Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Ekonomi Bisnis

Cara Kuswandi Mengatur Keuangan yang Sehat dalam Menjalankan Usaha Jualan Aksesoris

Dari yang semula hanya mengelola satu kios, kini Kuswandi dan Rofi telah mengelola empat kios di Pasar Mijen.

Penulis: Rifqi Gozali | Editor: Muhammad Olies
Tribun Jateng/Rifqi Gozali
Kuswandi (kanan) saat melayani pelanggan yang datang ke kiosnya di Pasar Mijen, Kecamatan Kaliwungu, Kudus, Rabu (24/4/2024). 

TRIBUNJATENG.COM, KUDUS – Mengatur keuangan dalam menjalankan usaha mutlak diperlukan. Jika pelaku usaha tidak mampu mengaturnya, maka bangkrut adalah keniscayaan.

Pentingnya mengatur arus keuangan dalam menjalankan usaha ini telah dipraktikkan oleh Kuswandi. Lelaki berusia 35 tahun ini terbilang sukses dalam menjalankan bisnis jualan aksesoris atau pernak-pernik khusus perempuan di salah satu kios di Pasar Mijen, Kecamatan Kaliwungu, Kudus.

Kesuksesan suami Rofi ini bisa dibuktikan dari usahanya yang terus mengalami pertumbuhan. Dari yang semula hanya mengelola satu kios, kini Kuswandi dan Rofi telah mengelola empat kios di Pasar Mijen. Selain kios yang menjajakan aksesoris perempuan misalnya pengucir rambut, gelang, dan jepit rambut kini Rofi memiliki satu kios pakaian dan satu kios yang menjual kosmetik.

“Satu kios lagi ini belum kami isi. Masih kami renovasi biar lebih nyaman saat nanti dibuat berjualan,” kata Kuswandi saat ditemui Tribunjateng.com di kiosnya di Pasar Mijen, Rabu (24/4/2024).

Baca juga: Gaptek Jadi Kendala Pelaku UMKM Hadirkan Produknya di Ekatalog

Untuk sampai pada titik sukses seperti kali ini, Kuswandi dan Rofi telah memulainya sejak 2015 berbekal ketekunan. Sementara untuk modal yang saat itu mereka pakai untuk menjalankan usaha berangkat dari tabungan yang dikumpulkan Kuswandi dari bekerja sebagai pemasang partisi perkantoran di berbagai kota.

Sedangkan tabungan Rofi dari bekerja di salah satu perusahaan konveksi di Jepara juga digunakan untuk tambahan modal dalam menjalankan usaha bersama sang suami.

“Setelah memulai usaha ini akhirnya kami berhenti bekerja, fokus menjalankan usaha,” kata Kuswandi.

Memisahkan rekening

Kesehatan keuangan dari usaha yang dijalankan pasangan Kuswandi dan Rofi ini karena keduanya komitmen untuk mengatur arus keuangan dengan sebaik-baiknya. Dia memisahkan uang untuk keperluan rumah tangga dan uang yang digunakan untuk keperluan usaha.

“Jadi prinsipnya uang pribadi dan uang untuk usaha tidak campur aduk. Dari situ kami bisa mengetahui secara pasti berapa keuntungannya,” kata Kuswandi.

Untuk memisahkan keuangan pribadi dan keuangan untuk kepentingan usaha cara yang digunakan pasangan ini dengan membuat rekening berbeda. Satu rekening untuk keperluan rumah tangga, dan satu rekening untuk keperluan usaha.

“Dengan begitu saya bisa tahu dan jelas mana uang yang masuk untuk keperluan usaha dan mana uang pribadi saya. Saya tidak mau uang itu tercampur agar usaha ini tetap berjalan,” kata Kuswandi.

Baca juga: Peringati Hari Kartini, Sekda Jateng Dorong Perempuan Tingkatkan Perekonomian Melalui UMKM

Cara pemisahan rekening ini dipakai Kuswandi berbekal pengalaman yang dia dapat selama bekerja menjadi pemasang partisi di perkantoran. Saat itu dia memiliki atasan yang mempraktikkan hal tersebut. Rupanya pengalaman itu dipraktikkan oleh Kuswandi saat menjalankan usaha dan hasilnya memang moncer.

Mengambil Bayaran Pribadi

Baik Kuswandi dan Rofi tidak memungkiri kalau dirinya memiliki kebutuhan sehari-hari yang harus dipenuhi. Namun bukan berarti keduanya ngawur dalam menggunakan uang pendapatan dari usaha yang mereka rintis. Keduanya memiliki komitmen untuk menggaji dirinya sendiri.

Dalam sehari, baik Kuswandi maupun Rofi mengambil uang keuntungan usaha masing-masing Rp 100 ribu. Uang itu digunakan untuk keperluan makan dan memenuhi kebutuhan harian. Masing-masing dalam sehari Rp 100 ribu sudah cukup.

“Namanya orang butuh bensin, butuh uang untuk makan dan beli jajan. Kami gaji diri sendiri Rp 100 ribu sehari itu sudah cukup,” kata Kuswandi.

Di sisi lain keduanya juga mencatat setiap transaksi keuangan. Baik uang masuk maupun uang keluar tercatat rapi. Sehingga mereka tahu berapa omzet yang mereka dapatkan. Rata-rata dalam sehari omzetnya bisa mencapai Rp 1 juta.

“Kalau hari-hari tertentu, misalnya saat hari libur atau menjelang lebaran itu bisa lebih dari Rp 1 juta omzetnya,” kata dia.

Untuk mengetahui seberapa besar progres keuntungan dalam menjalankan usaha, biasanya mereka menghitung secara akumulatif setahun sekali. Catatan uang keluar dan masuk selama setahun akan direkap saat menjelang lebaran.

“Menjelang lebaran itu tahun tutup buku. Kami hitung semua pendapatan dan kami susun rencana pengembangan usaha,” kata Kuswandi.

Di sisi lain, keduanya juga memprioritaskan beberapa hal yang menjadi tanggungan bulan. Misalnya setiap bulan pengeluaran yang mereka keluarkan untuk keperluan membayar karyawan, membayar listrik di 4 kios, dan membayar uang kebersihan pasar bisa mencapai Rp 3 juta. Uang sebesar itu harus disisihkan dari pendapatan yang didapatkan dalam menjalankan usaha.

Tambahan modal

Selain modal yang berangkat dari tabungan pribadi selama berkeja sebagai pemasang partisi, Kuswandi juga mengakses modal dari Bank Rakyat Indonesia (BRI) melalui skema Kredit Usaha Rakyat (KUR). Pinjaman modal itu digunakan untuk menambah barang dagangan.

“Karena salah satu yang menjadi pemikat bagi pelanggan itu ketika isi kios penuh dengan barang. Kalau barang hanya sedikit, kadang pelanggan kurang percaya karena dipikir kiosnya tidak komplit dagangannya,” kata Kuswandi.

Terakhir Kuswandi mengakses KUR dari BRI sebesar Rp 100 juta setahun yang lalu. Uang tersebut kini telah digunakan sepenuhnya untuk pengembangan usaha. Setahun ini, ternyata dia merasakan dampak positif.

“Karena kami tidak berani menggunakan uang KUR untuk keperluan lain. Kami harus tertib. Itu uang untuk tambahan modal usaha, maka kami juga harus gunakan untuk itu. Dan setahun ini ternyata memang ada dampaknya setelah barang dagangan kian banyak,” kata Kuswandi.

Sementara Pimpinan Cabang BRI Kudus Iman Indrawan mengatakan, KUR merupakan produk pinjaman yang ringan bunganya. Pinjaman itu salah satu akses pinjaman modal yang pihaknya berikan kepada para pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).

“KUR pinjaman dari BRI yang bisa menjadi tumpuan modal bagi pelaku UMKM. Tentu pinjaman KUR itu setelah melalui analisa yang matang baik dari BRI maupun sesuai ketentuan pemerintah,” kata Iman.

Di BRI sendiri akan tiga macam pinjaman KUR. Pertama yaitu KUR Mikro Bank BRI dengan plafon maksimal Rp 50 juta per debitur. Selanjutnya yaitu KUR Kecil Bank BRI yaitu kredit modal kerja atau investasi kepada debitur yang memiliki usaha produktif dan layak dengan plafon di atas Rp 50 juta sampai Rp 500 juta.

Terakhir KUR Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yaitu pinjaman untuk membiayai pemberangkatan calon TKI ke negara penempatan kerja dengan plafon maksimal Rp 25 juta.

“Bentuk BRI Kudus untuk meningkatkan usaha atau perekonomian masyarakat melalui kredit KUR. Niat kami masyarakat maju bareng. Kalau pelaku UMKM maju kami juga ikutan kena dampaknya,” ujar Iman.

 

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved