Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Kudus

Kawasan Muria Berpotensi Jadi Global Geopark and Culture

Kawasan Muria dengan beragam kekayaan dan potensi yang dimilikinya, berpeluang untuk menjadi global geopark and culture.

Penulis: Rezanda Akbar D | Editor: Catur waskito Edy
Rezanda Akbar 
Suasana Seminar bertajuk “Potensi Kawasan Muria Sebagai Global Geopark and Culture” di UMK 

TRIBUNMURIA.COM, KUDUS – Kawasan Muria dengan beragam kekayaan dan potensi yang dimilikinya, berpeluang untuk menjadi global geopark and culture.

Yakni yang akan menjadi sebuah ruang terbuka di desa dengan Gedung pertunjukan, working space, ruang pameran seni hingga folktorium yang bisa dinikmati seluruh masyarakat.

Harapan besar itu terkemuka dalam Seminar Kebudayaan yang diselenggarakan oleh Kampung Budaya Piji Wetan Kudus dalam agenda Muria Culture Camp 2023 di Gedung Rektorat Lantai 4 Universitas Muria Kudus.

Seminar bertajuk “Potensi Kawasan Muria Sebagai Global Geopark and Culture” ini diharapkan dapat memantik semangat para generasi muda di Kudus untuk terlibat dalam eksplorasi potensi dan bersinergi dalam memajukan kebudayaan di Kawasan Muria.

Ketua Kampung Budaya Piji Wetan Kudus Muchammad Zaini dalam sambutannya menyebut bahwa Muria khususnya Kudus merupakan kota kecil dengan banyak potensi yang ada. 

Segala potensi itu, ketika disinergikan dengan modernitas dan teknologi, akan menjadi wahana baru dalam menjaga kekayaan di Muria.

Cerita rakyat atau folklor yang belum banyak dieksplorasi dapat dialihwahanakan menjadi beragam karya seni baik dua dimensi maupun tiga dimensi. 

Seperti seni rupa, seni pertunjukan, hingga film menjadi alat baru dalam pewarisan budaya kepada generasi penerus.

”Kekayaan muria, cerita rakyat, folklor di Muria perlu dijaga, kami mencoba mensinergikan beberapa stakeholder untuk menjaga cerita melalui ekspresi seni dan disinergikan dengan modernitas, teknologi dan film,” kata Zaini saat dikonfirmasi, Senin (5/6/2023).

Dia juga mengungkapkan satu kalimat yang menjadi semangat komunitasnya berkomitmen bersama membangun kebudayaan di Muria. 

"Usaha kecil yang dibarengi dengan konsistensi dan dilakukan bersama-sama akan jadi luar biasa,” ungkapnya. 

Pemateri pertama, perwakilan dari Dirjen Kementrian Kebudayaan Republik Indonesia, Riris mengungkapkan bahwa kebudayaan di setiap daerah pasti berbeda-beda. 

Menurutnya hal itu mengikuti ciri khas wilayah dan sejarah yang membentuk kebudayaan itu sendiri.

Kudus yang sangat kental dengan corak kebudayaan islam merupakan suatu kekuatan yang luar biasa.

Uniknya, corak arsitektur dan pengetahuan baru yang dikenalkan kepada masyarakat, tidak meninggalkan apa yang sudah ada sebelumnya.

”Artinya cara menghargai kebudayaan dan saudara-saudara sekitarnya itu tinggi, bagaimana teknologi pembangunan masjid, bagaimana masyarakat tidak makan daging sapi, ini warisan budaya dari dua tokoh wali di Kudus,” paparnya.

Terkait hal itu, sebanyak 620 Cargar Budaya dan 10 Obyek Pemajuan Kebudayaan (OPK) yang ada di Kudus, perlu diinventariasi dan didata lebih lanjut. 

Mulai dari tradisi lisan, cerita rakyat, manuskrip, adat istiadat, ritus, pengetahuan tradisional, teknologi tradisional, seni, bahasa, permainan rakyat, hingga pelaku kebudayaan.

”semua diinventaris, apa yang otentik di piji wetan, di Kudus, dilakukan pemilihan berdasarkan keaslian, keunikan dan memang tidak ditemukan di tempat lain,” imbuhnya.

Sementara itu, Dosen Universitas Muria Kudus, Muhammad Kanzunuddin merespons tema folklor yang diangkat sebagai fokus utama dalam penyelenggaraan Kemah Budyaa KBPW 2023. 

Dia pun mendukung dan mengapresiasi langkah yang diambil KBPW untuk mengawali penanaman karakter bangsa melalui cerita rakyat.

”Nilai yg dominan di era sekarang ini yang justru nampak adalah pendidikan, budi pekerti dan nilai-nilai karakter,” ujarnya.

Dia menilai folklor dan cerita rakyat merupakan warisan budaya yang menawarkan ruang kreativitas tak terbatas. 

”Cerita rakyat merupakan rekonstruksi satu pemikiran, kesadaran pembentuknya, cerita rakyat punya peranan kuat dalam memekontruksi dan memprekuat sterotipe budaya yang ada,” paparnya.

Hal ini, kata dia, menjadi peluang sekaligus tantangan bagi teman-teman KBPW untuk menanamkan nilai-nilai ke masyarakat melalui folklor.

”Langkah adaptasi folklor jadi media tiga dimensi sudah tepat, bagaimana pelaku seni perlu kreatif, adaptif dan inovatif agar dapat diterima seluruh masyarakat,” bebernya.

Berbagai OPK yang telah dieksplorasi di KBPW, diharapkan dapat menjadi contoh dan inspirasi bagi masyarakat, anak muda dan komunitas lain untuk turut mengembangkan daerahnya sesuai dengan kekhasannya masing-masing. (Rad)

Baca juga: 1.000 Pelari Meriahkan Friendship Run di Bandung, Atikoh Berlari Tempuh 5 Kilometer

Baca juga: Penyaluran Bantuan Pangan di Jateng Capai 100 Persen

Baca juga: 20 Ribu Tiket Timnas Indonesia Vs Argentina Ludes di Hari Pertama, Siap-siap Besok War Hari Kedua

Baca juga: USM Jalin Kerjasama Tridharma Perguruan Tinggi dengan Universitas Muhammadiyah Mataram

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved