikan bandeng lainnya dengan merek Bandeng Bu Darni W.

Winarso dan Darni mengatakan, usaha mereka sudah berjalan tak kurang dari 20 tahun.

Winarso menyebut, ia dan istri memulai usaha dengan modal Rp 5 juta pinjaman dari BRI.

"Itu untuk modal awal kami membeli bahan baku ikan bandeng. Kalau peralatan sudah punya sendiri," kata dia saat ditemui di kediamannya yang juga sekaligus rumah produksi bandeng presto, Desa Dukutalit, Kecamatan Juwana, Kamis (25/5/2023).

Saat masih awal merintis, kata Winarso, usaha ia jalankan berdua tanpa bantuan karyawan.

Untuk proses pemrestoan, ia juga belum sepenuhnya melakukan sendiri, melainkan masih bekerja sama dengan pihak ketiga.

Ikan bandeng yang sudah dipresto lalu mereka kemas dan jual di pasar tradisional setempat.

"Dulu namanya baru merintis, masih tahap permulaan, 25 kilogram saja dua hari baru habis terjual," ucap dia.

Ia menambahkan, dalam proses membesarkan usaha, ia rutin menjadi debitur Kredit Usaha Rakyat (KUR) BRI.

"Kami ini langganan KUR. Sudah ambil berkali-kali. Kalau lunas ambil lagi untuk membesarkan usaha sampai sekarang. Buat beli alat produksi, misalnya freezer dan dandang presto. Dandang presto itu mahal, harganya puluhan juta," tutur Darni menambahkan.

Terbaru, kata dia, pihaknya mengambil KUR Rp 80 juta dan sudah berjalan selama satu tahun ini.

"Selain untuk modal, kami gunakan juga untuk renovasi tempat usaha. Kapasitas produksi juga sedikit demi sedikit ditambah," kata Darni.

Winarso menyebut, kini, dalam sehari pihaknya bisa mengolah lebih dari satu kuintal ikan bandeng.

Rata-rata, dibantu lima orang tenaga kerja, dalam satu hari ia memproduksi 120 kilogram bandeng presto. Sebanyak 50 kg diproduksi untuk pasar lokal. Sementara 70 kg diproduksi untuk menyuplai distributor dan rumah makan di Tangerang.

"Sudah lima tahun belakangan ini kami kirim ke Tangerang. Banyaknya tergantung stok. Dalam satu hari rata-rata 70 kg. Kadang 1 kuintal lebih. Yang kami kirim ke Tangerang bandeng ukuran besar," papar dia.

Proses pembuatan bandeng presto di tempat usahanya ialah sebagai berikut. Begitu bahan baku datang, ikan bandeng disiangi, dibuang kotorannya dipilah sesuai ukuran, lalu dimasak dalam dandang presto dan terakhir dikemas sebelum diedarkan.

"Tapi ternyata walerannya (jeroan bandeng) juga laku. Biasanya diambil bakul untuk dipepes," tambah Winarso.

Bagi Winarso, untuk mencapai titik ini, produsen bandeng presto tradisional seperti dirinya membutuhkan perjuangan cukup berat.

Misalnya dulu, saat istrinya masih aktif sebagai guru TK pada masa awal merintis usaha. Manajemen bisnis belum begitu tertata rapi sehingga keuangan usaha sempat terganggu. Beruntung, masalah itu bisa diatasi.

Kendala lain ialah mengenai pasokan bahan baku. Demi menjaga kualitas, Winarso dan Darni hanya menggunakan ikan bandeng hasil produksi petambak lokal Pati. Menurut mereka, bandeng asli Pati rasanya lebih enak dan tidak beraroma lumpur/tanah.

Masalahnya, pasokan ikan bandeng lokal kadang seret. Bahkan jika musim kemarau panjang, tambak ikan di Juwana dialihfungsikan untuk produksi garam. Namun, mereka juga punya pemasok dari Tayu.

"Kalau pas nggak ada pasokan bahan baku bandeng lokal, ya kami prei (libur produksi). Tapi kami nyetok juga di freezer. Kadang beberapa hari (pasokan) kosong, stok bahan baku kami keluarkan. Beberapa hari kemudian sudah ada pasokan lagi," jelas Darni.

Kendala bisnis juga terjadi saat pandemi Covid-19, 2020-2021 lalu. Menurut dia, meski produksi masih berlangsung, tingkat penjualan anjlok sampai 75 persen.

Harga Bandeng Presto Bu Darni dibedakan sesuai ukuran.

Ukuran paling kecil yang hanya diedarkan di pasar lokal Juwana dibanderol Rp 5 ribu per kotak isi dua ekor. Adapun bandeng presto ukuran besar untuk oleh-oleh dibanderol Rp 20 ribu per kotak isi dua ekor.

Adapun bandeng presto besar kemasan vacuum dibanderol mulai Rp 30 ribu per ekor.

Mantri BRI Unit Juwana 1, Nina Herfiana, mengatakan bahwa pihaknya melakukan pendampingan terhadap delapan pelaku UMKM yang tergabung dalam Klaster Bandeng Presto.

Mantri mewujudkan inklusi keuangan dengan membantu UMKM mendapat akses permodalan. Dalam hal ini, seluruh anggota merupakan nasabah BRI dan debitur KUR BRI.

Pendampingan juga dilakukan dalam bentuk bantuan pemasaran. Bahkan pihak BRI juga memberikan bantuan alat produksi.

"Tiap anggota dikasih bantuan alat produksi dandang presto secara cuma-cuma, Juli 2022 kemarin" kata Nina.

Dalam hal pemasaran, pihaknya membantu melakukan manajemen media sosial. Dia mempromosikan produk anggota klaster melalui media sosial masing-masing anggota.

Mantri juta memfasilitasi UMKM bandeng presto untuk menjual produk di ajang pameran atau bazar. Antara lain Bazar Klaster Mantriku.

"Produk bandeng presto juga pernah saya bawa ke pameran di Kantor Pusat BRI," ungkap dia.

Mantri juga berperan sebagai "penyuluh digital" untuk membantu UMKM beradaptasi dengan transformasi digital. Antara lain dengan cara menyosialisasikan penggunaan mobile banking dan pembayaran digital 
melalui Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS).

"Di tempat usaha semua anggota klaster sudah kami sediakan metode pembayaran pakai QRIS," tutur Nina.

Melalui pendampingan langsung seperti ini, Nina melihat UMKM bandeng presto Juwana kian progresif. Produk mereka makin dikenal dan pembeli kian ramai. (mzk)

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved