-TRIBUNJATENG.COM, BANJARNEGARA - Petani singkong di Kabupaten Banjarnegara saat ini sedang terpuruk.
Bagaimana tidak, harga komoditas itu tengah anjlok.
Penderitaan lebih dirasakan warga di beberapa desa di Kecamatan Mandiraja.
Ketiadaan akses untuk mobil pengangkut hasil pertanian membuat harga hasil bumi semakin jatuh.
Baca juga: Resep Sawut Singkong Gula Merah Camilan Murah untuk Akhir Pekan
Petani di Desa Kaliwungu, Desa Kebanaran, Desa Jalatunda, dan Desa Somawangi Kecamatan Mandiraja selama ini cukup menderita karena tak memiliki akses jembatan yang layak.
Satu-satunya akses penyeberangan di Sungai Sapi adalah jembatan gantung Desa Kaliwungu, yang hanya bisa dilalui kendaraan roda dua atau pejalan kaki.
Ini menyulitkan mobilitas warga, terutama untuk transportasi hasil bumi.
Hasil panen warga akhirnya dihargai lebih rendah karena dipotong ongkos trasportasi.
Hasil bumi yang idealnya diangkut menggunakan truk atau pick up, harus dilansir menggunakan jasa ojek sepeda motor.
"Hasil panen dilansir pakai sepeda motor, ngojek, "kata Tulus, petugas Ulu-ulu Desa Kebanaran, Mandiraja, Senin (31/1/2022)
Petani kerap merugi karena hasil panen mereka menjadi anjlok meski di luar desa harganya masih normal.
Ini karena mereka harus membayar ongkos lebih untuk transportasi via jembatan gantung.
Nasib apes kini menimpa petani Singkong.
Harga komoditas itu anjlok di kisaran Rp 500 perkilogram.
Itu harga di pengepul di luar desa.