Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Semarang

Sarri Sebut Bantuan Chromebook Belum Optimal di TK IT Mutiara Hati Semarang

Dua unit Chromebook bantuan pemerintah tersimpan rapi di lemari inventaris TK IT Mutiara Hati, Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang. 

Penulis: Rezanda Akbar D | Editor: muh radlis
TRIBUNJATENG/Rezanda Akbar
ILUSTRASI - Foto Unit Chromebook di SMP Kristen Gergaji Semarang/TRIBUNJATENG/Rezanda Akbar D. 

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG – Dua unit Chromebook bantuan pemerintah tersimpan rapi di lemari inventaris TK IT Mutiara Hati, Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang. 

Perangkat berwarna hitam bertuliskan Zyrex itu lebih sering berada di ruang penyimpanan daripada digunakan guru untuk mengajar.


“Biasanya dipakai untuk menayangkan video pembelajaran, misalnya film edukasi di YouTube. Itu pun paling kenceng cuma seminggu sekali,” kata Sarri Andriyani, Kepala Sekolah TK IT Mutiara Hati, saat dikonfirmasi Tribunjateng.com, Kamis (17/7/2025)


Sarri menyebutkan, sekolahnya menerima bantuan dua unit Chromebook dan satu set proyektor pada dua sesi antara 2021 hingga 2023. Meski kondisi perangkat masih bagus, pemanfaatannya sangat terbatas. 


“Kalau harian lebih banyak untuk administrasi asesmen guru. Kalau pembelajaran anak-anak, ya paling untuk tayangan video saja,” jelasnya.


Menurutnya, bantuan ini bermanfaat untuk sekolah yang tidak memiliki perangkat komputer. 


Namun, guru-guru di TK IT Mutiara Hati lebih nyaman memakai laptop berbasis Windows ketimbang Chromebook.


“Kalau harus pilih, pasti guru pilih laptop. Lebih mudah untuk ngeprint dan mengedit. Kalau Chromebook harus terkoneksi internet terus, tanpa internet tidak bisa jalan,” ujarnya.


Masalah lain, kata Sarri, terletak pada adaptasi guru terhadap sistem operasi Chrome OS. 


“Guru TK tidak semuanya mahir IT. Jadi pemanfaatan Chromebook belum maksimal,” tambahnya.


Meski kualitas perangkat dinilai cukup baik, kebiasaan guru menggunakan laptop membuat Chromebook hanya menjadi pelengkap. 


“Kalau guru sudah terbiasa laptop, mereka lebih nyaman pakai laptop. Chromebook jarang dipakai, karena fiturnya terbatas dibanding laptop biasa,” katanya.


Situasi ini mencerminkan tantangan digitalisasi pendidikan di tingkat dasar. Perangkat yang semestinya mempermudah proses belajar justru jarang terpakai. 


Bahkan, setelah dua tahun diterima, Chromebook di sekolah ini lebih banyak berada di ruang penyimpanan.


Fenomena ini menimbulkan pertanyaan: apakah pengadaan Chromebook benar-benar berangkat dari kebutuhan sekolah atau hanya formalitas program digitalisasi.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved