Berita Semarang
Dikeroyok Program Pencegahan dari Berbagai Sektor, Kasus DBD Kota Semarang Menurun Tajam
Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang terus berupaya menekan angka kasus penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) hingga kini kasusnya menurun tajam.
Penulis: Eka Yulianti Fajlin | Editor: raka f pujangga
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang terus berupaya menekan angka kasus penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD).
Terbukti, di bawah kepemimpinan Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu, kasus DBD mengalami penurunan signifikan.
Dari data yang dihimpun, kasus DBD tahun 2022 mencapai 865 kasus dengan angka kematian sebanyak 33 orang.
Baca juga: Belum Genap Dua Bulan Tahun 2024 Dinkes Wonosobo Sudah Catat 33 Kasus DBD
Namun pada 2023, angka kasus DBD turun signifikan menjadi 404 kasus.
Sementara kasus kematian akibat DBD juga mengalami penurunan menjadi 16 orang.
Untuk tahun 2024 ini, ada 36 kasus DBD dan tidak ada kasus kematian.
"Setiap tahun kami membuat prediksi kasus DBD tingkat Kota Semarang. Kami juga punya peta kerentanan dan potensial dampak," ujar Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang, Moh Abdul Hakam, Rabu (21/2/2024).
Dari peta kerentanan dan potensial Demam Berdarah itu, kata Hakam, Dinas Kesehatan kemudian melakukan antisipasi khususnya di daerah padat penduduk berpotensi.
"Daerah padat seperti Tembalang, Banyumanik, Semarang Utara, itu wilayah dengan wilayah rentan kasus," kata Hakam.
Menurut Hakam, total kasus hingga tanggal 17 Februari 2024, ada 36 kasus DBD di Kota Semarang.
"Meski ada kasus, Alhamdulillah tidak ada yang meninggal. Kami berharap semoga tidak ada yang korban jiwa karena DBD," jelasnya.
Dinas Kesehatan Kota Semarang telah melakukan langkah pencegahan dan penanganan penyakit DBD agar tidak semakin meningkat. Terlebih, di musim hujan seperti saat ini.
"Sekarang kita sudah tahu peta daerah-daerah rentan DBD, itu yang kita perintahkan kepada jajaran di kelurahan dan puskesmas untuk melakukan PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk) atau PJN (Pemberantasan Jentik Nyamuk). Itu yang efektif sekali," jelasnya.
"PSN dan PJN ini jika dilakukan dua kali seminggu, maka pertumbuhan dan jumlah nyamuk pasti tidak akan banyak," bebernya.
Ada pula upaya 3M Plus, yaitu menguras tempat penampungan air, menutup tempat-tempat penampungan air, dan mendaur ulang berbagai barang yang memiliki potensi untuk dijadikan tempat berkembang biak nyamuk aedes aegypti yang membawa virus DBD pada manusia.
Baca juga: Sepanjang Tahun 2024, Telah Ditemukan 33 Kasus DBD di Wonosobo
Bahkan, lanjutnya, Dina Kesehatan juga menggandeng Dinas Pendidikan untuk memberdayakan anak-anak sekolah melalui program Si Centik (Siswa Cari Jentik).
"Kader-kader PKK turun secara intens melakukan PJN dan PSN. Adek-adek di sekolah melakukan program Si Centik juga jalan dengan baik. Peta kerawanan ini mulai kami gerakkan dari tingkat RT hingga RW juga," imbuh Hakam.
Adu Presisi, Tukang Bangunan Unjuk Gigi Lomba Pasang Keramik di Semarang |
![]() |
---|
Kemeriahan Kirab Cheng Ho di Semarang: Merajut Toleransi dan Sejarah 6 Abad |
![]() |
---|
Jasirah Race 2025 Genjot Sport Tourism, Angkat Potensi Terpendam Jawa Tengah |
![]() |
---|
43 Hektare Tanah Lenyap Ditelan Laut: Kisah Marzuki Bangkitkan Mangrove Dari Ancaman Abrasi |
![]() |
---|
Wali Kota Semarang: Festival Cheng Ho Diincar Dunia Internasional |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.