Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Kudus

Nakes RS Mardi Rahayu Kudus Beri Jurnalis Pelatihan Pertolongan Pertama Gawat Darurat

Manajemen Rumah Sakit (RS) Mardi Rahayu Kudus menggelar pelatihan pertolongan pertama pada gawat darurat (PPGD) dan ghatering jurnalis.

|
Penulis: Saiful Ma sum | Editor: M Syofri Kurniawan
TRIBUNJATENG/SAIFUL MA'SUM
PELATIHAN PPGD: Tenaga kesehatan RS Mardi Rahayu menggelar pelatihan pertolongan pertama pada gawat darurat (PPGD) dan ghatering jurnalis, Rabu (5/2/2025) di Rumah Makan Ulam Sari Kudus. Pelatihan dalam rangka Hari Ulang Tahun ke-56 RS Mardi Rahayu sekaligus menyambut Hari Pers Nasional. (TRIBUN JATENG/SAIFUL MA'SUM) 

TRIBUNJATENG.COM, KUDUS - Manajemen Rumah Sakit (RS) Mardi Rahayu Kudus menggelar pelatihan pertolongan pertama pada gawat darurat (PPGD) dan ghatering jurnalis dalam rangka Hari Ulang Tahun ke-56 RS Mardi Rahayu, sekaligus menyambut Hari Pers Nasional, Rabu (5/2/2025) di Rumah Makan Ulam Sari Kudus.

Dalam kesempatan tersebut, puluhan jurnalis diedukasi terkait cara memberikan pertolongan pertama ketika menemukan pasien gawat darurat.

Utamanya dalam bentuk memberikan bantuan hidup dasar berupa pijat jantung dan pemberian nafas pada golden time pasien agar memiliki harapan untuk selamat.

Baca juga: BREAKING NEWS: Bonggo Pribadi Mundur dari Pelatih Persiku Kudus

Edukasi pertolongan pertama pada gawat darurat (PPGD) dipandu langsung oleh Kepala Instalasi Gawat Darurat (IGD) RS Mardi Rahayu, dr Dedik Cahyono melalui skema teori dan praktik.

Jurnalis diharapkan mempunyai bekal atau skill tambahan yang bisa digunakan ketika menjumpai kasus pasien dalam keadaan gawat darurat.

Mengingat kerja jurnalis bersinggungan langsung dengan berbagai fenomena yang terjadi di lingkungan masyarakat.

Baik dalam bentuk korban kecelakaan, maupun pasien dalam kondisi serangan jantung.

Dr Dedik menjelaskan, ada beberapa basic pengetahuan yang perlu dipahami ketika ingin memberikan pertolongan pertama pada pasien gawat darurat, disebut dengan istilah bantuan hidup dasar.

Dalam kondisi pasien gawat darurat, perlu dilakukan pertolongan pertama untuk menyelamatkan pasien dari ancaman kematian.

Terutama terhadap pasien dengan riwayat henti jantung yang bisa saja menyerang siapa saja, kapanpun, dan di manapun.

Kata dia, data menunjukkan dari 7 juta kejadian henti jantung atau serangan jantung di dunia, kurang dari 10 persen pasien yang bisa sehat kembali.

Hal tersebut disebabkan karena bantuan hidup dasar yang diberikan belum optimal, sehingga pasien tidak bisa survive.

Bantuan hidup dasar tidak harus dilakukan dan menunggu tenaga medis datang, karena ada golden time yang harus dilakukan terhadap pasien henti jantung.

Sehingga pertolongan pertama sangat diperlukan, bisa dilakukan oleh orang awam berbekal pengetahuan yang jelas.

"Semakin pertolongan yang diberikan benar, angka kehidupan dan sembuh jadi besar. Karena otak manusia jika tidak mendapatkan oksigen dalam 6 menit, bisa mengakibatkan meninggal. Golden time hanya 6 menit, bisa dilakukan bantuan pijat jantung dan pernafasan," terangnya.

Kata dr Dedik, ada lima poin yang perlu diperhatikan ketika memberikan pertolongan pertama pada pasien gawat darurat.

Pertama, pastikan prinsip A-3, meliputi aman diri, aman lingkungan, dan aman pasien. Kedua, cek respons pasien dengan cara menepuk bahu. Dilanjutkan memanggil bantuan dari tenaga medis yang lebih profesional.

Ketiga, cek nadi dan nafas pada pasien secara bersamaan kurang dari 10 detik. Jika tidak ditemukan denyut nadi dan tanda-tanda nafas, segera lakukan kompresi jantung.

Keempat segera lakukan pemberian atau pembukaan jalan nafas. Dan kelima breathing.

"Kompresi jantung setiap siklusnya 30 kali jeda 2 detik. Setelah 5 siklus, cek nafas dan nadi kembali," tuturnya.

Dr Dedik menambahkan, BHD dihentikan bila ada respons dari pasien seperti nadi, nafas, batuk dan lainnya. Selain itu, BHD juga busa dihentikan ketika penolong ahli datang, DNR medis maupun permintaan, penolong kelelahan, serta adanya tanda pasti kematian.

Kepala Satuan Pengembangan Usaha RS Mardi Rahayu, Dr Shophie Aileen menegaskan, tujuan pelatihan ini untuk menambah ilmu pengetahuan tentang medis bagi jurnalis di lapangan karena sering kali menemukan banyak kasus.

Berupa pelatihan bantuan hidup dasar (BHD) berupa pijat jantung dan pemberian nafas. Di mana penyakit jantung di Indonesia menyumbang angka kematian tertinggi.

Selain itu, lanjut dia, fenomena yang ada saat ini masyarakat awam masih banyak yang khawatir ketika melihat kejadian pasien gawat darurat yang bisa terjadi di mana saja.

Bahkan ada juga bantuan diberikan tidak sesuai dengan cara yang kurang tepat. Sehingga tidak memberikan peluang hidup bagi pasien, bahkan bisa saja mengakibatkan timbulnya resiko lain.

Melalui pelatihan ini, sebagai upaya memberikan edukasi bagi jurnalis agar nantinya ketika menjumpai pasien gawat darurat bisa mengambil tindakan dan peran yang benar.

"Persoalan penyakit jantung, seperti henti jantung dan lainnya merupakan hal yang serius. Bisa disebabkan faktor usia dan genetik. Ada yang bisa diubah seperti obesitas, kolestrol, hipertensi bisa diubah dengan gaya hidup dan pola hidup sehat. Jadi perhatikan betul kesehatan jantung," imbaunya. (Sam)

Baca juga: Kolaborasi Petani Gondoharum dan BLDF Sukses Ubah Gurun Patiayam Kudus Jadi Kebun Buah

 

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved