Terpisah, Ketua P4S Kampung Klurahan, Kandiman menjelaskan upaya karantina burung hantu yang telah dilakukan sejak 2013.
Kala itu, banyak petani yang mengeluhkan serangan hama tikus di lahan pertanian yang kian merajalela.
Kalangan petani merugi besar lantaran hasil panen tak maksimal akibat serangan hama tikus.
"Kemudian, para petani berinisiatif untuk melakukan karantina burung hantu."
"Awalnya tidak terlalu banyak karena tujuannya hanya mengurangi hama tikus di sawah," terangnya.
Lebih lanjut, para petani juga membangun rubuha di sejumlah lokasi di areal persawahan.
Biasanya, Tyto Alba atau burung hantu mencari mangsa pada malam hari.
Tyto Alba memiliki daya jelajah sejauh lebih dari 10 kilometer.
“Setelah ada Tyto Alba, hasil panen jadi lebih maksimal, sehingga memberi keuntungan besar bagi para petani."
"Kemudian rubuha- rubuha ini diadopsi para petani di daerah lain seperti Tawangsari, Nguter, Weru, dan Polokarto, “ pungkasnya. (*)
Artikel ini telah tayang di TribunSolo.com dengan judul Keren! Kampung di Sukoharjo Jadi Lokasi Budidaya Burung Hantu, Berawal dari Gangguan Hama Tikus
Baca juga: Ini Tips Mbak Dina, Cara Jitu Kurangi Angka Pengangguran di Kota Semarang
Baca juga: Keberadaan Badai Mahasiswa UPN Asal Semarang Masih Misterius, Menghilang Sejak 27 Juli 2024
Baca juga: Pengamanan Pengesahan Warga Baru PSHT, Kapolres Karanganyar: Rasa Aman Masyarakat Prioritas
Baca juga: INFOGRAFIS: Kunjungan Prabowo Dari Prancis Hingga Rusia