Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Slawi

4 Hari Api Membakar TPA di Desa Dermasuci Tegal Tak Bisa Padam, Warga Mulai Sesak Napas

Tempat Pengolahan Akhir sampah Penujah di perbatasan Desa Dermasuci Kabupaten Tegal belum bisa dipadamkan sampai Selasa (27/6/2023) ini.

TRIBUNJATENG.COM, SLAWI - Terhitung sudah empat hari sejak kebakaran awal pada Sabtu (24/6/2023) di area Tempat Pengolahan Akhir (TPA) sampah Penujah perbatasan Desa Dermasuci, Kecamatan Pangkah, Kabupaten Tegal sampai Selasa (27/6/2023) api belum berhasil dipadamkan. 

Bahkan titik kobaran api terus bertambah dan hal ini semakin menyulitkan tim pemadam kebakaran (damkar) yang tidak hanya dari Kabupaten Tegal saja, tapi juga mendapat bantuan dari daerah tetangga seperti damkar Kabupaten Brebes, Pemalang, dan Kota Tegal

Selain itu tim damkar juga mendapat bantuan tenaga dari Palang Merah Indonesia (PMI) Kabupaten Tegal, Gallawi Rescue, PDAM, BPBD Kabupaten Tegal, BNPB, Satpol PP, dan lain-lain. 

Baca juga: Panik! Kebakaran TPA di Desa Dermasuci Tegal Berkobar Selama 3 Hari, Khawatir Meluas ke Pemukiman

Bahkan tim kesehatan dari puskesmas setempat dan Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal juga stanby di lokasi untuk memberikan penanganan medis kepada warga yang kediamannya hanya berjarak beberapa meter dari TPA sampah tersebut. 

Mengingat mayoritas warga mengeluhkan sesak napas. 

Ditemui di lokasi, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Tegal Muchtar Mawardi mengungkapkan, awal mula kebakaran di TPA Penujah perbatasan Desa Dermasuci terjadi pada Sabtu (24/6/2023) sekitar pukul 12.00 WIB. 

Tidak diketahui secara pasti apa penyebab terjadinya kebakaran, namun yang jelas setelah warga melihat kobaran api kemudian melapor ke petugas dan ditindaklanjuti untuk penanganan. 

Muchtar menyebut, pada Sabtu (24/6/2023) sore kobaran api sempat reda atau tidak ada lagi api. 

Namun pada Minggu (25/6/2023) dini hari sekitar pukul 01.00 WIB titik api kembali menyala dan terus bertambah jumlahnya. 

"Saya sendiri yang menghitung, titik api yang berkobar pada Minggu (25/6/2023) sebanyak 25 titik. Sehingga saat itu juga petugas kami kerahkan dengan peralatan manual seadanya, seperti ember, gayung, dan lain-lain digunakan untuk menyiram titik api supaya tidak semakin meluas," ungkap Muchtar, pada Tribunjateng.com. 

Kondisi terkini di area Tempat Pengolahan Akhir (TPA) sampah Penujah 2
Kondisi terkini di area Tempat Pengolahan Akhir (TPA) sampah Penujah yang berbatasan langsung dengan Desa Dermasuci, Kecamatan Pangkah, Kabupaten Tegal, Selasa (27/6/2023). Sampai hari keempat api belum berhasil dipadamkan oleh petugas pemadam kebakaran, dan asap tebal masih menutupi sekitar lokasi.

Mengingat upaya pemadaman api secara manual tidak berhasil, akhirnya pada Minggu (25/6/2023) pagi dilanjutkan dengan pemadam kebakaran

Muchtar menyebut pada Senin (26/6/2023) kobaran api semakin besar di kedalaman sampah yang belum diketahui pasti berapa dalamnya. 

Tetapi mengingat lokasi TPA Penujah ini dahulunya adalah jurang, maka diperkirakan kedalaman sampah kurang lebih 30-40 meter. 

Meskipun sampai Selasa (27/6/2023) titik api masih belum berhasil dipadamkan, tapi Muchtar mengatakan pihaknya terus berikhtiar melakukan segala upaya untuk bisa memadamkan api. 

"Jujur bagi kami yang sulit untuk dijawab adalah mengenai sampai kapan penanganan kebakaran di TPA Penujah akan selesai. Karena peristiwa ini bisa disebut tidak kasat mata, sehingga kami belum bisa menentukan atau memprediksi sampai kapan. Intinya fokus kami saat ini memadamkan api supaya tidak terus melebar apalagi sampai ke lahan pertanian milik warga sekitar," terangnya. 

Sementara itu, Kepala Desa Dermasuci Mulyanto, mengatakan pada hari keempat peristiwa kebakaran hampir semua lahan TPA sampah Penujah terbakar karena api yang sulit dipadamkan. 

Adapun untuk peristiwa serupa, dikatakan Mulyanto pernah terjadi beberapa kali sehingga kebakaran yang terjadi saat ini bukan kali pertama. 

Tepatnya pada tahun 2013 silam, peristiwa kebakaran juga pernah terjadi di TPA Penujah dengan kondisi sama, bahkan saat itu api berhasil dipadamkan membutuhkan waktu hampir satu minggu. 

Kemudian di tahun 2022 lalu juga sempat terjadi kebakaran, namun tidak separah yang terjadi saat ini. 

"Meskipun TPA sampah ini masuknya wilayah Desa Penujah, tapi yang sangat terdampak adalah warga Desa Dermasuci karena berbatasan langsung. Sehingga kami berharap kedepannya pemerintah daerah maupun dinas terkait bisa memikirkan upaya agar peristiwa kebakaran seperti ini tidak akan terjadi lagi. Seharusnya bisa belajar dari kejadian-kejadian sebelumnya, tapi nyatanya ini terjadi lagi dan lebih besar," harap Mulyanto. 

Selain itu, Mulyanto juga menuntut tanggungjawab dari pemerintah daerah terutama kepada para petani yang terdampak kebakaran ini. 

Hal itu, karena warga yang memiliki lahan pertanian di sekitar TPA sampah Penujah tidak bisa bercocok tanam, bertani karena cukup berisiko. 

Sehingga Mulyanto menilai Pemkab Tegal perlu memikirkan konsekuensi nya, apakah akan memberi bantuan sembako, perairan, subsidi ataupun lainnya. 

"Sejauh ini lahan pertanian yang ikut terbakar memang belum ada. Tapi karena lokasinya berdekatan dengan TPA Penujah, akhirnya kan warga tidak bisa ke sawah karena berisiko," ujar dia.

"Selain itu, saya juga meminta kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal membagikan masker jangan hanya sekali saja, tapi paling tidak setiap hari selama masih ada api atau asap tebal," tutur Mulyanto. 

Baca juga: TPA Randukuning Batang Sudah Masuki Fase Kritis, Overload Capai 250 Ton, Apa Solusinya?

Warga Desa Dermasuci Roipah, mengaku rumahnya sangat dekat dengan TPA Penujah karena sehari-hari ia juga bekerja di lokasi tersebut.

Roipah dan warga yang lain termasuk anaknya yang masih berusia sekitar empat tahun mengeluh sesak napas. 

Sedangkan dampak lainnya, Roipah tidak bisa bekerja karena sementara semua proses di TPA sampah Penujah diberhentikan.

"Saya tidak mengungsi karena warga yang lain juga masih bertahan di rumah masing-masing. Tapi kalau nanti ada perintah atau pemberitahuan diminta mengungsi ke tempat lebih aman, saya pribadi lebih memilih pulang kampung saja ke Pulosari Moga," imbuh Roipah. (dta)

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved