Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

SPMB Kota Semarang

Ini Penyebab Puluhan Sekolah SD di Semarang Sepi Pendaftar pada SPMB 2025

Jumlah siswa yang mendaftar di jenjang SD Kota Semarang pada Sistem Penerimaan Murid Baru (SPMB)

Penulis: Idayatul Rohmah | Editor: rival al manaf
Tribun Jateng/Idayatul Rohmah
ILUSTRASI - Suasana SDN Sekayu, Semarang, Selasa (17/6/2025). 

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Jumlah siswa yang mendaftar di jenjang SD Kota Semarang pada Sistem Penerimaan Murid Baru (SPMB) tahun ajaran 2025/2025 tercatat belum mencapai kuota yang ditetapkan.

Padahal, pendaftaran murid baru secara daring tersebut telah berakhir pada 14 Juni 2025 lalu.

Dinas Pendidikan Kota Semarang mencatat, menerima sebanyak 12.925 pendaftar. Angka itu belum mencapai jumlah daya tampung yang sebesar 14.476. Artinya, masih terdapat sebanyak 1.551 kursi yang belum terisi.

Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Semarang, Bambang Pramusinto mengungkapkan, sepinya pendaftar disinyalir karena karakteristik penduduk sekitar sekolah yang merupakan pendatang.

Hal itu seperti di kawasan Peterongan dan Simpang Lima.

"Di kawasan itu banyak warga buruh, pedagang, dan pekerja informal dari luar kota. Anak-anak mereka tidak bisa tertampung karena KK-nya luar Semarang. Sementara di SD tidak ada jalur prestasi seperti di SMP," kata Bambang, Selasa (24/6/2025).

Pihaknya juga menganalisis adanya faktor demografi, di mana terjadi penurunan angka kelahiran dan pergeseran pemukiman ke daerah pinggiran seperti Tembalang dan Banyumanik.

"Makanya untuk warga-warga pendatang, kami akomodir dengan sekolah-sekolah swasta gratis. Itu, ya karena semangatnya pemerintah kan untuk memberikan tempat dulu bagi warga di daerah tersebut," katanya.

Sebelumnya, faktor ini juga diungkapkan SD Sekayu, Semarang. Tercatat, di sekolah tersebut baru ada sebanyak 12 murid, terdiri dari 10 pendaftar jalur domisili dan 2 pendaftar jalur afirmasi.

Angka tersebut bahkan tercatat belum mencapai 50 persen dari kuota ditetapkan yang sebanyak 28 murid.

Kepala Sekolah, Anastasia Budiati menjelaskan beberapa faktor yang mempengaruhi jumlah siswa di sekolah tersebut, meskipun lokasinya berada di tengah perkotaan Semarang.

Menurutnya, salah satu penyebab utama adalah demografi penduduk sekitar yang didominasi oleh warga lansia.

"Mungkin karena di sini juga penduduknya adalah penduduk yang sudah lama menetap, nggih. Jadi sudah tidak ada ibu-ibu muda. Kebanyakan kalau misalnya penduduk yang lama itu kan berarti sudah bukan usia produktif untuk yang melahirkan putra-putri, tetapi usia yang sudah memang lansia," kata Anastasia ditemui Tribun Jateng.

Dia menambahkan, banyak anak yang ada di lingkungan tersebut biasanya dititipkan kepada kakek-nenek mereka, sehingga kehadiran anak-anak di kawasan itu berkurang.

"Kebanyakan anak yang tinggal di sini ikut mbahnya, atau merupakan keturunan dari keluarga lama yang masih tinggal di daerah ini," jelasnya.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved