Berita Semarang
Kekhawatiran Pemotongan Gaji Guru Honorer di Tengah Wacana Libur Ramadan
Wacana libur sekolah selama satu bulan penuh pada Ramadan yang digagas oleh Kemenag dan Kementerian Pendidikan Dasar dan Sekolah Menengah
Penulis: budi susanto | Editor: Catur waskito Edy
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Wacana libur sekolah selama satu bulan penuh pada Ramadan yang digagas oleh Kemenag dan Kementerian Pendidikan Dasar dan Sekolah Menengah (Kemendikdasmen) menjadi sorotan, termasuk dampaknya terhadap kesejahteraan guru honorer.
Wacana tersebut pun mendapat tanggapan beragam, beberapa guru honorer juga khawatir jika gaji mereka dipotong.
"Kan guru honorer digaji sesuai dengan jam mengajar, kalau sebulan libur gaji yang kami terima juga berkurang," terang Tri Sulistiyono satu di antara guru honorer di Kota Semarang melalui sambungan telepon, Jumat (17/1/2025).
Tak hanya Tri, Rais Syuriah PWNU Jateng, Ubaidillah Shodaqoh juga menanggapi kekhawatiran tersebut.
Menurut Ubaidillah, kebijakan libur Ramadan dapat menjadi solusi atas pembelajaran yang kurang efektif selama bulan puasa.
Namun, ia menyoroti pentingnya memperhatikan nasib guru honorer yang mungkin terdampak.
"Menurut saya, tidak ada alasan untuk memotong gaji honorer. Kondisinya sudah sulit, jadi jangan dikurangi lagi," tegas Ubaidillah.
Ia berharap pemerintah memastikan hak-hak guru honorer tetap terpenuhi meskipun kebijakan libur panjang diterapkan.
Menurutnya, stabilitas ekonomi para guru harus menjadi perhatian utama agar mereka tetap dapat menjalankan tugasnya dengan baik.
Selain itu, Ubaidillah menyebutkan bahwa libur panjang Ramadan dapat dimanfaatkan untuk pembelajaran agama dan kegiatan positif lainnya.
Namun, ia mengingatkan orang tua harus aktif mengawasi anak-anak agar tidak menghabiskan waktu dengan bermain gadget.
"Orang tua harus lebih aktif mengontrol anak-anak agar lebih banyak belajar daripada bermain gadget. Masalahnya bukan pada liburnya, tapi pada penggunaan gadget itu sendiri," jelasnya.
Ia juga menyarankan agar anak-anak mengikuti kegiatan seperti mengaji di kampung atau pesantren kilat selama Ramadan.
Menurutnya, program seperti ini sangat baik untuk pembentukan karakter anak.
"Menghidupkan kegiatan tradisional seperti mengaji atau pesantren Ramadan sangat positif," tambahnya.
Ubaidillah juga menekankan pentingnya konsistensi dalam penerapan kebijakan. Ia berharap kebijakan libur Ramadan tidak berubah-ubah setiap tahun.
"Jangan sampai Ramadan tahun ini diterapkan, tapi tahun depan tidak. Kebijakan yang berubah-ubah justru membuat program tidak stabil," imbuhnya.
Baca juga: DPRD Umumkan Usulan Pemberhentian Wali Kota Solo
Baca juga: Kisah Hari Nurdiansyah Produksi Miniatur Pesawat Dari Limbah Kayu di Tegal
Baca juga: Perkuat Soliditas dan Kekeluargaan, Kanwil Kemenkum Jateng Ikuti "Fun Minton" dalam Rangka HBI ke-75
Sempat Lepaskan 56 Demonstran, Polda Jateng Kembali Tangkap 40 Orang Massa Aksi |
![]() |
---|
Kericuhan di Depan Polda Jateng Kembali Pecah Dini Hari Ini, Polisi Bubarkan Pakai Gas Air Mata |
![]() |
---|
Dari TK hingga SMP, Anak-Anak Semarang Diajak Cinta Membaca |
![]() |
---|
Belum Kondusif, Doa Bersama Ojol untuk Affan di Semarang Terpaksa Batal |
![]() |
---|
Menolak Pulang! Ratusan Demonstran Bertahan di Gerbang Mapolda Jateng Meski Dihujani Gas Air Mata |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.