Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Prof Nina Guru Besar Unnes Ubah Limbah Olahan Kedelai Jadi Membran Filter dan Nata De Soya

Prof Nina panggilan akrabnya, memaparkan hasil penelitian berkaitan hilirisasi, yaitu mengolah limbah olahan kedelai menjadi membran filter

Penulis: Agus Salim Irsyadullah | Editor: iswidodo
Tribun Jateng
Prof. Dr. Siti Harnina Bintari, MS guru besar Bioteknologi Universitas Negeri Semarang Ubah Limbah Olahan Kedelai Jadi Membran Filter dan Nata De Soya 

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Tribun Akademi menjadi wadah bagi para akademisi di Semarang maupun Jawa Tengah untuk publikasi hasil penelitian dan terapannya. Banyak temuan hasil penelitian para akademisi belum diketahui masyarakat umum. Selama ini publikasi masih sebatas di jurnal ilmiah atau bersifat internal kampus.

Video Tribun Akademi tayang di media sosial Tribunjateng, berita online di Tribunjateng.com serta di koran cetak Tribun Jateng. Edisi spesial Tribun Akademi bersama Prof. Dr. Siti Harnina Bintari, MS guru besar Bioteknologi Universitas Negeri Semarang (Unnes) disadur oleh Agus Salim reporter Tribun Jateng.

Prof Nina panggilan akrabnya, memaparkan hasil penelitian berkaitan hilirisasi, yaitu mengolah limbah olahan kedelai menjadi membran filter dan soya de coco. Laboratorium bioteknologi Filnata di Gunungpati, Semarang sudah menerapkan hal itu. Selanjutnya bisa diduplikasi di tempat lain. Berikut petikan wawancaranya.

Prof Nina kapan awal suka dunia biologi?
Sejak kecil sudah suka biologi, dulu belajar di SD Guntur Madiun, di SMP sampai SMA juga tertarik biologi. Kuliah di UGM juga masuk biologi. Biologi itu menarik, selain belajar seluk beluk hidup dari satu sel sampai tingkatkan makro, banyak fenomena lain.

Prof, kemarin mendirikan laboratorium dari limbah olahan kedelai, bisa diceritakan?
Itu merupakan bagian kegiatan PPM UPT hilirisasi di Sumurrejo Gunungpati Kota Semarang. Karena kampung di sana banyak masyarakat yang membuat olahan kedelai. Saya juga sebelumnya mendirikan rumah inovasi produksi tempe di Sekarsari Gunungpati Semarang.

Nah produk olahan kedelainya itu kita konsep untuk supaya meningkatkan higienitas dan sanitasi. Proses pembuatan tempenya sudah tersertifikasi BPPOM. Karena kan kalau buat tempe itu pasti menghasilkan limbah, nah kita buat pengolahan limbah hilirisasi juga di Sumurrejo Gunungpati.

Bagaimana mengolah limbah olahan kedelai bisa bermanfaat Prof?
Limbah olahan kedelai itu baunya menyengat ya memang. Kita mendirikan namanya Laboratorium Filnata. Laboratorium bioteknologi Filnata merupakan hasil hilirisasi kegiatan penelitian dan pengabdian masyarakat berbasis olahan kedelai.

Mengapa pilih lokasi di Gunungpati?
Lokasi Kelurahan Sumurrejo, Gunungpati, Semarang dipilih karena banyak masyarakat di sana menjadi pengrajin olahan kedelai. Selama ini produk samping berupa limbah cair dari olahan kedelai belum ditangani serius.

Hadirnya Lab. Bioteknologi Filnata untuk mengatasi limbah UMKM (tahu dan tempe) di sini. Limbah cair tersebut bisa diolah menjadi nata de soya, pupuk cair hingga membran filter organik.

Bisa terangkan prosesnya Prof?
Proses pembuatan nata de soya cukup mudah. Yakni limbah cair tahu dan tempe dicampur air kelapa tua, lalu direbus dengan tambahan 0,05 persen gula pasir dan 0,005 persen ZA. Selanjutnya dituang ke nampan bersih dan diinkubasi selama 24 jam. Dilakukan inokulasi starter nata di bagian ujung nampan kemudian di fermentasi 5-7 hari.

Nata de soya yang sudah jadi, lalu dicuci dan direbus sebelum ke tahap press dingin hingga tiris. Tahap selanjutnya yakni press panas dengan suhu ±180 Celcius. Lama waktu yang dibutuhkan sesuai dengan ketipisan lembaran nata de soya.

Tahap akhir pengolahan limbah cair yakni dihasilkannya membran filter organik. Membran ini bisa dimanfaatkan untuk menyaring air minum, kopi, air susu perah, pupuk cair dan membran filter bakteri.

Pemanfaatan praktisnya seperti apa itu Prof?
Jadi, seperti yang sudah dijelaskan tadi bahwa, pemanfaatan praktis bisa digunakan untuk menyaring kotoran air, bisa juga untuk menyaring bakteri. Kemarin sudah ada uji ketebalan, uji permeabilitas dan juga uji porositas.
Nanti bentuk membran yang sudah jadi, teksturnya seperti kertas, ini tidak sobek kalau kena air. Ketebalan 0,6 mili, tergantung lama waktu fermentasi.

Hasil penelitian ini bisa diduplikasi di tempat lain Prof?
Ini adalah kegiatan diseminasi limbah yang bisa dimanfaatkan industri maupun UMKM. Tidak hanya membran filter ini, saya juga sudah punya beberapa hak paten seperti cetakan tempe, pembuatan tepung tempe, tempe kelor, keripik tempe kelor, membran filter.

Tapi ini masih sebatas di dunia akademik belum dipasarkan di masyarakat luas. Hak paten didapatkan di Pusat Inovasi HAKI dan komersialisasi Universitas Negeri Semarang. Rencana memang nanti kalau mau diduplikasi boleh saja, tapi tentunya ada royalti. Karena ini sudah masuk hak paten.

Sumber: Tribun Jateng
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved