TRIBUNJATENG.COM, JAKARTA -- Lonjakan penambahan kasus positif Covid-19 yang sangat signifikan beberapa minggu terakhir ditengarai oleh varian baru dari virus SARS-CoV-2 varian delta. Bahkan Indonesia tercatat sebagai negara dengan kasus kematian tertinggi di dunia yaitu mencapai lebih dari 2000 orang dalam satu hari.
Peneliti sekaligus Ketua Tim WGS SARS-CoV-2 LIPI Sugiyono Saputra menyatakan, kasus Covid 19 di Indonesia tidak hanya disebabkan oleh varian delta. Berdasarkan riset yang dilakukan, juga ditemukan varian baru asal Indonesia yaitu varian B.1.466.2
“Sebelum varian delta masuk ke Indonesia, varian lokal asal Indonesia ini pernah mendominasi kasus Covid 19 di Indonesia," ujarnya seperti dikutip dari laman LIPI, Selasa (27/7).
WHO juga memberi peringatan kepada Indonesia agar varian lokal terus dimonitor, karena secara genetik varian ini dimungkinkan tingkat penularan yang tinggi di masyarakat atau berpotensi menyebabkan penurunan efektifitas vaksin dan terapi obat. Akan tetapi sampai saat ini, bukti ilmiah terkait efek secara epidemiologi atau bukti ilmiah yang menunjukan langsung efek dari mutasi yang terjadi belum ada.
"Varian lokal saat ini kasusnya tidak banyak dan sampai saat ini varian delta lebih berbahaya dan lebih mendominasi,” jelas Sugiyono.
Ia memaparkan, sejak penelitian Covid-19 dilakukan di Indonesia, selama lebih dari satu tahun LIPI telah menemukan lebih dari 10 varian Covid 19. Namun varian yang menjadi perhatian (variant of concern) adalah varian alfa, beta, gamma dan delta.
Adapun varian lain yang baru mendapatkan pelabelan sebagai varian of interest (VOI) dari WHO adalah varian Lambda. "Varian gama dan lambda belum ditemukan di indonesia sesuai data dari GISAID,” imbuhnya.
Dikutip dari situs resmi WHO varian baru lokal di Indonesia B.1.466.2 dimasukkan dalam kategori "Alerts for Further Monitoring" yang sampel pertamanya dilaporkan pada November 2020 lalu oleh Indonesia. WHO menjelaskan varian dalam kategori Alerts for Further Monitoring memiliki potensi jadi berbahaya di masa depan karena memiliki perubahan genetik. Hanya saja data bukti-buktinya masih belum cukup sehingga dibutuhkan pengawasan dan penelitian berulang yang kuat.
"Pemahaman kami terkait varian di kategori ini berkembang dengan cepat dan karena itu isinya bisa ditambah atau dikurangi begitu saja. Karena itu juga WHO tidak memberi label khusus," tulis WHO dalam situs resminya.
Sementara itu dikabarkan ada varian baru delta berkode AY.1 atau lazim disebut 'Delta Plus'. Varian ini terdeteksi sudah tersebar di beberapa kota di Indonesia di antaranya Mamuju dan Jambi.
Berdasarkan laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) varian 'Delta Plus' masuk ke dalam variant of concern (VoC). 'Varian Delta Plus' sudah diidentifikasi di 11 negara, termasuk Amerika Serikat. Professor of Molecular Immunology and Virology, Institute of Medical Sciences, Banaras Hindu University, Sunit K Singh menjelaskan mutasi yang terdapat dalam varian 'Delta Plus' adalah K417N. Mutasi yang juga ditemukan dalam varian Beta.
Dikutip dari Hindustan Times, pakar virologi India menilai gejala varian Delta Plus tidak memiliki perbedaan signifikan dengan varian Delta dan varian Beta (B1351). "Varian Beta dengan mutasi ini telah menunjukkan kemampuan untuk lolos dari antibodi yang diberikan oleh vaksinasi COVID, setidaknya sampai batas tertentu. Dengan kata lain, ada kemungkinan vaksin COVID-19 tidak akan melindungi dari mutasi ini secara efektif," kata Sunit.
Kasus Kematian Melonjak
Seementara itu, kasus kematian Corona pada Selasa (27/7) memecahkan rekor. Kematian Corona ini pecah rekor setelah selama seminggu angka kematian di atas 1.000 orang sehari. Di sisi lain, kasus sembuh juga pecah rekor dengan 47.128, sedangkan penambahan kasus mencapai 45.203 (selengkapnya lihat grafis...!)
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung (P2PML) Kementerian Kesehatan, dr Siti Nadia Tarmizi, mengungkap, alasan kasus kematian Corona di Indonesia menembus 2 ribu kasus. Menurutnya, ada keterlambatan pelaporan data kasus wafat COVID-19 dari beberapa kabupaten dan kota.
"Ada perbaikan data yang dikirimkan kabupaten/kota," jelas dr Nadia kepada detikcom Selasa (27/7).
Seperti diketahui, per hari ini kasus kematian COVID-19 tercatat sebanyak 2.069 kasus sehingga total pasien COVID-19 yang wafat di Indonesia sejak wabah merebak sudah menembus 86.835 kasus.
Adapun untuk kasus kematian di Jateng, berdasar data 417 kasus. Tetapi bila melihat web corona.jatengprov.go.id terkonfirmasi ada penambahan kematian 325.
Meski begitu, dr Nadia belum bisa merinci mana saja data kasus kematian COVID-19 kabupaten/kota yang diperbarui atau delay pelaporannya. Kabar baiknya, per hari ini kasus sembuh Corona di Indonesia juga mencetak rekor yaitu 47.128 kasus, total 2.596.820.
Sementara kasus positif Corona per hari ini bertambah 45.203 kasus sehingga totalnya mencapai 3.239.936. (Tribun Network/rin/Hindustan Times/fit/wly)
Baca juga: PPKM Level 4, Bupati Semarang Izinkan Sektor Informal Buka dengan Kapasitas 25 Persen
Baca juga: PPKM Level 4, Wali Kota Salatiga Ajak ASN Ngalirisi Dagangan Usaha Kecil
Baca juga: Cara Makan Selama 20 Menit di Restoran hingga Warteg, Hingga Angkringan saat PPKM Level 4
Baca juga: 3 Hal yang Sudah Dilonggarkan Dalam PPKM Level 4 di Semarang, Mall Sudah Boleh Buka