Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Siswa Bacok Guru di Demak

Begini Proses Trauma Healing Guru dan Siswa MA Yasua Demak Seusai Geger Tragedi Pembacokan

Kemenag dan Polda Jateng melakukan trauma healing untuk siswa dan guru MA Yasua Demak yang sempat geger tragedi pembacokan di kelas.

Penulis: Tito Isna Utama | Editor: Daniel Ari Purnomo
Tito Isna
Kemenag dan Polda Jateng melakukan trauma healing untuk siswa dan guru MA Yasua Demak yang sempat geger tragedi pembacokan di kelas. 

TRIBUNJATENG.COM, DEMAK - Kementerian Agama (Kemenag) Demak bersama Kepolisian Daerah Jawa Tengah (Polda Jateng) telah menjalankan program trauma healing bagi siswa dan guru di Madrasah Aliyah (MA) Yasua, Pilangwetan, Kecamatan Kebonagung, sebagai respons atas insiden kekerasan yang melibatkan murid dan guru beberapa waktu yang lalu.

Kegiatan ini dilaksanakan di Aula madrasah dan dihadiri oleh siswa-siswi madrasah, guru, serta tenaga kependidikan.

Kepala Kantor Kemenag Demak, M Afief Mundzir, menjelaskan bahwa program ini bertujuan untuk mengatasi trauma yang dialami siswa dan guru akibat peristiwa pembacokan yang terjadi.

Baca juga: Guru MA Yasua Ali Fatkhur Rohman Boleh Pulang, Luka Bacokan di Leher dan Lengan Berangsur Sembuh

"Program trauma healing ini diselenggarakan untuk membantu mengurangi dampak trauma yang dialami oleh siswa dan guru yang menjadi saksi insiden kekerasan di lingkungan pendidikan," kata Afief kepada Tribunjateng pada Kamis (28/9/2023).

Dalam kegiatan ini, pembicara utama adalah Kepala Kantor Kemenag Demak, M Afief Mundzir, bersama dengan Kabag Psikologi Biro SDM Polda Jateng, AKBP Novian Susilo, dan tim yang mendukung.

Tegoh Hadi Noegroho, Kepala Biro Kesra Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, turut hadir dalam acara ini.

Kabag Psikologi Biro SDM Polda Jateng, AKBP Novian Susilo, menjelaskan bahwa dengan menerapkan pendekatan psikologi, mereka berharap dapat memberikan semangat baru bagi siswa dan guru MA Yasua.

"Melalui pendekatan psikologi, kami melakukan ice breaking untuk membuat adik-adik merasa lebih ceria," ujar AKBP Novian.

Dalam kegiatan ini, mereka juga mengkategorikan peserta berdasarkan tingkat trauma yang mereka alami. "Kami membagi peserta menjadi tiga hingga empat kelompok, tergantung pada tingkat perhatian, dampak pemberitaan, dan kelompok guru," tambahnya.

AKBP Novian menekankan bahwa mereka juga menggunakan alat-alat untuk berinteraksi dengan siswa dan guru, sehingga dapat mengukur sejauh mana dampak trauma yang mereka alami.

"Kami menggunakan metode ini sebagai upaya untuk lebih memahami tingkat dampak traumatis dan memberikan pendidikan yang sesuai," tutupnya. (Ito)

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved