Berita Kudus
Dari Rumah Nenek Menjadi Kedai Watu Obonk
Seorang remaja menyorongkan buku menu dari dalam ruang kasir yang sempit di sebuah kedai sederhana bernama Watu Obonk.
Penulis: Rifqi Gozali | Editor: muh radlis
TRIBUNJATENG.COM, KUDUS – Seorang remaja menyorongkan buku menu dari dalam ruang kasir yang sempit di sebuah kedai sederhana bernama Watu Obonk.
Buku menu berwarna hitam itu tertulis sejumlah kudapan lengkap dengan harga mulai dari Rp 5 ribu sampai Rp 40 ribu. Tentu menu yang paling unggul di kedai ini yaitu kopi.
Kedai Watu Obonk ini memang terbilang sederhana. Ia merupakan sebuah bangunan kecil seluas 4x6 meter yang berada di tebing di lereng Gunung Muria.
Namun di balik kesederhanaannya, rupanya kedai yang berada di Dukuh Japan Lor, Desa Japan, Kecamatan Dawe, Kudus ini menyimpan keindahan yang tidak bisa dibilang sederhana. Bahkan sangat istimewa.
Berada di ketinggian 731 meter di atas permukaan laut, kedai ini menyajikan panorama yang amat elok. Saat sore hari pengunjung bisa menyaksikan Kabupaten Kudus dan Pati dari ketinggian.
Kemudian saat malam hari, bisa menyaksikan gemerlap city light Kudus dan sekitarnya bak permadani dengan pernak-pernik mengilap menghampar sepanjang cakrawala.
Hawa sejuk khas pegunungan juga menjadi daya tarik tersendiri di kedai ini.
Kedai yang buka setiap hari sejak pukul 15.00 sampai 22.00 ini menyajikan bermacam menu makanan dengan harga yang pas di kantong mulai dari Rp 5 ribu sampai Rp 40 ribu.
Menu utama yang disajikan di kedai ini yaitu kopi Japan. Kopi tersebut diambil langsung dari petani yang ada di sekitar kedai.
Memang di Japan merupakan salah satu desa penghasil kopi terbaik di Kabupaten Kudus.
“Selain kopi, pengunjung juga biasanya memesan gorengan mendoan dan tahu walik sebagai kudapan pelengkap dalam menikmati kopi,” kata pemilik Kedai Watu Obonk, Zainul Mu’min saat ditemui di kedainya Sabtu (15/2/2025) malam.
Semula kedai ini merupakan rumah milik nenek dari Zainul Mu’min.
Pemuda 27 tahun ini terpikir untuk membuka kedai setelah rumah peninggalan sang nenek itu acap menjadi tempat nongkrongnya bersama teman-teman.
Alasannya membuka kedai karena sajian pemandangan dari rumah mungil milik nenek itu terlampau bagus yang bisa menjadi daya tarik.
Apalagi saat malam hari. Alhasil sejak 2021 dia mulai membuka kedai Watu Obonk.
Rumah nenek yang kecil itu disulap Zainul menjadi sebuah kedai. Ruang yang semula dapur diubah menjadi kasir.
Sementara kamar tidur diubah menjadi dapur tempat mengolah kudapan sebelum disajikan. Di ruang depan digunakan sebagai tempat salat.
Di belakang rumah tempat di mana pemandangan indah tersaji telah tersedia empat set meja kursi kayu sederhana.
Kemudian Zainul juga menyediakan tempat lesehan dengan dengan empat meja yang pas digunakan untuk menikmati kopi sembari memandang panorama.
Untuk penamaan Watu Obonk ini tidak lepas dari lokasi di mana kedai itu berada. Kedai yang berada di lereng Gunung Muria itu semula di sekelilingnya terdapat banyak bebatuan besar.
Warga yang hendak memanfaatkan lahan untuk kebun maupun rumah tinggal harus memecah batu-batu besar itu. Untuk memudahkan proses pemecahan batu, warga terlebih dulu membakar batu tersebut.
Dari situlah kemudian Zainul memilih nama Watu Obonk yang memiliki arti batu yang dibakar.
Untuk menuju Watu Obonk memang hanya bisa dijangkau menggunakan sepeda motor. Sebab jalan menuju kedai lebarnya tidak lebih dari 2 meter.
Lokasinya sejalur dengan destinasi wisata Air Tiga Rasa Rejenu di Desa Japan. Meski akses yang terbatas, rupanya tidak menjadikan kedai ini sepi peminat. Hampir setiap hari selalu ada pengunjung. Sebagian besar merupakan muda-mudi.
Salah seorang pengunjung Fahri Lutfianto sengaja datang bersama pacarnya lantaran tahu Watu Obonk dari Tiktok. Tawaran indahnya pemandangan yang kemudian mengantarkan Fahri bersama kekasihnya untuk sampai di Watu Obonk.
Ini merupakan pengalam pertamanya bersama kekasih menikmati kudapan dan ngopi barang sang pacar di Watu Obonk.
Di balik kesederhanaan kedai, bagi Fahri tersimpan pemandangan yang membuatnya akan datang lagi bersama pacarnya di kemudian hari.
“Apalagi kalau malam ada city light yang indah,” kata pemuda asal Desa Prambatan Kidul.
65 Persen Rampung, Gedung Baru Pelayanan SKCK Polres Kudus Diharapkan Lebih Nyaman dan Cepat |
![]() |
---|
Ini Penyebabnya, Perbaikan 13 Sekolah Rusak di Kudus Belum Terlaksana Hingga Akhir Agustus |
![]() |
---|
10 ASN Pemkab Kudus Terima Sanksi Disiplin, Tersebar di 3 OPD |
![]() |
---|
Sempat Hilang di Kudus, Beras SPHP Kini Kembali Muncul di Pasaran |
![]() |
---|
Pemkab Kudus Resmi Bentuk TP3D, Tugasnya Kawal Visi Misi Bupati dan Wakil Bupati |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.