Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

kominfo kota pekalongan

Kota Pekalongan Bangun 2 Breakwater, Lindungi Pantai dari Gempuran Laut

Pemerintah Kota Pekalongan mulai membangun dua unit pemecah gelombang (breakwater) di kawasan Pantai Bandengan.

Penulis: Indra Dwi Purnomo | Editor: raka f pujangga
Dok Kominfo Kota Pekalongan
PEMBANGUNAN BREAKWATER - Pekerja sedang material pembangunan dua unit pemecah gelombang (breakwater). Breakwater ini mulai dibangun di kawasan Pantai Bandengan, tepatnya di sekitar Krematorium, Kecamatan Pekalongan Utara. Proyek senilai Rp 16,3 miliar ini diharapkan, dapat menjadi solusi jangka panjang dalam melindungi pantai dari gempuran gelombang laut dan dampak perubahan iklim. 

TRIBUNJATENG.COM, PEKALONGAN - Pemerintah Kota Pekalongan, kembali mengambil langkah strategis untuk menghadang laju abrasi yang kian menggerus wilayah pesisir.

Melalui kerja sama dengan Kemitraan Indonesia dan dukungan dari Adaptation Fund, dua unit pemecah gelombang (breakwater) mulai dibangun di kawasan Pantai Bandengan, tepatnya di sekitar Krematorium, Kecamatan Pekalongan Utara.

Proyek senilai Rp 16,3 miliar ini diharapkan, dapat menjadi solusi jangka panjang dalam melindungi pantai dari gempuran gelombang laut dan dampak perubahan iklim.

Baca juga: Cegah Abrasi Kian Mengganas, Pesisir Jepara Butuh Breakwater

Menurut Senior Program Manager Kemitraan Indonesia, Abimanyu Sasongko Aji, kondisi abrasi di kawasan tersebut sudah tergolong kritis. Permukaan laut naik, kekuatan gelombang meningkat, dan garis pantai tercatat telah mundur beberapa meter ke daratan.

Breakwater yang dibangun, menggunakan metode rubble mound yakni tumpukan batu alam, berfungsi meredam energi gelombang sebelum mencapai daratan. 

"Dulu mangrove tumbuh subur di sini, tapi sekarang sudah mulai rusak karena abrasi. Kami berharap, struktur breakwater ini bisa mengembalikan sedimentasi dan memulihkan ekosistem yang ada," kata Abimanyu saat rilis yang diterima Tribunjateng.com, Selasa (8/7/2025).

Setiap unit breakwater, akan memiliki panjang 150 meter, lebar 21 meter, dan tinggi 3 meter, dengan jarak antar unit sekitar 100 meter. Pekerjaan fisik sudah dimulai dua pekan lalu dan ditargetkan rampung pada November 2025.

"Meski berada di wilayah laut yang menjadi kewenangan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, manfaat proyek ini akan langsung dirasakan oleh masyarakat Kota Pekalongan," ucapnya 

Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) Kota Pekalongan, Bambang Sugiharto, menyebut, bahwa pembangunan dua unit dari total kebutuhan lima unit sudah merupakan langkah besar.

Ia juga mengungkapkan, bahwa infrastruktur proteksi sebelumnya seperti revetment dan geotube kini tidak lagi efektif menghadapi abrasi yang diperparah oleh penurunan muka tanah (landsubsidence).

"Breakwater ini kami harapkan bisa mengubah arah gelombang, mempengaruhi pola sedimentasi, dan menahan abrasi secara signifikan, terutama di wilayah barat Krematorium," jelas Bambang.

Baca juga: Tim SAR Temukan Pemancing Tenggelam di Breakwater Jetis Cilacap

Ia menambahkan, perencanaan proyek ini melibatkan para pakar dari ITB dan Universitas Diponegoro, dengan mempertimbangkan faktor geologi dan perubahan iklim.

Meski aset breakwater nantinya dikelola oleh Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kota tetap mengawal pelaksanaan proyek demi memastikan manfaatnya untuk warga pesisir.

"Yang utama adalah perlindungan masyarakat. Dengan keberadaan breakwater ini, ekosistem bisa pulih dan wilayah pesisir Pekalongan bisa lebih aman dari ancaman abrasi di masa depan," pungkasnya. (Dro)

 

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved