Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Semarang

Penurunan Kasus Stunting di Kota Semarang Kecil, Angka Cenderung Stagnan

Angka kasus stunting di Kota Semarang cenderung stagnan pada 2023 ini. Penurunan kasus cenderung sedikit dari bulan ke bulan. 

TRIBUN JATENG / EKA YULIANTI FAJLIN 
Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu menjadi keynote speaker dalam rembug stunting yang digelar Bappeda Kota Semarang, di Ruang Lokakrida Balai Kota Semarang, Selasa (18/7/2023).  

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Angka kasus stunting di Kota Semarang cenderung stagnan pada 2023 ini. Penurunan kasus cenderung sedikit dari bulan ke bulan. 

Data Dinas Kesehatan Kota Semarang, pada Februari 2023, angka stunting di Kota Semarang tercatat sebanyak 1.340 kasus.

Angka tersebut turun menjadi 1.297 kasus pada Maret 2023. Kemudian, pada April kembali mengalami menjadi 1.277.

Namun, pada Mei 2023 justru naik satu kasus menjadi 1.278 kasus. Selanjutnya, pada Juni 2023, angka kasus berada pada 1.270 kasus.  

Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu mengatakan, penurunan yang cenderung stagnan ini dimungkinkan karena para organisasi pemerintah daerah (OPD) terbuai kondisi pada 2022 yang sudah mengami penurunan.

Dia pun cukup geram saat mengetahui jumlah kasus cenderung stagnan karena angka penurunannya kecil pada semester satu 2023 ini.

Padahal, Pemerintah Kota Semarang mengalokasikan anggaran cukup besar untuk penurunan stunting yakni sekitar Rp 107 miliar dalam satu tahun anggaran.

Anggaran tersebut terbagi di sejumlah dinas sesuai dengan tupoksi masing-masing. Misalnya, Dinas Kesehatan mengintervensi kesehatan anak dan ibu hamil, Disdalduk memenuhi kebutan pemberian makanan tambahan, Disperkim memiliki kewenangan sanitas, dan dinas terkait lainnya.

"Anggaran Rp 8 miliar (satu bulan) hanya delapan yang turun (stuntingnya)? 

Makanya, saya evaluasi. Bener tidak satu bulan Rp 8 miliar. Jangan-jangan digunakan untuk lainnya bukan stunting," ujar Ita, sapaannya, usai menjadi keynote speaker dalam rembug stunting yang digelar Bappeda Kota Semarang, di Ruang Lokakrida Balai Kota Semarang, Selasa (18/7/2023). 

Tak hanya angka stunting, angka ibu hamil dengan kekurangan energi kronis (KEK) menjadi perhatian.

Data Dinas Kesehatan, pada Januari 2023, ibu hamil KEK sebanyak 1.118 kasus. Angka tersebut turun menjadi 990 kasus pada Februari. Pada Maret, angka juga mengalami penurunan menjadi 784 kasus. 

Pada April, ibu hamil KEK tercatat sebanyak 648 kasus. Selanjutnya, pada Mei, ada 632 kasus dengan rincian 491 kasus lama dan 141 kasus baru. 

Pada Juni ini, ibu hamil KEK justru mengalami kenaikan menjadi 635 kasus dengan rincian 531 kasus lama dan 104 kasus baru. 

"Ibu hamil anemia, diintervensi kalau agak berat inteevensi lima bulan. Kalau tidak berat dua bulan," papar Ita. 

"800 orang anemia dibanding dengan penduduk 1,7juta jiwa, balita 1.200 kan tifak susah. Kenapa (stunting) hanya turun delapan? Bahkan, dua bulan lalu naik. Mestinya jadi warning," ungkapnya. 

Menurutnya, masih adanya ego sektoral menjadi penyebab penurunan kasus stunting di ibu kota Jawa Tengah kurang maksimal. Dia meminta, ada evaluasi terkait kasus stunting dan ibu hamil KEK. Pada tepra nanti, pihaknya ingin fokus membahas kasus stunting

"Saya harapkan nantinya ada evaluasi. Tepra nanti hanya ingin bahas stunting, titik. Saya akan bicara satu-satu," tandasnya. 

Menurutnya, ada sejumlah pihak yang seharusnya turut serta dalam pengentasan stunting mulai dari lurah, camat, tim pendamping keluarga, Bappeda, Dinkes, Disdalduk, dan lainnya. Namun, selama ini mereka kurang bersinergi dalam penanganan. 

Dia pun berkomitmen untuk segera melakukan penanganan agar kasus stunting di ibu kota Jawa Tengah segera turun. 

Dia meminta, anggaran yang sudah disiapkan benar-benar dimanfaatkan untuk program penurunan stunting.

Dia juga meminta ada data per kelurahan sehingga bisa diintervensi dengan mudah. Setiap kasus stunting juga harus tertulis secara medical report dengan nama dan alamat. 

"Umpanya, 1.200. Datanya by name by addres. Kita lihat kenapa dia stunting. Seperti contoh di Semarang Barat punya anak lima.

Tiga stunting. Dua tidak. Ini coba eksplor lagi kenapa anak dua ini stunting. Harus ada track report," ujarnya. (eyf)

Baca juga: Teknik Industri IT Telkom Purwokerto Menggelar Pameran Karya Mahasiswa

Baca juga: Kecelakaan di Paguyangan Brebes: Diduga Lupa Nyalakan Sein, Dua Siswi SMA di Brebes Alami Kecelakaan

Baca juga: Kasus Tewasnya Tahanan Curanmor di Polresta Banyumas Berbuntut Panjang, Empat Polisi Ditahan

Baca juga: BREAKING NEWS: Terjerat Arisan Online Seorang Ibu asal Bekasi Nekat Jual Bayi Rp 24 Juta di Semarang

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved