Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Semarang

Kekhawatiran Pemotongan Gaji Guru Honorer di Tengah Wacana Libur Ramadan

Wacana libur sekolah selama satu bulan penuh pada Ramadan yang digagas oleh Kemenag dan Kementerian Pendidikan Dasar dan Sekolah Menengah

Penulis: budi susanto | Editor: Catur waskito Edy
Dok Tribun Jateng/Budi Susanto
Ilustrasi kalender bulan Maret 2025. 

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG -  Wacana libur sekolah selama satu bulan penuh pada Ramadan yang digagas oleh Kemenag dan Kementerian Pendidikan Dasar dan Sekolah Menengah (Kemendikdasmen) menjadi sorotan, termasuk dampaknya terhadap kesejahteraan guru honorer

Wacana tersebut pun mendapat tanggapan beragam, beberapa guru honorer juga khawatir jika gaji mereka dipotong.

"Kan guru honorer digaji sesuai dengan jam mengajar, kalau sebulan libur gaji yang kami terima juga berkurang," terang Tri Sulistiyono satu di antara guru honorer di Kota Semarang melalui sambungan telepon, Jumat (17/1/2025).

Tak hanya Tri, Rais Syuriah PWNU Jateng, Ubaidillah Shodaqoh juga menanggapi kekhawatiran tersebut.

Menurut Ubaidillah, kebijakan libur Ramadan dapat menjadi solusi atas pembelajaran yang kurang efektif selama bulan puasa. 

Namun, ia menyoroti pentingnya memperhatikan nasib guru honorer yang mungkin terdampak.

"Menurut saya, tidak ada alasan untuk memotong gaji honorer. Kondisinya sudah sulit, jadi jangan dikurangi lagi," tegas Ubaidillah.

Ia berharap pemerintah memastikan hak-hak guru honorer tetap terpenuhi meskipun kebijakan libur panjang diterapkan. 

Menurutnya, stabilitas ekonomi para guru harus menjadi perhatian utama agar mereka tetap dapat menjalankan tugasnya dengan baik.

Selain itu, Ubaidillah menyebutkan bahwa libur panjang Ramadan dapat dimanfaatkan untuk pembelajaran agama dan kegiatan positif lainnya. 

Namun, ia mengingatkan orang tua harus aktif mengawasi anak-anak agar tidak menghabiskan waktu dengan bermain gadget.

"Orang tua harus lebih aktif mengontrol anak-anak agar lebih banyak belajar daripada bermain gadget. Masalahnya bukan pada liburnya, tapi pada penggunaan gadget itu sendiri," jelasnya.

Ia juga menyarankan agar anak-anak mengikuti kegiatan seperti mengaji di kampung atau pesantren kilat selama Ramadan. 

Menurutnya, program seperti ini sangat baik untuk pembentukan karakter anak.

"Menghidupkan kegiatan tradisional seperti mengaji atau pesantren Ramadan sangat positif," tambahnya.

Ubaidillah juga menekankan pentingnya konsistensi dalam penerapan kebijakan. Ia berharap kebijakan libur Ramadan tidak berubah-ubah setiap tahun.

"Jangan sampai Ramadan tahun ini diterapkan, tapi tahun depan tidak. Kebijakan yang berubah-ubah justru membuat program tidak stabil," imbuhnya.

Baca juga: DPRD Umumkan Usulan Pemberhentian Wali Kota Solo

Baca juga: Kisah Hari Nurdiansyah Produksi Miniatur Pesawat Dari Limbah Kayu di Tegal

Baca juga: Perkuat Soliditas dan Kekeluargaan, Kanwil Kemenkum Jateng Ikuti "Fun Minton" dalam Rangka HBI ke-75

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved