Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Regional

Saat Korban Longsor di Nunukan Sudah Tak Digubris Pemda, Surat Untuk Tuhan Jadi Cara Terakhir

Sebuah video emosional yang berisi kekecewaan, kebingungan, dan harapan warga di perbatasan RI–Malaysia

Editor: muh radlis
IST
Tangkapan layar video warga Desa Atap Kecamatan Sembakung, Nunukan Kaltara membacakan surat untuk Tuhan. Surat ini sebagai bentuk kekecewaan mereka atas penantian panjang penanganan longsor yang tak kunjung ada dari Pemerintah(Kompas.com/Ahmad Dzulviqor) 

TRIBUNJATENG.COM - Sebuah video emosional yang berisi kekecewaan, kebingungan, dan harapan warga di perbatasan RI–Malaysia, tepatnya di Desa Atap, Kecamatan Sembakung, Nunukan, telah menjadi perbincangan hangat di sejumlah grup media sosial.

Video berdurasi 4 menit 26 detik itu mencerminkan kesedihan warga Desa Atap yang tengah berjuang menghadapi musibah tanah longsor yang melanda desa tersebut.

Musibah tanah longsor telah mengakibatkan kerugian signifikan dengan menelan sekitar 10 rumah tinggal dan satu rumah usaha walet. Selain itu, badan jalan, yang merupakan akses darat satu-satunya yang menghubungkan Desa Atap, Desa Manuk Bungkul, dan Desa Lubakan, juga telah terkubur oleh longsor.

Warga Desa Atap yang terdampak musibah berkumpul di lokasi tanah longsor di tepi sungai. Dalam video tersebut, mereka membacakan sebuah surat yang mencerminkan keputusasaan dan harapan mereka, sekaligus sebagai doa agar pemerintah segera merespons kondisi darurat yang mereka hadapi.

Kepala Desa Atap, Tahir, menjelaskan bahwa surat tersebut merupakan hasil dari pemikiran bersama seluruh masyarakat setempat. Surat tersebut diberi judul "Surat Kaleng untuk Tuhan" dan menjadi ungkapan perasaan panjang warga yang telah menanti uluran tangan pemerintah selama lima tahun terakhir.

"Saat ini, masyarakat Desa Atap berharap agar pemerintah dapat memberikan bantuan dan perhatian serius terkait musibah tanah longsor yang terjadi," ujar Tahir saat dihubungi pada Rabu (22/11/2023).

Begini isi tulisan yang sedang menjadi sorotan warga di Kaltara ini.

‘Surat Kaleng Buat Tuhan’

Kepada Tuhan yang Maha Esa lagi Maha Mendengar, dengan segala kemahamuliaanmu. Tuhan, surat ini kami kirimkan dari RT 4 , 5 dan 11. Dari sebuah kampung Tua, Desa Atap, kecamatan Sembakung. Kecamatan tertua pula di Nunukan, Kalimantan Utara, Indonesia, Asia Tenggara, Benua Asia, planet Bumi. Kami mengadu padaMu, tentang longsor yang telah kami alami, yang mengancam kehidupan kami, rumah rumah tempat kami tinggal, rumah rumah walet kami. Bahkan Tuhan juga pasti sudah tahu, ada jalan raya beraspal yang dilalui dan menghubungkan tiga desa sekaligus, yaitu, Desa Manuk Bungkul, Desa Atap, dan Desa Lubakan, yang terancam terputus oleh abrasi. Termasuk tiang listrik dan kabel kabelnya. Ini aset pemerintah yang nilainya berpuluh puluh miliar, kan itu sayang. Selama ini Tuhan, bukannya kami diam dan hanya mengeluh. Macam macamlah kami buat disitu. Menimbun pasirlah, beribu ribu karung disitu sudah kami pakai mendinding tebingnya itu, ndak juga mempan. Ada juga menggali kanal, ndak juga bisa. Untung saja tidak ada usul untuk tanam kepala kerbau disitu, karena perbuatan syirik, Tuhan pasti marah kan? Diusul juga dorang lewat Musrenbang, bertahun tahun sudah, hasilnya remang remang. Padahal pemerintah dan BPBD Kabupaten pernah meninjau, sampai saat ini, belum ada tanggapan serius untuk penanganan. Sementara longsor tidak pernah berhenti. Tuhan, Engkau maha mendengar dan maha penyayang. Tolong ketuk pintu hati para pemimpin kami, Bapak Presiden Jokowi, Bapak Gubernur Zainal Paliwang, Ibu Bupati Laura Hafid. Kami sayang sama mereka ini Tuhan. Semogalah mereka serta keluarganya sehat wal afiat, bahagia di dunia akhirat, dan selalu dalam lindunganMu Tapi Tuhan, tolong kasih tahu dan ketuk hati dorang pejabat pejabat ini, lekas lekaslah bah diurus longsor itu, ndak sudah jauh, 15 depa saja lagi itu Tuhan. Dua tiga hari ini, biarlah sudah dorang mengurusnya. Sebelum turab permanen dibuat, harus segera ada tindakan cepat dan darurat yang bersifat mendesak agar longsor itu tidak terus menerus. Itu aja Tuhan, mudah mudahan permintaan kami dikabulkan, Amin. Dari hambaMu yang selalu berharap kasih sayangMu.

Ibu ibu berkerudung yang membaca isi surat tersebut, juga menangis pilu, berharap segera ada respons dari Pemerintah karena kondisi tersebut sudah berlarut larut.

‘’Desa Atap ini menjadi wilayah paling terdampak dalam setiap peristiwa banjir rutin tahunan yang terjadi.

Tapi alhamdulillah, rasa kekeluargaan kami sangat kuat. Kami selalu gotong royong saat ada tanah terbelah, ketika ada rumah warga kami jatuh ke sungai.

Kami kerja bakti membuatkan saudara kami rumah yang baru,’’kata Tahir lagi.

Jikalau kondisi longsor yang terjadi bisa diselesaikan dengan APBDesa, niscaya masyarakat tidak perlu sampai bingung dan putus asa atas kondisi yang menimpa mereka.

Warga sudah berusaha membuat tanggul dari karung berisi pasir, membangun kanal, tetapi semua kandas dan tidak ada efek.

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved