Berita Jateng
Jomplang! Upah Minim Buruh Tani di Jateng Tak Sebanding Dengan Besarnya Serapan Tenaga
Sektor pertanian menjadi sektor dengan serapan tenaga kerja paling tinggi di Jateng.
Penulis: budi susanto | Editor: Catur waskito Edy
"Ya mau bagaimana lagi, kami tidak punya lahan hanya bisa bekerja harian," ucap Tasurun (51) buruh tani asal Kabupaten Kendal.
Ia juga mengatakan tidak ada standarisasi upah dari pemerintah seperti buruh pabrik.
Kondisi tersebut tak jarang membuat pemberi kerja seenaknya mematok upah untuk buruh tani.
"Mau mengeluh juga tidak bisa, yang jelas upah yang kami terima hanya cukup untuk makan," terangnya.
Tasurun merupakan satu dari jutaan buruh tani yang ada di Jateng.
Ia hanya bisa bekerja lantaran tak memiliki lahan pertanian.
Catatan Disnakertrans Provinsi Jateng, buruh memiliki porsi terbesar dalam hal status pekerjaan utama.
Di persentase buruh atau pekerja yang tak memiliki lahan hingga usaha mencapai 36,2 persen.
Jika dihitung, ada 7,2 juta buruh di Jateng dari total 20,4 juta penduduk yang bekerja.
Baca juga: Kebakaran Lahan di Blora, Nyaris Merembet ke Rumah Warga
Baca juga: PGRI Nilai Perhatian Pemkot Semarang Kepada Guru Non-ASN Baik, Prioritaskan Diangkat PPPK
Baca juga: Cara Dinkes Blora Tekan Angka Penularan HIV/AIDS, Pelajar Diminta Menjaga Diri dan Meningkatkan Iman
Baca juga: Pemkab Karanganyar Gandeng Yohanes Surya Terapkan Metode Gasing Dalam Pembelajaran Matematika
Job Fair Hari Jadi Ke-80 Jateng Disambut Antusiasme Pencari Kerja |
![]() |
---|
Pemprov Jateng Salurkan Bantuan untuk Korban Kebakaran Sumur Minyak di Blora Senilai Rp 180 Juta |
![]() |
---|
26 Korban TPPO Asal Jawa Tengah Enggan Pulang dan Masih Ingin Bekerja di Eropa |
![]() |
---|
Sosok Jamaludin Malik Anggota DPR RI Dapil Jateng Sebut Kenaikan Tunjangan dan Gaji Tak Cukup |
![]() |
---|
Wagub Taj Yasin Ingin Kirab Budaya Dimasukkan Dalam Kalender Event Jawa Tengah |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.