UIN Saizu Purwokerto

Sukatani dalam Bingkai Seniman Pendidik

Editor: deni setiawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Prof Dr H Fauzi, MAg, Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan UIN Saizu Purwokerto.

oleh Prof Dr H Fauzi, MAg
Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
UIN Prof KH Saifuddin Zuhri Purwokerto

SALAH satu fenomena yang saat ini sedang banyak diperbincangkan adalah kelompok band Sukatani dari Purbalingga lewat lagu ciptaannya “Bayar, Bayar, Bayar” yang dinyanyikan para aktivitas demokrasi saat sedang berunjuk rasa.

Lagu “Bayar, Bayar, Bayar” pun viral dan banyak menjadi perbincangan warganet di dunia maya.

Kelompok band Sukatani lalu menyampaikan permintaan maaf kepada Kapolri dan melakukan takedown atas lagu “Bayar, Bayar, Bayar” di seluruh unggahan di dunia digital. 

Baca juga: IMPI Lepas Lima Wisudawan UIN Saizu Asal Thailand, Satu Mahasiswa Raih Beasiswa Pascasarjana

Baca juga: Keren, Mahasiswa UIN Saizu Lily Nauroh Raih Juara I Kejuaraan Karate GAMADA Open Internasional 2025

Sikap kelompok band Sukatani yang meminta maaf dan salah satu personalnya, Novi Citra Indriyati, yang dikeluarkan dari sekolah tempatnya bekerja, menimbulkan simpati dan empati dari masyarakat luas. 

Berbagai dukungan dari berbagai pihak diberikan pada grup band Sukatani.

Mulai dari dukungan hukum, bermusik, hingga perjuangan.

Dukungan yang menegaskan bahwa dalam konteks berdemokrasi dan berekspresi seni apa yang dilakukan oleh grup band Sukatani tidak ada yang salah.

Seniman musik punya hak asasi dan estetik dalam menyampaikan aspirasinya melalui musik.

Di sinilah, saya sebagai sebagai Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) UIN Prof KH Saifuddin Zuhri Purwokerto, kampus tempat Novi Citra Indriyati (sebut Citra, nama panggilan di kampus) menempuh pendidikan.

Saya mencoba memberikan pemaknaan dalam ranah jati diri Citra yang karir seniman musik dan pendidiknya sudah dirintis sejak duduk di bangku perkuliahan.

Harapannya, apa yang saya sampaikan semakin memberikan gambaran pemaknaan yang nyata sosok Novi Citra Indriyati, salah satu personal band Sukatani, yang lengkap sehingga wacana-wacana yang berseliweran dapat menemukan titik terangnya.

Novi Citra Indriyati masuk perkuliahan pada 2012 di Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI).

Program studi yang salah satu profil lulusannya menjadi guru madrasah ibtidaiyah atau guru sekolah dasar.

Citra memang memilih prodi tersebut dengan keinginan ke depan bisa menjadi guru atau pendidik di sekolah dasar.

Ini menegaskan bahwa Novi Sukatani adalah seorang pendidik.

Dalam proses perkuliahan Citra tidak mengalami persoalan.

Semua mata kuliah teori dan praktiknya diselesaikan dengan tepat waktu.

Saat ujian skripsi, kebetulan saya juga menjadi penguji utamanya, Citra bisa menyelesaikan ujian dengan baik dengan hasil dan nilai yang memuaskan. 

Tidak sampai di situ, Novi Citra Indriyati juga aktif mengembangkan bakat dan minatnya di Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Teater Didik.

Di sinilah bakat seni, terutama teater dan musiknya diasah dan dikembangkan.

Citra Sukatani telah menjadi aktor di beberapa pementasan teater dan membawakan lagu di pentas musik di dalam dan luar kampus.

Novi Citra Indriyati adalah sosok yang berpengaruh kuat dalam berseni di kalangan mahasiswa, sehingga dia pernah juga menjadi ketua atau lurah di UKM Teater Didik periode 2014-2015.

Dua kiprah penting Novi Citra Indriyati di kampus ini memberikan dasar pemaknaan penting dalam kehidupannya saat ini.

Citra adalah guru yang seniman atau seniman pendidik.

Tidak heran jalan hidup yang dipilihnya kemudian menjadi guru dan seniman musik.

Inilah yang tercermin dalam kehidupan Novi Citra Indriyati saat ini.

Saat lagu “Bayar Bayar Bayar” yang diciptakan group band-nya (Sukatani) viral, maka kita dapat menilai perjuangan berkesenian dan berprofesi pendidiknya dari bangku perkuliahan yang telah dilaluinya.

Baca juga: Ketua Senat UIN Saizu Beberkan Tiga Prinsip Utama Harus Dipegang Teguh Lulusan

Baca juga: Rektor UIN Saizu Resmikan Layanan Perpustakaan di Kampus 2 Purbalingga

Pertama, berseni dan mendidik bagi Novi Citra Indriyati menjadi citra dirinya.

Dua jalur hidupnya pun dipilih, sehari-hari bekerja menjadi guru dan penyanyi.

Dengan karakter kuatnya sebagai individu yang baik, yang ditunjukkan saat duduk di bangku kuliah, maka Novi Citra Indriyati sangat mengerti tugas-tugasnya sebagai guru yang baik dan pemusik yang baik.

Ini memberikan dasar penting bahwa lagu “Bayar, Bayar, Bayar” yang diciptakan dan dinyanyikannya merupakan bagian dari kritik murni seorang pendidik yang ingin disampaikan kepada kepolisian.

Kritik seorang pendidik yang disampaikan melalui musik karena sarana yang ditekuni adalah musik.

Novi pun angkat bicara bahwa lagu “Bayar, Bayar, Bayar” itu ditujukan untuk oknum polisi.

Jadi, lagu “Bayar, Bayar, Bayar” adalah reaksi murni seorang pendidik dalam bermusik, bukan reaksi politik praktis.

Semua orang bisa merasakan hal ini.

Tidak ada kepentingan politik di tengah-tengah situasi politik saat ini.

Apalagi, lagu ini diciptakan dan dinyanyikan sejak 2023 sebelum situasi seperti ini.

Tidak heran jika dukungan pada Novi Citra Indriyati terus mengalir karena Sukatani jauh dari arus politik.

Lagu “Bayar, Bayar, Bayar” yang diciptakannya adalah sikap pendidik dalam mengkritik disampaikan melalui musik.

Semua orang bisa memahami situasi seperti ini.

Semua disampaikan dalam konteks kritik dalam ekspresi musik dari seorang pendidik.

Kedua, permintaan maaf yang dilakukan Sukatani setelah lagu “Bayar, Bayar, Bayar” viral menunjukkan sikap seniman yang pendidik.

Dalam dunia pendidikan, semua orang tahu.

Pendidik selalu menjunjung tinggi nilai dan karakter.

Pendidik mengajar atau menyampaikan materi belajar karena ingin mendidik anak-anak didiknya.

Jika yang diajarkan dianggap tidak mendidik, dengan kesadaran diri pasti pendidik akan dengan rendah hati meminta maaf. Ini yang dilakukan Novi Citra Indriyati.

Terlepas dari ada tekanan atau tidak, permintaan maaf yang dilakukan oleh Sukatani adalah sikap rendah hati seorang pendidik.

Sikap inilah yang kemudian membuat masyarakat bersimpati dan empati pada Novi Citra Indriyati dan Sukatani.  

Saya bayangkan jika lagu ini sengaja ditulis untuk perlawanan politis, pasti sikap-sikap rendah hati seorang pendidik seperti Novi Citra Indriyati Sukatani tidak akan dilakukan.

Momen viral ini pasti dijadikan momentum untuk berpolitik.

Tapi, itu sama sekali tidak terjadi.

Sikap Novi Sukatani adalah sikap bermusiknya seorang pendidik.

Bermusik yang dilakukan pendidik sangat menjunjung tinggi nilai dan edukasi.

Masyarakat membaca dan memahami ini.

Tidak heran jika dukungan dan bantuan akan terus mengalir karena pendidikan penting bagi bangsa kita bisa dilakukan melalui musik.

Musik sebagai media untuk memberikan kritik dan sumbangan baik untuk bangsa dan negara, yang dilakukan oleh pendidik seperti Novi Citra Indriyati, harus terus didukung dan diperjuangkan bersama. (*)

Baca juga: HMPS Tadris Bahasa Inggris UIN Saizu Gelar International Talkshow, Pembicara dari Australia

Baca juga: UIN Saizu Purwokerto Gelar Lomba Puisi Moderasi Beragama di KKF Banyumas

Baca juga: Adiksi UIN Saizu Kenalkan Beasiswa KIP Kuliah lewat Program Goes To School

Baca juga: Pascasarjana UIN Saizu Sosialisasikan Penerimaan Mahasiswa Baru ke IGRA Cilacap

Berita Terkini