Semarang
Ketika Bocah SD di Tuntang Lebih Suka Berburu Tikus Daripada Main HP, Ada Imbalannya
Namun hal berbeda dilakukan bocah SD di Desa Sraten, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang.
"Istilahnya, hasil panen padi akan digunakan untuk simpanan saat Lebaran, namun ternyata saat puasa, hama tikus merajalela dan petani gagal panen," ungkapnya.
Ia juga menjelaskan bahwa melibatkan anak-anak dalam gropyokan tikus ini bertujuan agar mereka belajar tentang suka-duka di dunia pertanian.
"Dengan cara ini, anak-anak menjadi lebih bahagia dan termotivasi," tambahnya. Kepala Dinas Pertanian, Perikanan, dan Pangan (Dispertanikap) Kabupaten Semarang, Moh Edy Sukarno, mengatakan bahwa gropyokan tikus dilakukan secara serentak untuk menekan populasi hama tersebut.
Selain gropyokan, pemusnahan hama tikus juga dilakukan dengan cara-cara alami, seperti memperbanyak rumah burung hantu (rubuha).
"Ada 38 rumah burung hantu yang dipasang. Oleh karena itu, jangan ada lagi perburuan burung hantu, karena itu pemangsa alami tikus," paparnya.
Edy menambahkan bahwa Gerakan Pengendalian Hama Tikus ini bertujuan untuk membangun komitmen pengendalian hama melalui penanaman serentak, terpadu, dan berkelanjutan.
"Secara bertahap, kami juga ingin mengembalikan keseimbangan alam," kata dia. (*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul ""Lebih Baik Cari Tikus daripada Main HP, Dapat Rp 2.000 Per Ekor""
Inflasi Pangan Tercatat Turun, Wali Kota Semarang Sebut Keberhasilan Intervensi Harga |
![]() |
---|
Sebanyak 5.000 Pengunjung Semarang Zoo Manfaatkan Promo HTM Rp 10 Ribu |
![]() |
---|
Perjalanan Panjang Patung Sapi di Peternakan Undip, Sempat Dipajang di Tugu Muda Hingga Museum |
![]() |
---|
Pengadilan Niaga Semarang Lakukan Rapat Verifikasi Tagihan 10.880 Eks Karyawan Sritex Grup |
![]() |
---|
Dinas Koperasi Semarang Sebut Pembentukan Koperasi Merah Putih Capai 100 Persen |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.