Breaking News
Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Batang

Batang Menuju Swasembada Pangan, Target 36 Ribu Hektare Lahan Tercapai Tahun 2025

Kabupaten Batang terus menggenjot upaya menuju swasembada pangan meski infrastruktur pertanian mengalami kerusakan akibat bencana alam.

Penulis: dina indriani | Editor: raka f pujangga
TRIBUNJATENG / DINA INDRIANI
ILUSTRASI TANAM PADI - Sejumlah petani di Kecamatan Warungasem menanam padi pada masa tanam. Kabupaten Batang menargetkan peningkatan luas tanam hingga 36 ribu hektare pada tahun 2025, dengan rata-rata produktivitas mencapai 5 ton per hektare. 

TRIBUNJATENG.COM,BATANG -  Kabupaten Batang terus menggenjot upaya menuju swasembada pangan, meski infrastruktur pertanian mengalami kerusakan akibat bencana alam.

Kepala Dinas Pangan dan Pertanian (Dispaperta) Batang, Sutadi Ronodipuro, menegaskan bahwa pihaknya telah berkoordinasi dengan lintas sektoral, termasuk Dinas Pekerjaan Umum (PU) dan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS), untuk segera melakukan perbaikan.

"Kami akan berkoordinasi dengan PU dan BBWS untuk menangani kerusakan ini agar proses pertanian tidak terganggu," ujar Sutadi, Jumat (14/2/2025).

Baca juga: 11.222 Hektare Lahan Padi di Jawa Tengah Terendam Banjir

Kabupaten Batang menargetkan peningkatan luas tanam hingga 36 ribu hektare pada tahun 2025, dengan rata-rata produktivitas mencapai 5 ton per hektare.

Saat ini, luas lahan sawah berkelanjutan (LSB) dan lahan pertanian pangan berkelanjutan (LP2B) di Batang mencapai 18 ribu hektare.

Selain perbaikan infrastruktur, Dispaperta Batang juga fokus pada penanganan jaringan irigasi yang rusak akibat banjir.

"Sekitar 950 hektare lahan terdampak akibat jebolnya Bendung Krompeng, dan kami telah melakukan langkah-langkah perbaikan agar petani tetap bisa menanam," lanjut Sutadi.

Sejalan dengan program pemerintah, Dispaperta Batang mendorong penyerapan gabah petani oleh Bulog dengan harga Rp6.500 per kilogram, khususnya di Kecamatan Gringsing. 

Langkah ini dinilai penting agar petani tidak bergantung pada tengkulak yang kerap merugikan mereka.

"Musim tanam menjadi penentu musim panen. Jika tidak dipersiapkan dengan baik, tengkulak bisa mengambil kesempatan. Jika gabah sudah di tangan tengkulak, program pemerintah untuk menyejahterakan petani bisa terhambat," tegasnya.

Untuk mengantisipasi hal tersebut, Dispaperta mendata rencana tanam dan panen secara sistematis.

Tahun ini, Kabupaten Batang menargetkan luas panen mencapai 36 ribu hektare.

Curah hujan tinggi belakangan ini juga menjadi tantangan bagi sektor pertanian. Sutadi menyebut pihaknya bergerak cepat mengakomodasi kebutuhan benih bagi petani yang terdampak puso.

Baca juga: Imbas Cuaca Ekstrem Jateng: 11.222 Hektare Lahan Padi Terendam Banjir, Dampak Terluas di Grobogan

"Kami menyiapkan benih-benih susulan agar petani yang terdampak bisa segera menanam kembali dan mengejar target panen yang dibutuhkan pemerintah pusat," jelasnya.

Selain itu, harga jagung dan gabah yang telah ditetapkan pemerintah diharapkan dapat membantu petani mendapatkan keuntungan layak.

"Harapan kami, skema ini bisa langsung menyasar petani sehingga mereka dapat berkembang mandiri dan merasakan manfaatnya," pungkasnya.(din)

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved