Berita Blora
Kisah Pasutri Asal Temurejo Blora Puluhan Tahun Tekuni Batu Bata di Tengah Maraknya Industri Herbel
Upaya untuk tetap mempertahankan hidup, pasangan suami istri (pasutri) Sukiban (60) dan Uliyah (58), warga Dukuh Weru
Penulis: ahmad mustakim | Editor: Catur waskito Edy
TRIBUNJATENG.COM, BLORA – Upaya untuk tetap mempertahankan hidup, pasangan suami istri (pasutri) Sukiban (60) dan Uliyah (58), warga Dukuh Weru RT 02/01 Desa Temurejo, Kecamatan Blora, Kabupaten Blora bertahan menekuni profesi menjadi perajin batu bata.
Pasutri itu mengaku membuat batu bata sebagai mata pencaharian utama untuk menghidupi keluarga sejak 20 tahun lalu.
“Saya sama istri nyetak batu bata secara manual, sejak 20 tahun lalu sampai sekarang,” ucap Sukiban kepada tribunmuria.com, Rabu (31/5/2023).
Meski harus berpindah di sejumlah lokasi, suka dan duka dijalani berdua dan dilalui tanpa mengenal putus asa.
Harapannya batu bata yang dibuat bisa laku terjual meski kondisi saat ini harus bersaing dengan herbel (bata ringan yang terbuat dari adonan gypsum, pasir silika, semen, air batu kapur, dan aluminium bubuk, red).
“Saya membuat batu bata ini sudah pindah beberapa kali lokasi, lahannya sewa. Harga sewa lahan diperhitungkan saat batu bata sudah laku terjual. Penjualan batu bata merosot, kalah sama herbel,” ungkap Sukiban.
Sukiban menjelaskan, saat ini bersama Uliyah istrinya, mampu mencetak batu bata dari tanah liat sebanyak 15.000 biji selama dua bulan.
Dikatakannya, pada musim kemarau saat ini, terbantu oleh terik matahari dalam proses pengeringan batu bata yang rampung dicetak.
“Semampunya tenaga saya dan istri, hanya saja penjualannya gampang-gampang susah,” ujar Sukiban.
Dirinya mengaku, harga batu bata merah yang sudah dibakar dan siap pakai Rp400.000,00 per 1.000 biji.
Sementara itu jika 15.000 biji batu bata laku terjual semuanya, dikalkulasi memperoleh uang Rp 6.000.000,00.
“Itu kalkulasinya, hanya lakunya tidak bersamaan, karena pembeli kebutuhannya beda-beda. Ada yang 1.000 atau 2.000 biji. Dari jumlah penjualan itu masih dipotong untuk sewa lahan dan beli sekam padi untuk pembakaran," papar Sukiban.
Sukiban menuturkan, sejak awal tahun hingga penghujung Mei 2023, batu bata buatannya rata-rata laku terjual 2.000 hingga 3.000 biji per bulan.
Untuk diketahui, Sukiban dan Uliyah mempunyai tiga orang anak.
Dua diantaranya sudah bekerja, sedangkan satu anaknya masih sekolah di salah satu SMP Negeri di Blora.
| Jelang Penyaluran Bantuan, DP4 Blora Cek Kualitas Beras dan Minyak Goreng di Gudang Bulog |
|
|---|
| 25 ASN dan PPPK di Blora Ajukan Cerai, Alasan Terbanyak karena Pertengkaran dan Selingkuh |
|
|---|
| Sering Terjadi Pohon Tumbang, BPBD Blora Bakal Koordinasi untuk Pemangkasan Pohon di Tepi Jalan |
|
|---|
| Polemik SK 185! Perhutani KPH Blora Bantah Janji Bagi Hasil, Sebut KTH Ingin Skema Berbeda |
|
|---|
| BPBD Blora Sebut Ada Empat Kecamatan yang Rawan Puting Beliung saat Musim Hujan |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jateng/foto/bank/originals/Perajin-Bata-Merah-Blora-Sukiban.jpg)