Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

UIN SAIZU Purwokerto

Keteladanan Prof. Nasaruddin Umar: Menag Tulus Minta Maaf Jika 75 Tahun Haji Belum Sempurna

Keteladanan Prof. Nasaruddin Umar: Menag Tulus Minta Maaf Jika 75 Tahun Haji Belum Sempurna

Editor: Editor Bisnis
ist
Usai tuntasnya Penyelenggaraan Ibadah Haji 2025, Menteri Agama Republik Indonesia, Prof. Nasaruddin Umar menyampaikan permohonan maaf secara terbuka kepada seluruh jemaah haji Indonesia. Menag meminta maaf jika 75 tahun Kemenag mengelola haji, banyak kekurangan ke jemaah. 

 

TRIBUNJATENG.COM- Usai tuntasnya Penyelenggaraan Ibadah Haji 2025, Menteri Agama Republik Indonesia, Prof. Nasaruddin Umar menyampaikan permohonan maaf secara terbuka kepada seluruh jemaah haji Indonesia. Menag meminta maaf jika 75 tahun Kemenag mengelola haji, banyak kekurangan ke jemaah.

Ungkapan maaf tersebut bukan sekadar formalitas, melainkan simbol nyata dari kepemimpinan yang rendah hati dan penuh tanggung jawab moral. Dalam pernyataan resminya pada Minggu (14/7/2025), Prof. Nasaruddin mengakui masih adanya kekurangan dalam layanan haji tahun ini.

“Kami memohon maaf yang sebesar-besarnya kepada seluruh jemaah atas segala kekurangan selama pelaksanaan ibadah haji tahun ini,” ungkapnya dengan nada tenang dan tulus.

Sikap terbuka itu mencerminkan karakter khas Nasaruddin Umar yang dikenal sebagai sosok sejuk, lembut, sekaligus intelektual-spiritual. Sebagai Imam Besar Masjid Istiqlal dan tokoh muslim terkemuka, ia memadukan kecerdasan akademik dengan ketajaman nurani dalam menjalankan tugas negara.

Pernyataan maaf tersebut menjadi refleksi penting dalam peringatan 75 tahun perjalanan Kementerian Agama dalam menyelenggarakan ibadah haji. Dari tahun ke tahun, pengelolaan haji menjadi tanggung jawab negara yang semakin kompleks, melibatkan aspek logistik, diplomasi, dan pelayanan langsung kepada jutaan umat.

Rektor UIN Prof. K.H. Saifuddin Zuhri (UIN Saizu) Purwokerto, Prof. Ridwan turut memberikan apresiasi terhadap sikap tulus Menag Prof. Nasaruddin Umar. Ia menilai permintaan maaf tersebut mencerminkan jiwa besar dan kepemimpinan yang bertumpu pada nilai-nilai spiritual dan etika publik.

“Apa yang dilakukan Prof. Nasaruddin Umar adalah wujud nyata pemimpin sejati yang berani bertanggung jawab dan terbuka kepada publik. Ini menjadi contoh luhur yang patut diteladani, terutama bagi para birokrat dan pemimpin di lingkungan keagamaan,” ujar Prof. Ridwan.

Dalam menghadapi tantangan pengelolaan haji yang kian kompleks, Prof. Nasaruddin Umar menunjukkan bahwa keberanian mengakui kekurangan bukan kelemahan, tetapi bentuk kedewasaan dan integritas.

Di tengah era birokrasi yang kerap bersikap defensif, ia tampil sebagai sosok yang mendengarkan, merangkul, dan bersedia berbenah demi pelayanan umat yang lebih baik.

Kepemimpinannya mengusung pendekatan humanis dan inklusif. Ia tak hanya fokus pada aspek teknis haji, tetapi juga mengedepankan rasa keadilan dan ketulusan. Baginya, haji bukan semata-mata ritual, tetapi amanah besar yang harus dijalankan dengan spiritualitas dan nilai-nilai kemanusiaan.

Langkah Prof. Nasaruddin Umar menyampaikan permohonan maaf di depan publik menghadirkan wajah baru birokrasi yang tidak hanya bekerja, tetapi juga peduli dan berani mengakui kekurangan. Ia menunjukkan bahwa birokrasi bisa berpijak pada empati, moralitas, dan keberanian etik.

Dengan ketulusan itu, publik tidak hanya melihatnya sebagai Menteri Agama, tetapi juga sebagai pemimpin umat yang menjunjung tinggi amanah, spiritualitas, dan nilai-nilai kemanusiaan. Sebuah keteladanan yang layak dijadikan inspirasi dalam kepemimpinan nasional masa kini dan mendatang.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved