Berita Semarang

Momentum Dies Natalis ke 43, SCU Terus Dorong Konsep Pendidikan Cura Personalis

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Jumpa Pers- Rektor Soegijapranata Catholic University (SCU), Ferdinand Hindiarto, Guru besar SCU Heny Hartono, Ketua Dies Natalis SCU-43, Novita Ika Putri saat bertemu awak media usai pelaksanaan Dies Natalis kampus tersebut, Selasa (5/8/2025)

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG -- Soegijapranata Catholic University (SCU) terus mendorong transformasi pendidikan melalui penerapan Soegijapranata Learning Model (SLM).

Model pembelajaran khas SCU ini menjadi sorotan utama dalam puncak perayaan Dies Natalis ke-43 yang digelar di Auditorium Agnes Widanti, Kampus 1 SCU Bendan, Semarang, Selasa (5/8/2025).

Rektor SCU Dr. Ferdinandus Hindiarto menjelaskan, SLM merupakan pendekatan pembelajaran yang dirancang untuk menghadirkan proses belajar yang personal, inklusif, dan membentuk karakter.

Ia menyebut bahwa SLM kini telah memasuki tahun keempat implementasi dan menjadi kekuatan utama kampus dalam menjalankan visi pendidikan yang mengubah dan menggerakkan.

“Kami percaya bahwa mahasiswa tidak cukup hanya dididik secara akademik, tapi juga perlu didampingi secara personal dan diperlakukan secara inklusif. Itulah yang menjadi semangat SLM, dan ini sejalan dengan spiritualitas perjumpaan yang kami hidupi di SCU,” ujar Ferdinandus.

SLM berakar pada nilai cura personalis atau kepedulian pada pertumbuhan pribadi setiap mahasiswa.

Melalui model ini, dosen juga diharapkan membangun relasi yang bermakna, mengenali kebutuhan mahasiswa, dan mendorong refleksi mendalam dalam proses belajar.

Hal itu juga ditegaskan oleh Prof. Heny Hartono, Guru Besar Fakultas Language and Arts (FLA) SCU, dalam orasi ilmiah bertajuk “Bergerak Bersama Kampus PINTAR.”

Ia memperkenalkan konsep PINTAR (Personalized, Inclusive, Transformative, Authentic, Reflective) sebagai dasar penguatan pendidikan tinggi di SCU, yang juga tercermin dalam SLM.

“Kami mencoba mengenali mahasiswa satu per satu, bahkan memberi mereka catatan reflektif pribadi. Karena perjumpaan yang otentik seperti itulah yang bisa mengubah arah hidup mahasiswa,” ujar Prof. Heny.

Adapun tema besar pada Dies Natalis ke-43 SCU ini yakni“Spiritualitas Perjumpaan: Pendidikan Personal dan Inklusif yang Mengubah dan Menggerakkan."

Ketua Dies Natalis, Dr. Novita Ika Putri, mengatakan pada Dies Natalis ke-43 ini juga dilakukan serangkaian kegiatan mulai dari Misa di Taman Makam Pahlawan (TMP) Giri Tunggal Semarang pada Selasa (22/7) dan Gelar Griya di Kampus 2 BSB pada Sabtu (26/7).

Acara puncak diisi dengan orasi ilmiah guru besar Prof. Heny Hartono pada Selasa (5/8).

Dalam kegiatan Gelar Griya, seluruh program studi menampilkan karya dan kontribusi mereka kepada masyarakat, terutama di wilayah Kampus 2 BSB mulai dari Mijen, Ngaliyan, Gunungpati, dan beberapa daerah sekitar.

"Kami selalu memulai dengan Misa di TMP Giri Tunggal, di Makam Mgr. Soegijapranata. Kemudian juga kami mengadakan Gelar Griya. Sebenarnya semacam open house," kata Novita.

"Kami membuka untuk umum, semua masyarakat kita undang terutama masyarakat sekitar Kampus 2. Kami memberikan pelatihan, demo, konsultasi. Semua Prodi terlibat, jadi bukan hanya panitia saja," jelasnya.

Novita menegaskan, makna perayaan Dies Natalis ke-43 ini juga menjadi menjadi titik temu antara semua orang yang ingin mengembangkan ilmu, ingin belajar.

"Jadi perjumpaan ini yang perlu kami olah secara spiritualitas. Bagaimana perubahan ini mengubah dan mentransformasi," pungkasnya. (*)

Baca juga: 500 an Makam dan 1 Punden di Lonjong Ambarawa Terdampak Pembebasan Proyek Tol Jogja-Bawen 

Baca juga: APBD Perubahan Jateng 2025 Rp 24,57 Triliun disahkan Untuk Infrastruktur dan Pengentasan Kemiskinan

Baca juga: 10 Fakta Game Roblox yang Dilarang Menteri Abdul Muti: Dari Konten Dewasa hingga Kekerasan

Berita Terkini