TRIBUNJATENG.COM -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah memerintahkan dilakukan rapid test virus corona secara massal di Indonesia untuk mendeteksi Covid-19. Rapid test ini dilakukan untuk deteksi dini indikasi awal seseorang terpapar virus SARS-CoV2.
Sebelumnya, Korea Selatan juga sudah melakukan rapid test corona virus. Australia juga melakukan hal yang sama, melakukan uji virus ini setiap harinya.
Jokowi akan memprioritaskan rapid test massal virus corona di daerah-daerah yang dinilai rawan berdasarkan hasil pemetaan. Salah satu daerah yang disebut Jokowi adalah Jakarta Selatan.
Jokowi mengatakan rapid test corona sudah dimulai Jumat (20/3). Tes itu dilakukan petugas dengan mendatangi rumah-rumah.
"Mengenai rapid test, memang sudah dilakukan sore hari ini (Jumat kemarin) di wilayah yang dulu sudah diketahui ada kontak tracking dari pasien-pasien yang positif sehingga dari situ didatangi dari rumah ke rumah untuk dites," ujarnya.
Jokowi mengatakan rapid test dilakukan sebagai pemeriksaan awal untuk mengetahui apakah seseorang terinfeksi COVID-19 atau tidak.
• UPDATE Korban Virus Corona: Lagi, Satu WNA Positif COVID-19 Dinyatakan Meninggal Dunia
• Alasan Kominfo Cabut Stempel Hoax Obat Chloroquine untuk Virus Corona
• KISAH NYATA: Ibu Muda Ini Tewas Terbakar Demi Selamatkan Anak dan Keponakannya yang Balita
• Apa Itu Avigan? Obat Corona Asal Jepang yang Dipesan Jokowi Sebanyak 2 Juta Butir, Ini Penampakannya
Bagaimana cara pengujian rapid test?
Hampir seluruh tes yang dilakukan di Australia dimulai dengan sampel yang diambil dari hidung atau belakang tenggorokan atau keduanya menggunakan swab khusus.
Michael Harrison, ahli patologi dan CEO bisnis patolofi yang berbasis di Brisbane, Sullivan Nicolaides, mengatakan, perusahannya saat ini melakukan sekitar 1.500 tes per hari melalui laboratorium mereka.
"Hidung dan bagian belakang tenggorokan adalah dua situs tempat virus bereplikasi," kata Harrison.
Oleh karena itu, penyeka mengambil sel-sel di mana virus berada. Tes swab digunakan untuk mencocokkan bahan genetik yang ditangkap pada swab dengan kode genetik Covid-19.
Staf medis yang mengambil sampel perlu menggunakan alat pelindung diri termasuk sarung tangan, masker, pakaian khusus, dan pelindung wajah. Seorang dokter umum di Melbourne dan dosen perawatan primer di University of Melbourne, Dr Chance Pistoll, menjelaskan, sangat penting bagi tenaga medis memiliki peralatan pelindung yang cukup.
Ia mengatakan, siapa pun yang merasa berpotensi terinfeksi harus menelepon terlebih dahulu dan mengikuti sistem yang telah ditetapkan oleh pihak berwenang untuk melindungi pasien, orang lain, dan staf medis.
Pistoll menegaskan, jika seseorang diuji untuk Covid-19, sangat penting melakukan isolasi diri hingga mendapatkan hasilnya. "Anda harus berada dalam pengasingan sendiri sampai tahu hasilnya. Jika telah diuji, harus menganggap Anda memilikinya sampai tahu bahwa Anda tidak memilikinya," ujar dia.
Sampel dari uji Covid-19 diapakan?
Setelah spesimen diambil dan disegel, selanjutnya dipindahkan ke laboratorium dan diuji dalam batch. Teknik yang digunakan dikenal sebagai reaksi berantai polimerase atau PCR.
Sampel melalui proses yang sebagian besar otomatis mengekstraksi materi genetik sebelum ditempatkan ke dalam mesin PCR dalam batch.
Direktur Doherty Institute Prof Sharon Lewin menjelaskan, teknik PCR yang digunakan untuk Covid-19 juga digunakan pada pengujian lain seperti HIV, Hepatitis C, dan influenza.
"Cara untuk melakukan ini adalah menemukan bahan genetik virus. PCR memperkuat materi genetik sehingga dapat dengan mudah mendeteksinya," kata dia.
Sebelumnya, Metode pengujian Lewin memaparkan, bahan untuk pengujian Covid-19 bersifat generik. Akan tetapi, unsur tes yang dikenal sebagai primer atau kait yang digunakan untuk mencocokkan bahan genetik dengan virus yang menyebabkan Covid-19 adalah unik.
Tes darah juga tengah dilakukan. Hal ini dapat mendeteksi jika seseorang sebelumnya telah terkena virus. Tes-tes tersebut berguna untuk mengetahui apakah seseorang mungkin telah memiliki kekebalan.
Berapa lama hasil tes akan keluar?
Setelah sampel seseorang diambil, sampel itu dibawa ke laboratorium dan diuji. Hasil tersebut kemudian perlu disampaikan kepada para profesional medis, baru diserahkan kepada pasien.
Harrison mengatakan, laboratoriumnya memerlukan waktu hingga 48 jam dari waktu pengumpulan hingga pasien dapat mempelajari hasilnya. Pisttol menuturkan, di Victoria, pasien diberitahu untuk menunggu hasil tes antara 48-72 jam.
Menurut dokter dari John Curtin School of Medical Research Universitas Australia, Dr Gaetan Burgio, kecepatan menjadi hal yang sangat penting dalam pandemi ini.
"Para pasien, pada prinsipnya, terisolasi menunggu hasil. Tetapi pasien tidak mungkin patuh. Memberikan hasil dengan cepat memungkinkan untuk dengan cepat mendeteksi positif dan menindak lanjuti pasien dalam isolasi atau karantina," ujarnya.
Lebih lanjut, deteksi cepat akan mengurangi jumlah pasien yang tidak perlu ditindaklanjuti. Apakah akan ada tes Covid-19 yang berbeda dan lebih cepat?
Lewin mengatakan, tes cepat untuk virus lain sudah ada dan bisa diselesaikan dalam waktu 30 menit.
Para ahli mengatakan, tes cepat terbaru dengan turn around 15 menit dapat menghilangkan kecemasan dan kekhawatiran. Akan tetapi, para ahli juga memperingatkan bahwa tes ini kemungkinan akan kurang akurat daripada tes PCR berbasis laboratorium karena mereka mencari antibodi, bukan virus itu sendiri. (kpc)