Forum Guru

Forum Guru Y Bangun Widadi : Menggagas Guru Penggerak yang Merdeka

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Y Bangun Widadi

Kepekaan akan tugas utamanya untuk menciptakan pembelajaran bermutu, kesadaran merespons perbedaan talenta siswa, latar belakang, gaya belajar dan kecepatan berpikir dalam menangkap pesan pengetahuan yang diberikannya, perbedaan akselerasi kematangan kepribadian yang dihayati sebagai tugas panggilannya sebagai pribadi dewasa yang mengayomi, memberi rasa aman, nyaman, menjadikannya modal transformasi dan mereposisi siswa menjadi pembelajar dalam upaya mencapai kematangan karakter siswa dalam karakter berpikir kritis, kreatif, kemampuan berkolaborasi dan mengkomunikasikan dari apa yang ada dalam dirinya dan capaian apa yang telah diperolehnya.

Berkesadaran untuk mengerakan siswa, rekan guru dan komponen sekolah lainya untuk mengembangkan pembiasaan dan membangun relasi sosial yang sehat dan efektif sebagai budaya sekolah menjadikannya lingkungan sekolah sebagai miniatur masyarakat serta memaklumkannya dampak personalitas, kualitas siswa di kemudian hari.

Kesadaran untuk terus mencoba, berinisiatif membuat terobosan baru dan selalu bereksperimen demi efektifitas pembelajaran dan pencapaian hasil belaajar dan kompetensi siswa, lepas dari kegamangan dan kekakuan menerapkan regulasi kebijakan yang ada.

Kegamangan dan kekakuan ini dimulai dari tahapan perencanaan. Perencanaan dalam konteks pembelajaran terkait dengan penyusunan perangkat administrasi yang selama ini dituding menjadi beban utama yang mengaburkan peran guru sebagai aktor utama transformasi pembelajaran menjadi peran administrator.

Beban berat tersebut menjadikan guru tidak fokus pada kegiatan pembelajaran, mempersempit ruang improvisasi guru dan tidak memberikan keleluasaan untuk berinovasi.

Tugas administrasi guru terkait dengan perencanaan pembelajaran secara tegas tertuang dalam peraturan menteri pendidikan nasional nomor 41 tahun 2007 tentang standar proses pendidikan. Dalam standar itu tersurat, perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).

Namun dalam prakteknya, program tahunan dan program semester itulah yang selalu mejadi titik tolak perencanaan, dan dalam pengembangannya menghasilkan rupa-rupa perangkat yang seakan menjadi kewajiban baru yang harus disusun. 

Rupa-rupa lain inilah yang pada akhirnya sama dominannya dengan komponen-komponen lain yang menjadi marginal dan seakan tanpa hirarki dan benang merah, namun harus ada dan dituangkan secara berulang dan menjadikan perencanan tidak praktis, jauh dari efektif dan efisian bahkan menjadi tidak applied.

Asa kemerdekaan guru dimulai dari terbitnya surat edaran menteri nomor 14 tahun 2019 terkait penyederhanaan RPP dengan penekanan pada efektifitas, efisiensi dan orientasi pada siswa. Penyederhanan itu menjadikan tiga komponen inti RPP: tujuan, sintaks dan assesmen (penilaian) pembelajaran, sehingga memungkinkan RPP dalam format 1 halaman yang harapannya mengurangi beban adminitrasi guru.

Terkait dengan penyederhanaan silabus yang belum ada regulasi baru yang mengaturnya. Dalam intuisi benak penulis, di sinilah satu ruang bagi keberanian guru untuk berani merdeka, walaupun bukan keberanian untuk merdeka tanpa dasar alasan logik pedagodik. Inovasi dan keberanian dapat dimulai dengan meletakkannya dalam makna yang sederhana.

Silabus berarti ikhtisar suatu pelajaran (KBBI, online). Silabus juga bermakna garis besar, ringkasan, ikhtisar atau pokok-pokok isi atau materi pelajaran (Salim, 1987:98). Berdasar makna dasar silabus ini, menurut hemat penulis sangat beralasan apabila format silabus hanya memuat pokok-pokok perencanaan: kompetensi dasar (KD), materi, dan pokok kegiatan pembelajaran dengan tetap mendasarkan pada standar isi (SI) dan standar kompetensi lulusan (SKL). 

Pokok-pokok perencanaan pembelajaran inilah yang menjadi acuan perencanaan pelaksanaan pembelajaran di kelas atau acuan untuk peyusunan RPP. Kembali pada pemaknaan dan penyederhanaan silabus hanya satu contoh keberaninan.

Namun satu keberanian ini akan berefek domino pada keberanian lain dalam menciptakan gagasan yang akan membawanya pada inovasi dan kreasi pembelajaran di kelas, tidak hanya sekedar merujuk makna, namun tetap mengedepankan tujuan dan orientasi pada siswa. Spirit dan kemauan seperti inilah yang menjadikan guru penggerak leading dibanding dengan rekan sejawat lain dalam satu sekolah membawanya pada stigma nilai positif yang dimilikinya sebagai guru model yang merdeka dan mampu menciptakan memerdekakan siswa dan rekan sejawat, selalu berimprovisasi dan berniovasi menghasilkan transformasi pembelajaran untuk mencapai visi Indonesia 2045, menciptakan SDM unggul. (*)

Dihantam Ombak Tinggi, Seorang Pemancing Asal Kebumen Hilang Terseret Ombak Di Pantai Pasir

Sekolah di Zona Hijau Boleh Dibuka, Dimana Saja Zona Hijau Itu?

Kisah Debut 3 Wonderkid Timnas Indonesia di Eropa, Bukan Egy dan Witan Yang Sukses Cetak Tapi Ini

BIKIN MEWEK! Pesan Mengharukan Dr Deny Sebelum Gugur, Ayah Bundanya Juga Meninggal Karena Corona

Berita Terkini