Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Solo

Peserta Umbul Mantram Terobos Hujan, Sukses Ramaikan Grebeg Sudiro Solo

Ratusan peserta Umbul Mantram tidak gentar menghadapi guyuran hujan saat prosesi pembukaan Grebeg Sudiro Solo.

|

TRIBUNJATENG.COM, SOLO – Ratusan peserta Umbul Mantram menembus hujan saat prosesi pembukaan Grebeg Sudiro Solo, Sabtu (27/1/2024) malam.

Meskipun hujan, semangat mereka tidak surut saat berkeliling di Kelurahan Sudiroprajan, membawa sejumlah sesaji dan dua gunungan.

Rombongan yang dipimpin oleh Padepokan Brojobuwono dari Kabupaten Karanganyar diikuti oleh tokoh agama, tokoh masyarakat, mahasiswa, komunitas seni, pesilat, dan warga.

Ujub doa dalam pembukaan Grebeg Sudiro
Ujub doa dalam pembukaan Grebeg Sudiro di Kelurahan Sudiroprajan, Jebres, Solo, Sabtu (27/1/2024)

Gunungan hasil bumi menjadi penutup rombongan Umbul Mantram tersebut. Mereka terlihat mengenakan pakaian adat Jawa dan pakaian adat Tionghoa.

Dalam waktu kurang dari satu jam, rombongan Umbul Mantram tiba di Kelurahan Sudiroprajan. Setibanya, mereka segera melakukan doa untuk kelancaran Grebeg Sudiro yang dihadiri oleh masyarakat.

Setelah doa, dilakukan pelepasan burung merpati, ikan, dan ngalap berkah dua gunungan yang berisi jajanan pasar dan hasil bumi seperti sayur-sayuran.

Lurah Sudiroprajan, Asthywiana Swastiyani Leo, menyatakan bahwa Umbul Mantram adalah salah satu prosesi adat sebelum memulai kegiatan Grebeg Sudiro.

Ia menjelaskan bahwa kegiatan ini bertujuan untuk menunjukkan perpaduan dua budaya di Kelurahan Sudiroprajan, yaitu budaya Tionghoa Cina dan Jawa.

"Berangkat dari kegiatan Grebeg Sudiro 2007, para tokoh agama, tokoh budaya, penggiat seni, serta tokoh pemuda di Kota Surakarta di Kelurahan Sudiroprajan ini duduk bersama," kata Asthy.

"Mereka ingin membuat kegiatan yang menunjukkan statement terkait akulturasi budaya di kelurahan, dilihat dari perjalanan Grebeg Sudiro," tambah Asthy.

Asthy menjelaskan bahwa kegiatan besar Grebeg Sudiro melibatkan karnaval budaya atau iring-iringan, serta pertunjukan barongsai yang menampilkan nuansa Tionghoa.

"Keberagaman dari dua etnis akulturasi budaya itu terlihat melalui karnaval budaya dan Umbul Mantram pada malam ini," tambahnya.

Setelah ngalap berkah, dilakukan juga makan bersama. Para perwakilan ibu-ibu dari RW menyajikan beragam makanan hingga minuman.

Lilis (59), salah satu warga, menyatakan kesenangannya dengan tradisi yang terus dilakukan oleh Kelurahan Sudiroprajan. Ia mengaku senang mengikuti kegiatan setiap tahunnya dan berdesak-desakan dengan warga lain untuk ngalap berkah atau mengambil gunungan dari Umbul Mantram tersebut.

"Iya, tadi berdesak-desakan dengan yang lain. Senang ya dengan kegiatan ini, walaupun hujan semangat warga tetap ada," ujarnya. (uti)

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved