TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Banjir yang menggenangi 15 kecamatan di Kabupaten Cilacap, berangsur surut.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Cilacap melaporkan, pengungsi sudah mulai pulang dan membersihan tempat tinggal.
Meski demikian, kewaspadaan mutlak diperlukan, mengingat cuaca ekstrem masih akan berlangsung beberapa hari ke depan.
Baca juga: Keluarga Novita WNI Asal Semarang Korban Penembakan di AS Bicara Kendala Pemulangan Jenazah
Baca juga: Fesyen dan Kuliner Penyumbang Terbesar Ekonomi Kreatif
Baca juga: Pelaku Otomotif Sambut Positif Rencana Subsidi Pembelian Kendaraan Listrik di 2023
Analis Kebencanaan BPBD Cilacap Gatot Arief Widodo mengatakan, ada 42 desa di 15 kecamatan yang terdampak banjir.
Mereka yang terdampak dan mengungsi kini sudah mulai pulang ke rumah masing-masing.
"Secara umum, sudah kembali ke rumah masing-masing sudah kembali pulang dan membersihkan rumah," ujarnya, Selasa (11/10/2022) siang.
Ia mengatakan, pengungsi paling banyak terdapat di Desa Kalijeruk, Kecamatan Kawunganten dengan 2.500 pengungsi.
Di Kecamatan Sidareja, ada 72 jiwa yang mengungsi ke Koramil Sidareja.
Selain itu adapula pengungsian di Kecamatan Kesugihan dan Kecamatan Kroya.
Selain banjir, bencana longsor juga menimpa warga di Kecamatan Kesugihan di Desa Ciwuni.
Gatot menyebut, akibat kejadian tersebut warga harus mengungsi ke rumah famili, karena kerusakan yang cukup parah.
Namun demikian, longsor telah ditangani secara gotong royong oleh masyarakat dan unsur pemerintah terkait.
"Saat ini yang dibutuhkan oleh warga terdampak banjir adalah sarana kesehatan lingkungan (Sarkesling) seperti sapu, pel dan disinfektan, khususnya di Desa Kalijeruk karena terendam cukup lama perlu pembersihan, juga memerlukan sabun cuci," ujarnya.
Terkait kerugian materil, ia menyebut belum bisa merinci. Mengingat, penghitungan kerugian bisa dilakukan ketika perincian dilakukan sampai pasca bencana.
Meskipun kondisi hujan berkurang dan banjir sudah mulai surut, Gatot menyebut warga masih perlu siaga.