Kesehatan
Rizka Sukses Tingkatkan Cakupan Tes HIV di Kalangan Remaja lewat Gebrak Setia
Senyuman tak mau lepas dari wajah Rizka Ayu Setyani (33) pada hari ketika dia dinyatakan lulus dalam Ujian Terbuka Promosi Doktor di Universitas.
"Remaja bebas memilih dengan siapa berkonsultasi. Saat ini ada 10 peer educator yang terlibat dan profilnya kami tampilkan dalam laman. Para peer educator ini diambil dari sekolah-sekolah, LSM, dan karang taruna. Mereka semua sudah terlatih serta berkomitmen," ucap Rizka.
Salah satu "fitur kunci" dalam laman ekstrim.org adalah skrining mandiri lewat formulir berbasis Google Docs.
Dengan mengisi formulir ini, remaja akan mengetahui apakah dirinya termasuk orang berisiko HIV.
"Lewat tools ini, kita bisa melihat seberapa besar angka risiko HIV, yang ternyata cukup besar di kalangan remaja SMA dan SMK. Sebetulnya mereka bukan populasi kunci atau populasi berisiko, tapi ternyata banyak risiko juga ketika mereka lebih terbuka dalam skrining," ucap dia.
Menurut Rizka, remaja bisa lebih terbuka karena saat mengisi formulir skrining mereka cukup menjawab pertanyaan dengan mengklik opsi jawaban secara mandiri, tanpa ditanyai langsung oleh petugas.
"Selama ini sebelum ada Ekstrim, layanan skrining langsung ditanya (secara tatap muka). Kalau misalnya ditanya langsung apakah sudah pernah berhubungan seksual, pasti mereka kan malu, tidak mau jawab, bisa juga menutupi dan tidak mengaku. Lain halnya kalau skrining dilakukan mandiri di website," ungkap dia.
Jika hasil skrining mandiri menunjukkan bahwa responden ternyata berisiko HIV tinggi, layanan bisa dilanjutkan dengan mendaftar tes HIV di lokasi yang bisa dipilih sendiri.
Remaja tidak perlu takut atau malu, sebab identitas mereka dijamin akan dirahasiakan.
Mereka yang hendak melakukan tes HIV juga akan mendapat pendampingan supaya merasa nyaman dan tidak merasa terintimidasi ketika melakukan tes.
"Ketika ada responden yang terdeteksi berisiko HIV usai skrining, mereka akan ditawari mau tes HIV di mana. Kami akan berkomunikasi dengan LSM terkait. LSM yang akan mengantarkan responden ke Puskesmas atau layanan lain yang mereka inginkan. LSM kan juga punya tes VCT (Voluntary Counseling and Testing) gratis," jelas Rizka.
Dia menyebut, dalam tiga tahun belakangan setelah penerapan layanan Gebrak Setia berbasis Ekstrim, bisa terlihat adanya peningkatan cakupan tes HIV, khususnya di kalangan remaja Kota Yogyakarta.
Dilihat dari data statistik yang ditampilkan di laman ekstrim.org, pengunjung situsweb ini telah mencapai 770 dan pengguna layanannya mendapai 404.
Hal ini menjadi kabar gembira bagi penanganan HIV secara umum.
Terbukti bahwa dengan layanan gratis berbasis digital yang mudah diakses, kalangan remaja akan lebih sadar akan pentingnya mengetahui risiko HIV.
"Bahwa kalau memang berisiko ya tes, tidak semenakutkan itu kok. Tes HIV justru jadi pintu awal untuk upaya pencegahan yang lain. Kalau tidak tes, kita tidak tahu juga status risiko kita," ucap dia.
Kasus Kanker Serviks Masih Tinggi, Ahli Imbau Masyarakat Lakukan Revaksinasi HPV |
![]() |
---|
Seorang Lansia Masuk Rumah Sakit gara-gara Ikuti Saran Chat GPT |
![]() |
---|
Pejuang Dua Garis Biru, Ini Biaya Program Bayi Tabung di Kota Semarang |
![]() |
---|
Angin Segar Profesi Bidan di Kendal, Diizinkan Buka Praktek Mandiri Setelah 9 Tahun Vakum |
![]() |
---|
Khasiat Minuman Jahe Merah Hangat untuk Kesehatan Tubuh |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.