Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Cuaca Ekstrem

Cerita Keluarga di Semarang Pakai AC Label SKEM & LTHE Demi Hemat Energi dan Lawan Cuaca Ekstrem

Kota Semarang beberapa kali masuk sebagai kota terpanas di Indonesia yang dirilis oleh BMKG.

Penulis: iwan Arifianto | Editor: rival al manaf
Tribun Jateng/ Iwan Arifianto
Warga Kota Semarang, Lucky Setiawan (33) menyalakan AC sebelum anaknya tidur siang, di rumahnya, Kalipancur, Ngaliyan, Kota Semarang, Kamis (20/6/2024). Lucky memasang AC berlabel hemat energi SKEM dan LTHE supaya alat lebih awet dan hemat listrik.  


Melihat merek dari AC dan jenisnya yang digunakan Syamsudin, AC itu memiliki  nilai efisiensi 12,55  energy efficiency ratio/ cooling seasonal performance factor (EER/CSPF),  konsumsi energi tahunan sebesar 1135,88 killowatt-hour (Kwh), biaya listrik tahunan sebanyak Rp1.641.005. Hitungan tersebut dengan catatan, asumsi penggunaan 8 jam perhari.


“Listrik di rumah kapasitas dayanya 1.200 watt, biaya perbulan dahulu sebelum pakai hemat energi sebesar Rp900 ribu setelah pakai alat eletronik berlabel hemat energi turun menjadi Rp800 ribu. Tak hanya  AC, di rumah juga memakai kulkas merek SHARP dengan label tanda hemat energi,” terangnya.


Warga Kota Semarang, Lucky Setiawan (33) menuturkan, membeli AC  demi anaknya yang kini berusia 3 tahun supaya tidak kepanasan di rumah kontrakannya yang baru.


Lucky dan keluarganya belum lama ini pindah rumah dari sebelumnya di Kecamatan Mijen yang berada di sisi selatan Kota Semarang beralih ke wilayah lebih ke utara persisnya di Pasadena, Kalipancur, Kecamatan Ngaliyan. 

Daerah tempat tinggal Lucky sebelumnya merupakan dataran tinggi yang teduh. Kondisi sebaliknya dialami di rumahnya yang sekarang yakni  berupa dataran rendah dengan suhu lebih panas

“Kalau di Mijen siang hari suhu saya cek di handphone sekira 27-29 derajat celcius tapi di Pasadena di waktu yang sama bisa mencapai 31-35 dejarat celcius,” bebernya.


Dia dan keluarganya baru pindah Mei 2024, sejak itulah rumahnya mulai dipasang AC. Dia membeli AC merek SHARP model AH-A5ZEY  kapasitas 0,5 PK berdaya 356,70  watt.

Kapasitas pendinginnya mencapai 4576,40 British Thermal Unit per hour (BTU/h).  Dari penggunaan AC berlabel hemat energi tersebut konsumsi energi tahunan mencapai sebesar 246,26 kwh, biaya listrik tahunan sebanyak Rp355,777 dengan asumsi penggunaan 8 jam perhari.


AC  yang dibelinya adalah AC label LTHE  dan  SKEM dengan jumlah bintang tiga (3). Ia sengaja membeli alat elektronik dengan label hemat energi dengan harapan biaya Listrik tak terlalu mahal.

“Ini sesuai ekspektasi saya, ternyata pakai AC dengan label hemat energi lebih murah, saya kira dulu pakai AC listrik jadi mahal ternyata bisa murah asal pakai label hemat energi,” tuturnya.


Lucky mengeluarkan biaya Listrik perbulannya sebesar Rp200 ribu dengan konsumsi Listrik 134,5 kwh yang mencakup kebutuhan alat elektronik lainnya meliputi kulkas, rice cooker, kipas angin, setrika, lampu LED dan lainnya. 

“Sementara di rumah hanya AC yang pakai label tanda hemat energi karena saya tahunya baru-baru ini, Saya yakin biaya akan lebih hemat jika alat elekronik pakai label hemat energi semua,” paparnya.

Rumah Tangga Pondasi Hemat Energi

Praktik baik yang dilakukan oleh Syamsudin dan Lucky dalam penggunaan alat elektronik berlabel SKEM dan LTHE di sektor rumah tangga menjadi salah satu sektor prioritas yang digarap oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dalam menekan penggunaan energi listrik.


Merujuk data dari Direktorat Jenderal (Ditjen) Energi Baru, Terbarukan Dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM sektor rumah tangga memiliki potensi penghematan energi sebesar 15-30 persen. 

Halaman
1234
Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved