Berita Wonosobo
Potret Kerukunan 3 Agama di Desa Kaliputih Wonosobo, Tanamkan Nilai-nilai Toleransi Sejak Dini
Praktik-praktik moderasi beragama di Kabupaten Wonosobo dapat tercermin pada sebuah desa di Kecamatan Selomerto
Penulis: Imah Masitoh | Editor: muslimah
"Kita saling menghormati, tidak ada milah-milah. Saat hari raya saling mengucapkan. Kalau orang muslim ada sedekah kita juga ada berbagi kasih dengan berbagi bingkisan paket saat hari raya. Kita semua sama, yang membedakan saya ke gereja mereka ke masjid atau wihara," jelasnya.
Sementara itu, lokasi rumah ibadah umat buddhis di Desa Kaliputih berada di Dusun Jlegong, berjarak sekitar 1 kilometer dari kantor desa setempat.
Selain agama Buddha, di Dusun Jlegong sebagian masyarakatnya beragama Islam. Dusun ini terkenal dengan produsen kripik RMD yang sudah terkenal di Wonosobo.
Kepala Desa Kaliputih, Parminto menjelaskan, desanya memiliki kemajemukan agama yang harus selalu dijaga kerukunannya.
Penduduk desanya yang mayoritas tani, sudah paham betul terkait praktik-praktik moderasi beragama di masyarakat.

Ia menjelaskan sekitar 10 persen penduduk Desa Kaliputih beragama Buddha, 25-30 persen beragama Kristen, dan sisanya beragama Islam.
"Kristen kisaran 40 an keluarga, Buddha 10 keluarga, dan selebihnya muslim. Desa Kaliputih ada 4 dusun, Dusun Diwek muslim semua, sementara Dusun Kaliputih, Dusun Banjaran, dan Dusun Jlegong beragam agama," jelasnya.
Kades Kaliputih mengatakan, masyarakat desanya menjalankan aktivitas sosial sehari-hari tanpa melihat latar belakang agama masing-masing. Dalam berbagai hal masyarakat membaur satu sama lain hingga tidak terlihat perbedaan diantara mereka.
Tidak perlu berbicara dalam lingkup desa, beberapa keluarga di Desa Kaliputih juga menganut keyakinan yang berbeda dalam satu keluarga.
"Antara agama Buddha dengan Kristen dan Islam seolah olah tidak ada bedanya. Umat kristiani pakai jilbab ya biasa, yang muslim ngga pakai peci ya ngga papa, mengucapkan salam kepada non muslim ya biasa," ucapnya.
Menariknya, di Desa Kaliputih hanya ada satu pemakaman yang digunakan seluruh masyarakat desa tanpa terkecuali. Jika ada salah satu warga yang meninggal prosesi pemakaman juga dibantu satu sama lain termasuk umat muslim, buddhis, ataupun kristiani.
Kebersamaan juga ditunjukkan saat hari-hari besar keagamaan, secara bergantian mereka turut serta membantu dalam hal keamanan selama berjalannya peribadatan. Begitu juga contoh lain saat Idulfitri, seusai salat ied di masjid, umat nasrani dan buddhis akan menjemput di depan masjid dan sepanjang jalan untuk saling bersalam-salaman.
Tidak hanya kegiatan keagamaan, tradisi budaya juga menjadi media perekat antar umat beragama di Desa Kaliputih.
Tradisi Grebeg Sura yang berlangsung setahun sekali pada bulan Muharram dirayakan bersama dengan kirab gunungan hasil bumi. Gunungan tersebut dikirab sepanjang jalan hingga desa sekitar untuk dibagikan ke warga sebagai bentuk rasa syukur masyarakat Desa Kaliputih kepada Tuhan.
"Pelaksanaan Grebeg Sura, tidak harus tanggal satu Sura. Kita cari hari yang sekiranya tidak ada kegiatan peribadatan agama di desa. Sehingga semua warga bisa mengikuti," imbuhnya.
Bendera One Piece Banyak Dicari, Pedagang Musiman di Wonosobo Pilih Tak Jual karena Risiko |
![]() |
---|
PGRI Wonosobo Sampaikan Aspirasi 5 Hari Sekolah, Harap Ada Kebijakan yang Seragam |
![]() |
---|
Lembaga Keagamaan Wonosobo Tolak Penerapan Sekolah 5 Hari, Khawatir Ganggu Jadwal Ngaji |
![]() |
---|
Menuju Kabupaten Sehat, Wonosobo Fokus Perbaiki Indikator dan Lengkapi Data Dukung |
![]() |
---|
Perolehan Bulan Dana PMI Wonosobo 2025 Naik 20 Persen, Capai Rp1,9 Miliar |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.