Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Regional

Nazwa Aliya Lulusan SMK Tewas Tragis di Kamboja Setelah Berangkat Diam-Diam Tanpa Restu Ibu

Nazwa Aliya (19), lulusan SMK Telkom 2 Medan, tewas secara tragis di Kamboja.

SHUTTERSTOCK
ILUSTRASI RUMAH SAKIT: Nazwa Aliya (19) warga Jalan Bejo, Gang Sejahtera, Dusun XVl, Kecamatan Percut Seituan, Kabupaten Deli Serdang, Sumatra Utara (Sumut), tewas secara tragis di Kamboja. Nazwa merupakan lulusan SMK Telkom 2 Medan. (SHUTTERSTOCK) 

TRIBUNJATENG.COM, MEDAN - Nazwa Aliya (19) warga Jalan Bejo, Gang Sejahtera, Dusun XVl, Kecamatan Percut Seituan, Kabupaten Deli Serdang, Sumatra Utara (Sumut), tewas secara tragis di Kamboja.

Nazwa merupakan lulusan SMK Telkom 2 Medan.

Dia berangkat ke Kamboja tanpa restu ibunya.

Baca juga: TKW Jambi Disiksa Majikan di Malaysia hingga Koma, Keluarga sampai Tak Kenali Korban saat di RS

Nazwa dari dulu memiliki cita-cita untuk bekerja di luar negeri setelah menamatkan sekolah.

PAMIT INTERVIEW - Kondisi Nazwa Aliya (19) warga Jalan Bejo, Gang Sejahtera, Dusun XVl, Kecamatan Percut Seituan, Kabupaten Deli Serdang tewas setelah terakhir kali pamit ke ibu akan interview di Bank.
PAMIT INTERVIEW - Kondisi Nazwa Aliya (19) warga Jalan Bejo, Gang Sejahtera, Dusun XVl, Kecamatan Percut Seituan, Kabupaten Deli Serdang, tewas setelah terakhir kali pamit ke ibu akan interview di bank. (Istimewa)

Salah satu negara yang ingin dikunjunginya adalah Kamboja.

Namun, keinginannya tersebut tidak direstui oleh sang ibu, Lanniari Hasibuan (53), yang menilai Kamboja termasuk zona merah atau berbahaya untuk didatangi.

“Awalnya anak saya minta izin untuk ikut study tour, tapi saya tolak.

Lalu, ia minta izin untuk interview di salah satu bank, dan itu saya izinkan,” ujar Lanniari saat ditemui Tribun Medan, Jumat (15/8/2025).

Nazwa pun mengikuti interview di salah satu kantor cabang bank di Kota Medan selama dua hari.

Pada Selasa (27/5/2025), Lanniari masih sempat berkomunikasi dengan putrinya.

 Malam harinya, Nazwa kembali meminta izin untuk mengikuti interview kedua.

Tanpa sepengetahuan ibunya, ia sebenarnya sedang merencanakan perjalanan ke Kamboja.

“Pada 28 Mei sekitar pukul 05.00 WIB, Nazwa sudah berangkat dari rumah.

Saya sempat bangun, tapi karena lelah dan mengantuk, saya tidak terlalu memperhatikan,” tutur Lanniari.

Keesokan paginya, Lanniari menerima pesan WhatsApp dari Nazwa yang mengatakan telah meninggalkan kunci rumah di jendela.

Hingga siang hari, tak ada kabar lagi dari putrinya, membuat Lanniari panik dan berusaha menghubunginya.

“Sekitar jam satu siang saya telepon, tapi dia bilang jangan menelepon, cukup SMS saja,” kata Lanniari.

Pada 29 Agustus 2025 sekitar pukul 18.00 WIB, Lanniari akhirnya mendapat kabar bahwa Nazwa sudah berada di Bangkok, Thailand.

“Saya sempat pingsan saat mendengar itu.

Waktu saya tanya dengan siapa ke Bangkok, Nazwa bilang bersama teman PKL-nya.

Tapi setelah saya desak, ia mengaku pergi sendiri,” ungkapnya.

Nazwa menginap di Hotel Center Point, Bangkok.

Saat Lanniari menelepon, Nazwa tak mau mengangkat.

 Anehnya, ia mengangkat telepon dari adiknya, tapi hanya berbicara sebentar.

“Rasanya seperti ada yang mengawasinya,” kata Lanniari, mengusap wajah.

Panik, Lanniari berencana melaporkan kehilangan anak ke Polsek Medan Tembung.

Namun, laporannya ditolak karena pihak keluarga sudah mengetahui keberadaan Nazwa dan ia bukan lagi anak di bawah umur.

“Malam itu saya tetap ke Polsek, tapi laporan ditolak karena anak saya sudah diketahui berada di Thailand,” jelasnya.

Kabar mengejutkan datang pada Kamis (7/8/2025).

Lanniari mendapat kabar dari pihak Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Phnom Penh bahwa anaknya sedang sakit dan dirawat intensif di State Hospital, Provinsi Siem Reap.

"Saya dapat informasi dari KBRI kalau anak saya sakit dan dirawat di rumah sakit," ujarnya.

Namun, ia mengaku dilarang pihak KBRI untuk pergi langsung ke Kamboja.

KBRI menyarankan agar keberangkatan diwakili oleh anggota keluarga lainnya.

"KBRI melarang saya datang ke Kamboja karena katanya anak saya benci melihat saya.

Mereka sarankan adik saya atau keluarga lain yang berangkat," tutur Lanniari.

Setelah sang adik tiba di Kamboja, Lanniari menanyakan apakah ada perwakilan KBRI di rumah sakit.

Ternyata, tidak ada satu pun petugas KBRI yang hadir.

Setelah empat hari perawatan, pada 12 Agustus 2025, Nazwa dinyatakan meninggal dunia.

“Saya dapat kabar tanggal 7 Agustus anak saya dirawat di RS, dan kemarin, 12 Agustus, saya kembali dikabarkan kalau anak saya sudah meninggal dunia,” ucap Lanniari dengan suara bergetar.

Hingga kini, jasad Nazwa masih berada di State Hospital, Provinsi Siem Reap, Kamboja, sejak dinyatakan meninggal dunia pada 12 Agustus 2025.

Lanniari Hasibuan hanya bisa menangis dan pasrah setelah menerima kabar kematian putrinya, Nazwa Aliya di Kamboja.

Niatnya untuk memulangkan jenazah sang anak pun terhalang biaya yang tak sanggup ia penuhi.

Raut wajahnya tampak tegang, matanya sayu dan berkaca-kaca. 

Sesekali ia terdiam lama, seperti kehilangan arah, sebelum akhirnya air mata jatuh di pipinya.

Pihak keluarga masih terkendala biaya pemulangan jenazah yang mencapai USD 8.500 atau sekitar Rp138 juta.

Ibu dua anak itu berharap Pemerintah Indonesia, khususnya Pemprov Sumatra Utara dan Pemkab Deli Serdang, dapat membantu memulangkan jasad putrinya.

"Saya tidak punya uang sebanyak itu.

Saya sangat berharap pemerintah membantu pemulangan jenazah anak saya," ujarnya lirih. (*)

 

Artikel ini telah tayang di Tribun-Medan.com dengan judul Pilunya Nasib Nazwa, Berawal dari Izin Interview Bank, Malah Tewas Tragis di Kamboja

Baca juga: Buka Restoran di Apartemen secara Ilegal, 2 TKI Ditangkap Polisi di Makau China

Sumber: Tribun Medan
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved