Dia khawatir, bukan hanya soal bau.
“Kalau ada yang lewat kendarai sepeda motor, terus nggak lihat ada sampah, bisa tergelincir,” ucapnya.
Ironisnya, keberadaan TPA itu juga memberi manfaat bagi usaha kecil Komsatun dan warga lainnya.
Beberapa pelanggan Komsatun adalah petugas yang bekerja di sana.
Tapi kondisi jalan yang kotor dan bau tak kunjung dibenahi membuat Komsatun berada di persimpangan, menggantungkan hidup dari sistem yang juga membuat hidupnya tak nyaman.
Baca juga: Dikerahkan 700 Polisi Amankan PSIS Semarang Vs Persik Kediri Jumat Sore Ini
“Saya cuma minta, truk-truk yang baknya berlubang itu dibenerin."
"Baknya ditutup, jangan dibiarkan terbuka."
"Kalau tertutup, sampahnya nggak kabur kena angin,” katanya.
Komsatun tidak banyak menuntut.
Dirinya hanya ingin bisa membuka jendela rumahnya tanpa harus menahan napas.
Tapi selama puluhan tahun, suara seperti miliknya tak pernah didengar.
Keluhannya bukan satu-satunya.
Sobirin, warga yang tinggal beberapa rumah dari Komsatun juga mengeluh hal yang sama.
“Sampahnya sering terbang, masuk ke halaman rumah."
"Harus sering-sering bersih-bersih,” ujarnya.