Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Semarang

"Maafkan Mama, Nak": Kisah Ibu dan Anak di Balik Jeruji Terungkap Lewat Pameran Photovoice Semarang

Puluhan gambar Photovoice Mendarah & Empathy menarik perhatian para peserta di Kota Lama Semarang.

Penulis: Rezanda Akbar D | Editor: raka f pujangga
TRIBUNJATENG.COM/REZANDA AKBAR D
PAMERAN FOTO - Puluhan foto yang terpajang di dinding Rumah Pohan Kota Lama Semarang menampilkan Photovoice Mendarah & Empathy, gambar yang ditampilkan adalah foto yang diambil oleh para WBP dan ABH untuk menarasikan isi hati mereka. 

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Syifa Ayyada Jannati, matanya menatap lekat deretan foto yang berjajar pada papan kayu berwarna putih Rumah Pohan, Kota Lama Semarang.

Cahaya lampu temaram memantul lembut pada tiap-tiap foto yang menempel rapi.

Di antara puluhan gambar Photovoice Mendarah & Empathy, Syifa menghentikan langkah pada satu foto dan sebuah narasi pada potret seorang ibu yang menggendong anaknya, senyum mereka samar, seolah sedang menahan rasa yang tak pernah tuntas.

Baca juga: Libatkan KPK, Wali Kota Semarang Sebut Benahi Internal Jajaran Pemkot

“Foto ini sangat kena banget di aku,” ujarnya pelan, Jumat (18/7/2025).

“Seharusnya ibu dan anak itu serdekat itu, tapi dengan berbagai hal yang harus terjadi akhirnya mereka nggak bisa dekat lagi,” tutur Syifa.

Foto yang menohok Syifa bukan karya fotografer profesional.

Gambar itu diambil oleh seorang perempuan yang kini menyandang status Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) di Lapas Perempuan Kelas IIA Semarang

Ia adalah satu dari puluhan perempuan yang memotret kisahnya sendiri melalui program Photo Voice sebuah metode yang memberi ruang berekspresi lewat foto dan narasi.

Di sudut ruangan, sebuah papan kayu menampilkan kalimat pendek yang menusuk hati:

“Maafkan Mama, Nak. Seharusnya Mama bisa menemani kamu tumbuh.”

Kalimat itu lahir dari jeruji besi, lahir dari kerinduan yang tak tersampaikan.

Tak jauh dari situ, bingkai-bingkai lain menyimpan cerita remaja yang berhadapan dengan hukum (ABH) di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Kutoarjo. 

Sebagian besar foto menggambarkan ruang sempit, bayangan pintu besi, dan ketigatan mereka di situ.

Narasi yang menyertai membuat siapa pun yang membaca ingin menarik napas panjang. 

"Kenapa aku dihukum, padahal itu bukan kesalahanku sendiri, seiring berjalannya waktu aku berpikir untuk menerima kenyataan ini, sebenarnya cukup sulit tapi aku harus bersabar dan menerima semua ini,"

Halaman
12
Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved