Berita Demak
Hybrid Sea Wall Demak Masuk RPJMD Jateng, Dibangun Dalam Waktu Dua Tahun Lebih
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah bekerja sama dengan Universitas Diponegoro (Undip) merancang pembangunan Hybrid Sea Wall untuk mengatasi banjir rob
Penulis: faisal affan | Editor: muslimah
TRIBUNJATENG.COM, DEMAK – Pemerintah Provinsi Jawa Tengah bekerja sama dengan Universitas Diponegoro (Undip) merancang pembangunan Hybrid Sea Wall untuk mengatasi banjir rob dan penurunan muka tanah (land subsidence) di wilayah pesisir utara Jawa, khususnya Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak.
Wakil Ketua Tim Percepatan Pembangunan Daerah (TPPD) Jateng, Wahid Abdurrahman, menyatakan bahwa proyek Hybrid Sea Wall sudah tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Jawa Tengah.
“Program jangka panjangnya memang hybrid giant sea wall. Tapi pelaksanaannya tidak bisa selesai dalam satu tahun, bisa dua tahun atau lebih,” ujar Wahid, Sabtu (5/7/2025).
Baca juga: Pembangunan Hybrid Sea Wall Butuh Waktu Dua Tahun Lebih Atasi Banjir Rob di Demak
Sebagai solusi jangka pendek, Pemprov Jateng juga menjalankan program Mageri Segoro melalui penanaman mangrove dan pemasangan pompa untuk mereduksi genangan rob.
“Baik Gubernur maupun Wakil Gubernur turun langsung ke lapangan. Pemerintah tidak tinggal diam. Kami terus menyalurkan bantuan sembari mempercepat persiapan pembangunan tanggul hybrid,” tegasnya.
Rektor Undip, Prof. Dr. Suharnomo, menjelaskan bahwa pembangunan Hybrid Sea Wall merupakan bagian dari komitmen Undip dalam menghadirkan solusi berbasis riset atas persoalan strategis bangsa, termasuk perubahan iklim dan krisis wilayah pesisir.
“Ini bukan sekadar proyek infrastruktur, tapi pendekatan terpadu yang menggabungkan rekayasa teknik dan ekologi secara partisipatif,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Kamis (3/7/2025).
Ketua Tim Pengendalian Banjir dan Rob dari LPPM Undip, Prof. Denny Nugroho Sugianto, menambahkan bahwa dua model tanggul yang dikaji adalah Giant Sea Wall dan Hybrid Sea Wall.
Menurutnya, Giant Sea Wall memang kuat menahan gelombang, namun berisiko terhadap ekosistem dan menelan biaya besar. Sementara Hybrid Sea Wall dinilai lebih berkelanjutan karena menggabungkan struktur beton ringan dengan elemen alami seperti mangrove.
“Tanggul hybrid mengombinasikan kekuatan fisik dan fungsi ekologis. Selain menahan air laut, mangrove juga mampu menahan sedimen dan membentuk daratan baru secara alami,” jelas Prof. Denny.
Pembangunan tanggul hybrid diharapkan dapat menjadi solusi jangka panjang yang tidak hanya melindungi kawasan pesisir dari ancaman rob, tetapi juga memperkuat ketahanan lingkungan dan kesejahteraan masyarakat. (*)
Bupati Demak Enggan Hadirkan Artis di Acara HUT RI ke 80, Eisti'anah: Tidak Elok Jika Berlebihan |
![]() |
---|
Harapan Baru Petani Demak, Normalisasi Sungai Pulihkan 450 Hektare Sawah yang Lama Terendam Banjir |
![]() |
---|
Warga Mranggen Desak Pemkab Demak Sediakan Unit Damkar, Selama Ini Tunggu dari Semarang |
![]() |
---|
Bantuan RTLH Demak 2026 Naik Jadi Rp20 Juta per Penerima, Bupati: Ada yang Potong Laporkan ke Saya |
![]() |
---|
Revolusi Literasi di Demak: Kini Bisa Pinjam Buku Secara Digital Lewat Aplikasi iDemak |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.