Berita Jateng
Embung Gudangharjo: Penyelamat Dahaga Warga di Musim Kemarau Panjang
Nurlela, seorang perempuan berusia 24 tahun yang tinggal di Desa Songbanyu, kecamatan Girisubo berbagi kisah tentang kekeringan yang sudah menghimpit
Penulis: Daniel Ari Purnomo | Editor: galih permadi
TRIBUNJATENG.COM - Nurlela, seorang perempuan berusia 24 tahun yang tinggal di Desa Songbanyu, kecamatan Girisubo berbagi kisah tentang kekeringan yang sudah menghimpit desanya sejak bulan Maret. Salah satu tanda terkuaknya krisis ini adalah air PDAM yang mulai mengalir tak rutin.
"Ketika kekeringan tiba, air PDAM di sini hanya menyala pada hari Selasa dan Jumat. Bahkan ketika menyala, tekanan airnya juga tidak selalu memadai," ujar Nurlela, Kamis 26 Oktober 2023.
Di rumah Nurlela, tidak kurang dari enam orang tinggal bersama. Keluarga ini terdiri dari Nurlela, suaminya, dan seorang anak berusia 4 tahun. Selain itu, ada ibu dan bapak Nurlela beserta seorang adik.
Nurlela menjelaskan bahwa di desanya tidak ada warga yang memiliki sumur. Meskipun beberapa sumur pernah ada, airnya sangat sedikit. Seiring berjalannya waktu, sumur-sumur itu terpaksa diurug.
Beberapa warga yang memiliki kemampuan finansial beralih ke PDAM. Sementara warga yang lebih terbatas dalam hal keuangan terpaksa 'merepoti' tetangga yang sudah memasang PDAM.
Bagaimana Nurlela dan warga desanya bertahan saat kekeringan melanda? Dari mana mereka mencari sumber air bersih?
Cara paling sederhana adalah membeli air melalui truk tangki yang datang dari Wonogiri kota. Harga satu tangki air berukuran 6.000 liter mencapai Rp 170 ribu.
Sebuah tangki air seperti itu bisa habis dalam 3-5 hari, dengan pemakaian yang sangat hemat bisa bertahan hingga 7 hari. Biasanya, tangki air ini digunakan untuk mandi, mencuci, dan kebutuhan minum.
Nurlela, akrabnya dipanggil Ela, menceritakan bahwa pembelian air tangki biasanya dilakukan setelah dia menerima gaji bulanannya. Dia memisahkan sebagian gajinya untuk membeli air tangki sebulan dua kali.
Namun jika dompetnya mulai tipis, Ela mencari solusi lain dengan membeli air dari tetangga. Meskipun tetangga tidak sebenarnya menjual air, keadaan kekeringan membuat warga di sekitarnya menyisihkan sebagian uang mereka untuk mengganti biaya air PDAM tetangga yang punya.
Biaya yang ditetapkan adalah sekitar Rp 20 ribu per kubik, atau setara dengan 1.000 liter.
Bagaimana jika sama sekali tidak memiliki uang untuk membeli air bersih? Ela menjawab bahwa mereka akan memanfaatkan air dari Telaga Jarakan atau embung Gudangharjo.
Sebagai informasi, Embung Gudangharjo ini berlokasi di Desa Gudangharjo, Kecamatan Paranggupito, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah.
Ini adalah opsi terakhir yang mereka pilih ketika tidak ada sumber air lain di desa mereka.
Jarak dari rumah Ela ke Embung Gudangharjo adalah sekitar 3,3 kilometer dengan waktu tempuh sekitar 8 menit.
Cegah Perundungan, Program Pesantren Ramah Anak Terus Digalakkan |
![]() |
---|
Melalui Buku Jawa Tengah Berani Mendunia, Strategi Ekspor Baru Diluncurkan di Hari Jadi ke-80 Jateng |
![]() |
---|
Petani Apresiasi Pemprov Jateng Pulihkan Lahan Pertanian Seluas 512 Hektar di Demak |
![]() |
---|
Kebahagiaan Rifan, Petani Demak: Lahan yang Dulu Terendam Kini Berpotensi 3 Kali Panen Setahun |
![]() |
---|
Lewat Buku “Jawa Tengah Berani Mendunia”, Strategi Ekspor Baru Diluncurkan di Hari Jadi ke-80 Jateng |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.