Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Kudus

Dicurhati Remuknya Harga Tembakau di Temanggung dan Wonosobo, Ini Kata Mendag

Sejumlah petani tembakau di Temanggung dan Wonosobo mengeluhkan remuknya harga tembakau beberapa tahun terakhir. Keluhan tersebut dialamatkan langsung

Penulis: Rifqi Gozali | Editor: m nur huda
Tribun Jateng/Rifqi G
Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan (putih berdiri) saat menanggapi keluhan petani tembakau Temanggung dan Wonosobo saat pertemuan di Djarum Oasis Kudus, Rabu (2/8/2023). 

TRIBUNJATENG.COM, KUDUS – Sejumlah petani tembakau di Temanggung dan Wonosobo mengeluhkan remuknya harga tembakau beberapa tahun terakhir. Keluhan tersebut dialamatkan langsung ke Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan saat pertemuan di Djarum Oasis Kudus, Rabu (2/8/2023).

Salah seorang petani tembakau asal Kledung Temanggung Soni Slamet mengeluhkan tiga tahun terakhir harga tembakau terpuruk. Para petani tidak kuat untuk menyewa lahan. Ditambah ongkos pengolahan tembakau dari daun menjadi rajangan kering butuh ongkos yang tidak sedikit.

“Berharap petani di Temanggung dan Wonosobo segera ditolong. Harga tembakau kisaran Rp 30 sampai Rp 50 ribu. Untuk beli beras, untuk makan susah sekali,” kata Soni Slamet.

Petani tembakau lainnya, Sukono asal Wonosobo mengatakan, sejak 2012 sampai pada 2023 harga tembakau terpuruk. Para petani pernah sekali merasakan manisnya harga tembakau pada 2019. Setelahnya harga jual tembakau kembali terpuruk sampai saat ini.

Para petani yang mengandalkan pendapatan dari hasil tembakau pun tidak bisa berkutik sebab untuk modal tanam para petani biasanya utang. Rendahnya harga tembakau membuat para petani terbebani karena untuk menutup utang mereka tidak bisa. Yang terjadi adalah utang untuk modal tanam tembakau kian menumpuk.

“Sampai sekarang utang kami menumpuk. Biasanya untuk modal tanam utang, satu musim (tembakau) ditutup lalu ambil lagi. Beberapa tahun belakang kami kesulitan untuk bayar utang, untuk makan, bayar sekolah sangat keberatan. Menanam selain tembakau harganya tidak menentu,” kata Sukono.

Di sisi lain, Sofyan salah seorang petani tembakau dari lereng Gunung Sumbing mengeluhkan karena adanya kenaikan cukai tembakau berimbas pada harga tembakau di kalangan petani. Hal itu mengakibatkan harga tembakau hancur kisaran 10 tahun terakhir.

“Tapi 10 tahun ke belakang kami malah tambah utang. Untuk menanam utang, saat musim tembakau malah tambah utang,” kata Sofyan.

Menanggapi adanya keluhan dari para petani, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan mengatakan, pihaknya komitmen untuk membantu para petani tembakau di Temanggung dan Wonosobo seperti yang dia lakukan kepada para petani tembakau di Madura.

Tahun lalu para petani Madura mengeluhkan hal yang sama. Namun belakangan, katanya, petani tembakau di Madura menemui hasil positif setelah ditemukan dengan PT Djarum sebagai perusahaan produksi rokok kretek.

Kunci dari naiknya harga tembakau adalah kualitas produksi dari hasil panen petani. Jika memang Madura bisa, kata Zulkifli, maka di Temanggung dan Wonosobo juga harus bisa.

“Tentu perlu waktu tidak mungkin pulang besok langsung (harga tembakau) bagus semua. Seperti Madura menjadi anak angkatnya Djarum karena kualitas bagus,” kata Zulkifli.

Berkaitan dengan kualitas hasil panen tembakau, Zulkifli meminta kepada Djarum untuk melakukan pembinaan kepada para petani tembakau.

Dengan begitu, hasil panen sesuai dengan tembakau yang dibutuhkan perusahaan. Sementara untuk keperluan modal tanam, pihaknya akan membantu dengan memfasilitasinya melalui program kredit usaha rakyat (KUR).

“Sebenarnya Djarum membeli tembakau sesuai dengan kualitas antara Rp 30 ribu sampai Rp 100 ribu. Harga bagus tetapi petani harus memperbaiki kualitasnya. Perlu waktu ada tim teknis nanti akan membina mengomunikasikan dengan teman-teman petani Temanggung,” kata Zulkifli.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved