Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Mbok Yem Gunung Lawu Sakit

Apakah Warung Mbok Yem di Puncak Gunung Lawu Tetap Buka Meski Dia Sedang Dirawat di Rumah Sakit?

Apakah warung Mbok Yem puncak Gunung Lawu masih buka meski Mbok Yem kini dirawat di rumah sakit?

Editor: rival al manaf
KOMPAS.COM/SUKOCO
DALAM PERAWATAN - Wakiyem, atau yang akrab disapa Mbok Yem sakit. Pemilik Warung Legendaris di Puncak Gunung Lawu itu sakit sejak Februari, namun baru mau turun gunung pada Rabu (5/3/2025). 

TRIBUNJATENG.COM - Apakah warung Mbok Yem puncak Gunung Lawu masih buka meski Mbok Yem kini dirawat di rumah sakit?

Pertanyaan itu mungkin terlintas di benak para pendaki Gunung Lawu dalam waktu dekat ini.

Jawaban untuk pertanyaan itu dibeberkan Saelan anak kedua Mbok Yem yang menungguinya di rumah sakit.

“Masih buka ada Muis sama Jarwo yang ada di warung,” ujarnya di RSU Aisyiyah, Jumat (7/3/2025).

Baca juga: Kondisi Terkini Mbok Yem Pemilik Warung di Puncak Gunung Lawu, Dirawat di Rumah Sakit

Baca juga: Cucu Ungkap Alasan Mbok Yem Enggan Turun dari Gunung Lawu Meski Ada Kebakaran Hebat

Mbok Yem yang menghuni sebuah pondok makan yang terletak beberapa meter dari Puncak Hargo Dumilah, puncak tertinggi di Gunung Lawu.
Mbok Yem yang menghuni sebuah pondok makan yang terletak beberapa meter dari Puncak Hargo Dumilah, puncak tertinggi di Gunung Lawu. (Surya)

Saelan mengatakan bahwa kedua orang asal Kediri dan Kecamatan Maospati itu sudah cukup lama membantu Mbok Yem berjualan.  

“Kalau Simbok turun, memang dua orang itu yang berjualan di warung. Seperti ini Simbok sakit, mereka ya berjualan,” katanya.

Selama menjaga warung, Mbok Yem mengaku kerap memaksakan diri meski sedang sakit.

Ia tetap membuatkan telur goreng bagi pendaki yang sampai di puncak malam hari.

Bahkan, pukul 02.00 malam pun Mbok Yem tetap menyiapkan makanan jika ada yang singgah di warungnya.

 “Kemarin itu sakit gigi, enggak bisa tidur. Kadang sampai jam 12 malam enggak tidur. Jam 2 malam itu masih goreng telur karena ada pendaki yang lapar."

"Kalau capek baru tertidur," ucap Mbok Yem.

Saelan mengaku tidak bisa berbuat apa-apa jika Mbok Yem tetap nekat berjualan meski usianya sudah memasuki 82 tahun.

 “Dilarang pun tidak bisa karena kalau di rumah yang dipikir bagaimana orang-orang yang naik gunung bisa makan,” ucapnya.

Saelan mengaku bahwa jiwa orangtuanya itu sudah tidak memikirkan untung atau rugi berjualan di Puncak Gunung Lawu.

Untuk membawa beban sembako seberat 35 kilo menuju puncak, biayanya bisa mencapai Rp 500.000.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved