Berita Semarang
Habis Manjat Pagar, DKP Tak Terlihat Lagi, Hingga Ditemukan Mengambang di Reservoir Siranda Semarang
"Habis manjat rumah warga itu sudah tidak lagi terlihat kamera CCTV," terangnya
TRIBUNJATENG.COM,SEMARANG - Fakta lenglkap seorang pemuda berinisial DKP (21) mayatnya ditemukan mengambang di penampungan air atau Reservoir Siranda, Kelurahan Lempongsari, Kecamatan Gajahmungkur, Kota Semarang, Sabtu (16/8/2025).
Saat ditemukan kondisinya sudah tidak untuk.
Namun ia masih mengenakan pakaian lengkap dan sepatu.
DKP ini oleh keluarganya sudah dicari sejak dua pekan lalu.
Baca juga: Basarnas Lanjutkan Pencarian 3 Pemancing Hilang Tersapu Ombak di Semarang, 2 Tewas
Terbaru, polisi menemukan bukti baru terkait temuan mayat tersebut.
Yakni korban sempat berkelahi dengan seseorang sebelum ditemukan tewas mengambang di penampungan air peninggalan zaman Belanda tersebut.
"Korban sempat berkelahi dengan seseorang di sebuah tempat hiburan," papar Kepala Satuan Reserse Kriminal (Kasatreskrim) Polrestabes Semarang AKBP Andika Dharma Sena, Selasa (19/8/2025).
Menurut Andika, orang yang berkelahi dengan korban tersebut sudah diketahui identitasnya dan telah dimintai keterangan.
Termasuk satpam yang melihat perkelahian tersebut.
Namun, pihaknya belum bisa memastikan apakah korban selepas perkelahian tersebut alami luka-luka.
“Korban diduga dalam pengaruh alkohol. Ini akan kami pastikan lagi dengan hasil forensik,” ujarnya.
Selepas perkelahian itu, korban tampak berjalan sendirian lalu tidur di pinggir jalan.
Korban juga sempat mencoba masuk ke rumah seorang warga dengan memanjat tembok pagar rumah tetapi gagal.
"Habis manjat rumah warga itu sudah tidak lagi terlihat kamera CCTV," terangnya.
Andika menambahkan, penyidik juga masih menunggu hasil auotopsi korban.
"Ya nanti dibandingkan antara hasil forensik dengan temuan di lapangan," terangnya.
Diberitakan sebelumnya, lokasi penemuan mayat ini hanya berjarak selemparan batu dari Markas Polda Jateng atau berjarak sekira 700 meter.
Polisi yang mendengar temuan mayat di tempat tandon air yang dikelola PDAM Tirta Moedal Kota Semarang itu lantas melakukan pemeriksaan dan evakuasi.
Mayat pemuda asal Tlogosari Kulon, Pedurungan ini sudah tidak utuh lagi karena diperkirakan telah meninggal dunia lebih dari dua pekan.
"Korban ini sudah dilaporkan hilang oleh keluarganya," sambung Aris.
Informasi yang dihimpun Tribun, korban sebelumnya dilaporkan hilang.
Keluarga korban sudah mencari keberadaannya sejak Rabu, 30 Juli 2025 dengan menanyakan kepada sejumlah saksi salah satunya pihak keamanan Hotel Five Jalan Siranda.
Menurut keterangan dari pihak keamanan Hotel yang diterima keluarga, mereka melihat ada keributan pada Selasa 29 Juli 2025 pukul 04.00 WIB.
Keterangan itu kemudian dikuatkan oleh hasil penelusuran polisi yang memperoleh petunjuk dari rekaman kamera CCTV ada seorang pria jalan sempoyongan masuk ke dalam area reservoir dengan cara melompati pagar pada hari yang sama saat kejadian perkelahian tersebut.
"Kami masih melakukan penyelidikan soal penyebab kematiannya termasuk melakukan autopsi," sambung Aris.
Mayat korban kini telah dievakuasi oleh kepolisian ke Rumah Sakit Bhayangkara untuk dilakukan autopsi.
Masyarakat resah

Organisasi masyarakat (Ormas) Forum Peduli Aset Kota Semarang desak PDAM menerangkan keberadaan sesosok mayat laki-laki yang mengapung di reservoir Siranda, Lempongsari, Kecamatan Gajahmungkur.
Ketua Forum Peduli Aset Kota Semarang, Subiyanto mengatakan hingga saat ini belum ada penjelasan dari PDAM kenapa jasad pria itu berada di dalam reservoir selama dua Minggu. Hal ini membuat resah warga khususnya pelanggan PDAM.
"Kejadian itu membuat dampak psikis, contohnya putri saya yang lokasi tinggalnya jauh saat mau cuci muka takut kualitas air itu," ujarnya, Selasa (19/8/2025).
Terlebih masyarakat yang terdampak langsung pastinya mempermasalahkan hal tersebut.
Informasi yang diterimanya pelanggan yang ada di area reservoir bakal meminta kompensasi akibat kejadian tersebut.
"Saya mendapat aduan mereka resah," ujarnya.
Rencananya forum tersebut akan membuka posko pengaduan dan menggelar pertemuan secara resmi. Pihaknya akan menampung segala keluhan masyarakat di sekitar resevoir Siranda.
"Jika memungkinkan kami ajukan gugatan secara class action," tuturnya.
Dia menyesalkan kepada PDAM yang tidak menjaga reservoir yang merupakan obyek vital. Pihaknya memastikan telah ada anggaran untuk mengelola obyek vital tersebut.
"Dari PDAM harus menjelaskan. Kalau tidak penjelasan akan desak terus untuk menjelaskan," tuturnya.
Ia meminta kepada aparat penegak hukum dan Wali Kota Semarang untuk mengerahkan tim investigasi untuk menyelidiki reservoir. Dirinya memastikan terdapat unsur kelalaian.
PDAM Sebut Akan Pasang CCTV
Direktur Utama PDAM Tirta Moedal Semarang, Yudi Indardo menyebut ke depan pihaknya akan meningkatkan pengawasan terhadap fasilitas aktif maupun non-aktif, termasuk di area Reservoir Siranda.
Menurutnya, pengawasan di antaranya dilakukan dengan pemasangan CCTV di titik-titik kritis.
"Untuk fasilitas yang difungsikan atau tidak difungsikan, harusnya tetap harus ada semacam CCTV, ya.
Memang CCTV ini masih mau ditaruh di beberapa fasilitas kita, karena kita kebetulan sedang bangun juga operating control center (OCC). Jadi OCC kita lagi bangun dan CCTV itu bagian dari OCC yang kita bangun," terang Yudi, Selasa (19/8/2025).
Yudi mengungkapkan, insiden ini menjadi pembelajaran bagi PDAM.
Ia mengakui bahwa pengawasan Reservoir Siranda hanya dilakukan dari luar oleh petugas pengatur aliran, karena fasilitas tersebut sudah tidak difungsikan secara operasional sejak Maret 2025.
Terkait keamanan area reservoir, ia menyebut bahwa pagar reservoir sebenarnya terkunci rapat dan hanya bisa diakses dengan kunci resmi yang dimiliki petugas.
Diduga korban masuk dengan menerobos pagar samping.
"Dan karena ini sejak Maret tidak difungsikan, jadi ini memang pemeliharaan atau pengawasannya sifatnya hanya berasal dari petugas pengatur aliran.
Dan biasanya itu di-korve atau disiapkan khusus pada saat backup sistem ingin dijalankan, baru di kemudian dilihat reservoir seperti apa, ketinggian seperti apa, kemudian dikondisikan seperti apa. Jadi kalau sehari-hari itu memang cuma dipantau dari bagian luar saja.
Jadi pembelajaran di Reservoir Siranda ini, membuat kita akan tempatkan (CCTV) di fasilitas yang aktif maupun non-aktif," ungkapnya.
Menurut dia, Reservoir Siranda sendiri merupakan bangunan bersejarah yang masih dijaga kondisinya meski tidak lagi digunakan sebagai bagian dari sistem distribusi air harian.
Ketinggian air dalam reservoir dijaga di level minimal sekitar 1,5 hingga 2 meter.
Menurutnya, hal itu untuk mencegah kerusakan struktur bangunan akibat kekosongan.
Ia lebih lanjut menyebutkan, sejak Maret 2025, air untuk wilayah seperti Simpang Lima dan sekitarnya sepenuhnya disuplai dari Instalasi Pengolahan Air (IPA) Gajahmungkur yang memiliki elevasi lebih tinggi dari Reservoir Siranda.
Adapun terakhir kali Reservoir Siranda digunakan, kata dia, yakni pada 5 Juli 2025 sebagai backup selama 8 jam untuk mendukung perbaikan sistem di wilayah Semarang Barat.
"Jadi, kami ingin menggaransi para pelanggan bahwa sejak (korban) dinyatakan hilang di akhir Juli, kemudian baru ditemukan di tanggal 16 Agustus itu, berarti selama 2 minggu itu memang Reservoir Siranda tidak difungsikan, karena terakhir (digunakan) backup tanggal 5 juli," klaimnya. (idy)
(Iwn/idy)
Basarnas Lanjutkan Pencarian 3 Pemancing Hilang Tersapu Ombak di Semarang, 2 Tewas |
![]() |
---|
Berkaus Surakarta Fishing, Joko Wilopo Buronan Narkoba 14 Tahun Santai Ditangkap Jaksa |
![]() |
---|
Robig Ajukan Banding, Begini Respons Keluarga Korban |
![]() |
---|
Bukti Baru Teka-teki Kematian Pemuda Mengambang di Reservoir Siranda Semarang |
![]() |
---|
Gelombang Tinggi di Perairan Jateng, Basarnas Sebut Ada 12 Orang Tenggelam di Laut, 2 Tewas |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.