Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Pati

Lapak Kuliner Sepi, Plaza Pragolo Pati Justru Makin Laris jadi Venue Pertemuan sampai Pernikahan

Pemerintah Kabupaten Pati masih terus berupaya agar Plaza Pragolo bisa kembali ramai seperti sediakala

Penulis: Mazka Hauzan Naufal | Editor: muslimah
TribunJateng.com/Mazka Hauzan Naufal
Leginah (65), pedagang makanan di Plaza Pragolo Pati membereskan meja di warungnya, Selasa (7/11/2023). 

TRIBUNJATENG.COM, PATI - Pemerintah Kabupaten Pati masih terus berupaya agar Plaza Pragolo bisa kembali ramai seperti sediakala.

Sekira setahun belakangan, Plaza Pragolo Pati yang beralamat di Jalan Raya Pati-Kudus, Margorejo, tersebut memang kian sepi.

Pusat kuliner dan UMKM khas Pati tersebut banyak ditinggalkan pedagang.

Bahkan, menurut salah satu pedagang makanan, Leginah (65), hanya enam pedagang yang masih bertahan.

Bioskop di lantai dua dan hall khusus cenderamata di lobi gedung juga masih beroperasi.

"Kami masih terus berupaya agar Plaza Pragolo bisa kembali seperti dulu. Walau memang teman-teman pedagang yang dulu aktif sudah tidak berjualan lagi," ujar Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disdagperin) Pati, Hadi Santosa, Kamis (9/11/2023).

Baca juga: Cerita Mistis Urban Legend KA Harina: Penumpang Wanita Bermuka Rata di Kursi 13D dari Stasiun Tegal

Sebetulnya, pihaknya sudah membujuk paguyuban pedagang agar bersedia kembali berjualan di plaza.

Namun demikian, Hadi memaklumi pilihan mayoritas pedagang yang menutup toko.

"Namanya usaha, mereka masih memperhitungkan untung-rugi. Kalau sepi kasihan juga. Jadi mereka hanya berjualan ketika ada event tertentu," ujar dia.

Hadi menambahkan, paguyuban pedagang Plaza Pragolo juga menyampaikan usul untuk mendatangkan bus-bus pariwisata atau bus antarkota.

"Kalau sore kan banyak bus yang mangkal di depan. Bisa dimasukkan (untuk transit). Ada pula usul untuk menggaet agen perjalanan. Ketika ada tur dari luar kota, atau dari Pati ke luar kota, bisa masuk ke plaza untuk belanja oleh-oleh. (Usulan ini) sedang kami kaji," jelas dia.

Belakangan ini, menurut Hadi, Plaza Pragolo justru lebih banyak dimanfaatkan sebagai ruang pertemuan oleh berbagai kelompok masyarakat.

"Memang di dalam kami persiapkan untuk ruang pertemuan. Sudah beberapa kali digunakan untuk acara reuni, bazar, bahkan juga untuk kegiatan pernikahan," kata dia.

Sampai beberapa bulan ke depan juga sudah ada berbagai komunitas yang pesan tempat untuk menggelar kegiatan.

Selama ini, kata Hadi, pihaknya belum menarik retribusi untuk penggunaan Plaza Pragolo. Retribusi hanya diterapkan untuk parkir.

"Namun kami sudah mengusulkan dalam Perda Retribusi dan Pajak Daerah yang sedang dibahas di dewan. Jadi nanti ada retribusi yang ditarik untuk penggunaan plaza. Saat ini masih dalam proses pembahasan. Sudah selesai di tingkat pansus," jelas dia.

Hadi berharap, hasil penerapan retribusi ini bisa dimanfaatkan untuk pemeliharaan kebersihan dan peningkatan sarana-prasarana Plaza Pragolo.

Apalagi, menurut Hadi, jika melihat tren yang ada, pemanfaatan Plaza Pragolo untuk venue kegiatan tiap bulan makin naik.

"Bulan ini ada beberapa, bulan depan sampai tahun depan juga sudah ada yang mengajukan izin," ujar dia.

Sesuai usulan, nantinya pengguna gedung indoor plaza akan dikenakan tarif Rp 800 ribu per hari. Adapun pengguna area outdoor atau halaman gedung dikenai tarif Rp 600 ribu per hari. 

Sebelumnya, pedagang di Plaza Pragolo Pati mengeluh sepi pengunjung. 

Mereka mengaku kesulitan mendapatkan penghasilan sesuai harapan.

Plaza mulai sepi saat Pandemi Covid-19 melanda dan kios-kios terpaksa tutup.

Leginah (65) adalah salah satu pedagang makanan yang menutup toko saat Pandemi Covid-19.

Dia lalu membuka warung di depan SPBU Margorejo.

Saat pandemi reda, Leginah kembali membuka kiosnya di Plaza Pragolo. 

Namun, hingga kini penjualan masih lesu. 

Hanya bioskop yang masih cukup ramai dikunjungi. 

”Dulu satu hari bisa dapat jutaan. Sekarang sepi. Hari ini saja cuma ada beberapa orang beli 15 gorengan dan minuman," papar Leginah, Selasa (7/11/2023).

Leginah mengaku kerap terpaksa membuang nasi dan makanan lain yang tidak laku terjual. 

Menurut Leginah, dulu ada 50-an pedagang yang berjualan di plaza. 

Saat ini hanya tersisa enam pedagang termasuk dirinya. 

Leginah terpaksa bertahan karena tidak punya opsi lain.

Sebab, warungnya di depan SPBU Margorejo beberapa bulan lalu dibongkar oleh aparat penegak Perda. Sebab, warungnya memang tergolong bangunan liar tidak berizin.

Leginah berharap Pemkab Pati bisa melakukan upaya terobosan agar para pengunjung kembali ramai sehingga kios-kios pedagang di plaza kembali hidup. 

Dia menambahkan, jika ada ajang tertentu, sebetulnya pengunjung plaza sangat ramai. Namun, pedagang di dalam plaza tidak kecipratan keuntungan.

”Kebanyakan EO (event organizer) bawa UMKM sendiri. Kami tidak kebagian," tutur dia. (mzk)

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved