Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Viral

Viral Perjuangan Bu Guru Risma Bertaruh Nyawa ke Sekolah, Bergelantungan di Jembatan Rusak

Peristiwa itu terjadi di  Desa Limbur Merangin, Kecamatan Pamenang Barat, Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi.

Editor: rival al manaf
istimewa
Aksi sejumlah guru yang nekat melintas di sebuah jembatan gantung yang dalam tahap renovasi. Jembatan ini penghubung antara Desa Simpang Limbur, dan Desa Limbur Merangin, Kabupaten Merangin.(Tangkapan layar media sosial X @b3doel) 

TRIBUNJATENG.COM - Viral di media sosial seorang guru wanita bergelantungan di jembatan rusak.

Peristiwa itu terjadi di  Desa Limbur Merangin, Kecamatan Pamenang Barat, Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi.

Pagi itu, Rabu 7 Mei 2025, Risma, seorang guru berusia 38 tahun, bergegas meninggalkan rumahnya.

Baca juga: Viral Pratama Arhan Kuliah di Udinus Semarang, Teman Sekelas Auto Semangat

Baca juga: Kronologi Pak Kades Terciduk Bersama Sekdes di Kamar Hotel, Fotonya Viral di Grup WA PKK

Saat waktu menunjukkan pukul 06.30 WIB, Risma menggendong tas ransel berisi berkas dan lembar ujian siswa kelas XI yang akan melaksanakan ujian hari itu. 

Suasana desa yang tenang mulai bergelora dengan suara burung dan ayam, hingga akhirnya tergantikan oleh deru mesin sepeda motor matik yang dikendarainya.

Dengan sepeda motor yang dikendarainya, Risma tidak hanya membawa harapan masa depan, tetapi juga tanggung jawab sebagai pendidik yang harus menyiapkan anak-anak desa untuk menghadapi ujian.

Dia dan tiga rekannya berjanji untuk bertemu di pangkal sebuah jembatan gantung yang melintasi Sungai Batang Merangin.

Jembatan dalam keadaan darurat Setelah berkendara selama 10 menit, Risma akhirnya sampai di jembatan tersebut, yang panjangnya mencapai 144 meter.

Jembatan ini menjadi penghubung penting antara Desa Simpang Limbur dan Desa Limbur Merangin.

Namun, betapa terkejutnya Risma dan teman-temannya saat menemukan kondisi lantai jembatan yang bolong; hampir 3 meter lantai jembatan jebol, menyisakan hanya tali sling di sisi kiri dan kanannya.

Di bawah mereka, Sungai Batang Merangin mengalir deras, airnya berwarna coklat dan siap menghanyutkan siapa pun yang terjatuh.

Di samping jembatan, terdapat sepanduk peringatan bahwa sungai tersebut dihuni oleh buaya buas.

Kondisi tersebut menyebabkan Risma dan teman-temannya harus berdiskusi sebelum mengambil keputusan.

“Sebenarnya ya takut. Kita sempat diskusi, apakah tetap nekat (melintas) atau tidak. Tetapi, ada satu teman kita yang tidak bisa berenang memutuskan tidak menyeberang, dan saya dan yang lain nekat," kata Risma saat diwawancarai Kompas.com.

Dengan tas berisi lembar ujian siswa, Risma tidak bisa membiarkan ketakutan menguasai dirinya.

Menyelesaikan tanggung jawab sebagai guru adalah prioritas utamanya.

Dia meraih tali sling jembatan dan mulai berjalan menyamping, bergelantungan di tepi jembatan seolah-olah sedang meniti batas antara hidup dan mati.

Setiap langkahnya diiringi dengan doa.

“Aduh, pokoknya setiap melangkah itu nyebut mas, Allahuakbar, Allahuakbar gitulah,” ungkap Risma mengingat kembali momen menegangkan itu.

Risma mengaku bahwa meskipun ada jalur alternatif yang lebih aman, kondisinya jauh lebih sulit saat musim hujan, sehingga membuat waktu tempuh semakin lama.

“Ini tentang tanggung jawab, Mas. Pukul 7.30 anak-anak sudah di dalam ruangan, dan pukul 08.00 WIB ujian sudah dimulai. Ya, mau gimana lagi,” jelasnya.

Patah hati dan tawa setelah berhasil melintas Setelah melewati ketakutan, Risma akhirnya tiba di bagian jembatan yang masih beralas. Tanpa sadar, kakinya bergetar akibat efek ketegangan selama melintas.

Campuran antara sedih, haru, dan lucu membuatnya dan teman-temannya tertawa setelah berhasil keluar dari situasi yang mengancam jiwa.

“Ini benar-benar pengalaman seumur hidup, Mas. Setelah sampai di tengah jembatan yang masih utuh, kita ketawa, lucu bercampur semuanya, Mas. Sekali lagi, ini tentang tanggung jawab,” ungkapnya.

Kondisi jembatan yang mengkhawatirkan Menyusul insiden ini, PJ Kepala Desa Limbur Merangin, Sargawi, menyatakan bahwa jembatan tersebut dalam kondisi rusak, dengan beberapa bagian lantai keropos.

 Dia menjelaskan, kegiatan belajar mengajar dipindahkan ke gedung Madrasah demi keselamatan siswa.

“Kan kalau anak-anak sangat bahaya kalau menyeberang. Maka, kita putuskan gurunya yang datang ke sini,” kata Sargawi.

Terkait video viral tersebut, Sargawi menambahkan bahwa guru melintas saat hari pertama perbaikan jembatan setelah tali slingnya putus.

Pihak desa sudah menyiapkan perahu sebagai transportasi sementara hingga jembatan selesai diperbaiki.

“Ini sudah berlangsung selama sembilan hari. Kerusakan pertama kali diketahui pada Selasa 6 Mei 2025 lalu, dan perbaikannya menggunakan dana desa,” jelasnya.

Melalui pengalaman ini, Risma menunjukkan bagaimana pengabdian seorang guru tidak hanya terbatas pada ruang kelas, tetapi juga melibatkan pengorbanan dan keberanian dalam menghadapi tantangan demi masa depan anak-anak yang mereka ajar. (*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kisah Risma, Guru Bertaruh Nyawa Lintasi Jembatan Rusak di Atas Sungai Penuh Buaya Buas demi Mengajar" 

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved